• Beranda
  • Artikel dan Esai
  • Akademik
    • Beasiswa dan Kepemudaan
    • Tugas Kuliah
    • Soon
  • Puisi
  • Cerpen
  • Pidato
  • Jajan Yuk!
  • Excel
instagram facebook youtube Google+ bloglovin Email

Aksara Fauzi

"Aku hadir saat mata terpejam..."

Saat membuat report, biasanya analis diminta untuk mengkategorikan sesuatu berdasarkan keyword tertentu yang ada dalam data. Permasalahannya adalah keyword di dalam data letaknya tidak beraturan, contohnya keyword "alfa" di kata "Alfaria Trijaya", "Salfamart", "Trijaya Alfaria". Keyword "alfa" tidak bisa dicari dengan formula "right", "left", atau "mid". Maka dari itu, bagaimana formula yang tepat untuk bisa melakukan kategori berdasarkan keyword tertentu? Simak contohnya!

Study Case:

1. Terdapat data outlet yang beragam, di kolom C (Kategori) harus diisi berdasarkan kategori tertentu, yaitu apabila di kolom B (Nama Outlet) terdapat kata "alfa" maka dikategorikan sebagai "Modern Trade", selain itu dikategorikan "General Trade".


2. Jika melihat data, kata "alfa" terletak tidak beraturan di setiap cell, maka dari itu akan sulit jika mengandalkan fungsi LEFT, RIGHT, atau MID. Maka dari itu, fungsi yang bisa digunakan adalah SEARCH. Fungsi SEARCH digunakan untuk mencari sebuah teks (dalam hal ini, "ALFA") di dalam teks lainnya (kolom B). 

Pertanyaan => Mengapa tidak menggunakan fungsi FIND? Fungsi FIND dan SEARCH sangat serupa. Kedua fungsi tersebut berfungsi dengan cara yang sama, dengan menemukan karakter atau string teks di dalam string teks lainnya. Perbedaan antara kedua fungsi ini adalah bahwa FIND peka huruf besar/kecil, dan SEARCH tidak peka huruf besar/kecil.

Contoh: FIND("alfa") hanya akan menemukan kata "alfa", sedangkan keyword "Alfa" tidak akan terdeteksi.

3. Berdasarkan instruksi, terdapat 2 logika, yaitu jika "alfa" maka "Modern Trade" jika bukan maka "General Trade". Maka, kita dapat menambah fungsi IF di dalam rumus.

4. Kita coba gabungkan fungsi IF dan SEARCH menjadi satu formula. Berikut hasilnya:


Problem 

Dalam beberapa kasus, seperti saat mencoba mencari "alfa" di dalam "Family," "Citra Skincare," dan "Toko Ujang," rumus ini dapat memberikan hasil #VALUE! karena tidak menemukan kata "alfa" di dalam teks tersebut.

Jika kamu ingin mengkategorikan berdasarkan keberadaan kata "alfa" di dalam Nama Outlet, kamu dapat memodifikasi rumus tersebut menggunakan fungsi IF dan ISNUMBER bersama dengan SEARCH.

Rumus ini akan mengembalikan "Modern Trade" jika "alfa" ditemukan di dalam B2, dan sebaliknya, "General Trade" jika tidak ditemukan. Pastikan bahwa rumus ini diaplikasikan pada sel yang sesuai.

5. Berikut hasil modifikasi formula dengan penambahan ISNUMBER (taraaaaaa makjrengggggggggg)


Selamat #COBAINEXCEL!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Belum usai kekhawatiran warga akan covid-19 yang menghantui kehidupan, rentetan aksi terorisme terjadi pada bulan Maret yang hanya berselang tiga hari saja. Pasangan suami istri melakukan tindakan terorisme dengan meledakan diri atau bunuh diri dengan bom di area luar Gereja Katedral, Makassar pada 28 Maret 2021. Selain itu, tindakan dugaan terorisme terjadi di Mabes Polri pada tanggal 31 Maret 2021 dimana seorang terduga teroris membawa senjata api masuk ke dalam area Mabes Polri dan menembakan senjata apinya beberapa kali.

Indonesia yang konon katanya adalah negeri berfalsafahkan Pancasila dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika mulai terganggu eksistensinya. Keberagaman yang satu, ditodong berbagai ideologi yang meresahkan dan tindakan yang mengerikan. Paham radikalisme menjadi bayang-bayang yang menjadi momok sejak lama. Aksi-aksi radikalisme muncul karena disebabkan oleh adanya sikap tidak menerima perbedaan. Perbedaan yang muncul di masyarakat dianggap sebagai sebuah ancaman terhadap eksistensi kaum radikal.

Hulu dari radikalisme adalah fundamentalisme yaitu radikalisasi paham keagamaan komunitas yang mengkonstruksi makna salafisme radikal yang eksklusif dan cenderung ekstrim (merasa paling benar dan menyesatkan orang lain (Arifin, 2009). Adapun hilir dari radikalisme adalah aksi terorisme, yaitu paham mengenai pilihan penggunaan cara-cara kekerasan yang menimbulkan ketakutan dan ancaman (intangible threats) sebagai cara yang sah untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang biasanya mengatasnamakan suatu agama atau ideologi (Bakri, 2004). 

Radikalisme hampir selalu disebabkan oleh faktor eksternal dan internal yang terjadi secara simultan sebagai faktor penentu terciptanya proses radikalisasi. Sedangkan fanatisme hampir selalu merupakan proses internal terciptanya keyakinan di dalam hati yang bahkan tidak terlalu membutuhkan rangsangan dari eksternal.

Masjid: Pusat Kontemplasi Menjadi Pusat Radikalisasi

Menurut teori sejarah dalam waktu, terdapat 4 hal, yaitu: (1) perkembangan, (2) kesinambungan, (3) pengulangan, dan (4) perubahan. Berkaitan dengan itu, teori sejarah mencakup: (1) teori spiral (2) teori kemajuan, (3) teori siklus. Maka, yang terjadi di Indonesia terorisme menunjukkan adanya perputaran (pengulangan) dan kadang-kadang ada perubahan dan variasi dalam penampilannya walaupun semuanya sebenarnya dari sisi definisi ada unsur yang tetap yang memberi ciri sama dari masa ke masa.

Nahasnya, perputaran aksi terorisme yang dilandasi cekokan paham radikalisme selalu bermuara di tempat yang sama sebagai pusat penyebarannya, yaitu masjid. Masjid yang secara fungsi seharusnya sebagai pusat kontemplasi, pusat ritual, dan pusat kajian dialihfungsikan oleh pihak-pihak yang memahami suatu ajaran hanya sebatas tekstual tanpa mendalami rahasia di balik dalil yang dibaca.

Dilansir dari CNN Indonesia (Patrick, 2018), Badan Intelijen Negara (BIN) mengungkap ada 41 dari 100 masjid di lingkungan kementerian, lembaga serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terindikasi telah terpapar radikalisme. Menurut Staf Khusus Kepala BIN, Arief Tugiman, terdapat tiga kategori tingkat paparan radikalisme dari 41 masjid tersebut. Pada kategori rendah ada 7 masjid, 17 masjid masuk kategori sedang, dan 17 masjid masuk kategori tinggi. Selain itu, Arief menjelaskan secara keseluruhan dari hasil pendataan BIN, ada sekitar 500 masjid di seluruh Indonesia yang terindikasi terpapar paham radikal.

Selain itu, PPIM UIN Jakarta melalui Penelitian Buletin Masjid Tahun 2019 menemukan 37 dari 100 masjid di Indonesia terindikasi menyebarkan buletin Jumat yang terafiliasi gerakan Islam radikal. Buletin tersebut cenderung menyuarakan paham ekstremisme yang mengarah pada pembahasan tentang hasrat membangun kembali negara dan masyarakat melalui dasar-dasar ajaran Islam tertentu.

Hal ini menjadi sebuah ironi yang perlu dengan sigap dikendalikan sesuai fungsi masjid itu sendiri. Semestinya, sebagai pusat kontemplasi, masjid dapat menjadi tempat bagi umat untuk menemukan dan menciptakan keindahan sehingga dapat memaknai secara mendalam arti sebuah nilai, makna, manfaat, dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan dari Yang Maha Kuasa, bukan justru malah menjadi pusat radikalisasi agama yang berujung saling mengkafirkan dan memborbardir ketenangan.

Urgensi Moderasi Beragama

Demi terwujudnya ketenangan, tentu memerlukan penguatan moderasi beragama karena tidak bisa dinafikan bahwa Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk dengan berbagai macam suku, bahasa, budaya dan agama. Indonesia juga merupakan negara yang agamis walaupun bukan negara berdasarkan agama tertentu. 

Dalam konteks ini, perlu disadari bahwa aksi radikalisme dan terorisme yang kerapkali terjadi di Indonesia selalu diafiliasikan dengan agama Islam. Daripada mengkambinghitamkan agama yang dianut oleh teroris, lebih baik kejadian ini menjadi refleksi bagi internal umat beragama –tidak hanya agama Islam. 

Dari segi tubuh Islam, perlu ditanamkan nilai-nilai Islam moderat. Moderasi Islam ini dapat menjawab berbagai problematika dalam keagamaan dan peradaban global. Yang tidak kalah penting bahwa muslim moderat mampu menjawab dengan lantang disertai dengan tindakan damai dengan kelompok berbasis radikal, ekstrimis, dan puritan yang melakukan segala halnya dengan tindakan kekerasan. 

Dalam realitas kehidupan nyata, manusia tidak dapat menghindarkan diri dari perkara-perkara yang berseberangan. Karena itu, al-wasathiyyah Islamiyyah mengapresiasi unsur rabbaniyah (ketuhanan) dan insaniyyah (kemanusiaan), mengkombinasi antara maddiyah (materialism) dan ruhiyah (spiritualisme), menggabungkan antara wahyu dan akal, antara maslahah amah (al-jamaiyyah) dan maslahah individu (al-fardiyah) (Al-Mu'tasim, 2019).

Donor Dakwah: Moderasi Beragama ala Remaja Masjid

Berdasarkan urgensi moderasi beragama –khususnya moderasi Islam, penulis mengusung gerakan Donor Dakwah. Dari segi bahasa, donor dimaknai sebagai kegiatan mendonasikan sesuatu secara sukarela. Dakwah sebagai fenomena agama, lebih banyak dikaji dalam tataran ideal, normatif, dan tekstual dengan rujukan utama adalah Al-Qur’an. Sedangkan dakwah sebagai fenomena sosial lebih dititikberatkan kepada analisis yang berdasarkan paradigma atau perspektif pemikiran kekinian. Sebagai fenomena agama dan fenomena sosial, dakwah bertujuan terwujudnya kehidupan manusia yang Islami, (damai, selamat, sejahtera dan bahagia) dengan Islam selaku penyerahan diri secara mutlak kepada-Nya, dan memeluk Islam sebagai agama (peraturan hidup dari Tuhan) dengan terlebih dahulu beriman atau percaya kepada-Nya. Dengan demikian dakwah berkaitan dengan perubahan sosial, sehingga dakwah dapat pula disebut sebagai sebuah bentuk rekayasa sosial, dari satu generasi ke generasi lainnya secara berkesinambungan. Maka dari itu, kegiatan donor dakwah adalah kegiatan sukarela dengan mendonasikan nilai-nilai keislaman yang sarat akan kedamaian, keselamatan, dan kebahagiaan kepada umat Islam.

Dalam mensukseskan kegiatan tersebut, target utamanya adalah remaja masjid. Tak bisa dipungkiri, masa remaja adalah masa yang penuh kontradiksi. Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa energik, heroic, dinamis, kritis, dan masa yang paling indah, tetapi ada pula yang menyebutnya bahwa masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa rawan dan masa nyentrik karena masa tersebut berada di ambang the best of the worst of time. Selain itu, remaja masa kini adalah generasi empunya dunia digital. Beragam kegiatan yang bermigrasi ke dunia maya sudah dapat dikuasai. Maka dari itu, agar tidak terjadi kerusakan remaja dalam segi mental ataupun nilai-nilai yang akan dipegang, kelompok remaja masjid adalah wadah para remaja mengekspresikan dirinya untuk mengenali nilai-nilai keislaman lebih baik lagi.

Remaja masjid yang sudah diikat menjadi satu kesatuan, selanjutnya dibentuk dengan tiga program donor dakwah, yaitu:

1. Good Speaker Speaks Good (Pembicara Baik Berkata Hal Baik)

Sejak munculnya Islam, ajaran yang disemai pertama kali bersifat universal dan menjunjung tinggi toleransi. Kehadiran Islam menjadi rahmat bagi tanah yang dipijaki umat muslim. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman, telah terjadi distorsi terhadap wajah Islam. Nahasnya, internal umat Islam sendirilah yang melakukan perusakan itu.

Wajah dakwah telah mengalami pergeseran, tidak sedikit, kegiatan dakwah yang dilakukan justru saling memperolok satu sama lain, merasa paling benar sendiri, tidak toleran, dan bahkan dengan semena-mena mencap bid’ah dan mengafirkan sesama muslim. Akibatnya, masyarakat yang tidak memahami secara menyeluruh tentang Islam, menilai wajah Islam sesuai apa yang sedang terjadi. Islam dipandang sebagai agama yang radikal, keras, dan tidak toleran.

Untuk sampai kepada keberhasilan dakwah, dai mesti melakukan dakwah Islam secara persuasif, yaitu: tidak memaksa, tidak merusak, dan tidak anarkis yang akan menjadikan mad’u menjauh dari dakwah. Sehingga dai perlu menangkap aspirasi, jati diri, dan motivasi mad’u-nya. Yang perlu adalah menyampaikan dengan bahasa emosi (rasa) dan fakta-fakta yang kuat (bashirah), dengan bahasa kaumnya (Bil Lisani Qawmih). Maka dakwah Islam dengan cara cinta damai dapat dilakukan oleh dai dengan komunikasi interpersonal untuk merubah pikiran, perasaan, dan perilaku mad’u untuk meyakini Islam dan melaksanakan keislaman dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. 

Dalam program ini, remaja masjid dilatih dengan pendidikan public speaking dan juga berbagai teknik dakwah yang dapat menggaet banyak jamaah dengan menanamkan prinsip-prinsip komunikasi sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran. Prinsip-prinsip komunikasi Islam tersebut yaitu 

(1) Qaulan Sadida, yaitu pembicaraan yang benar, baik dari segi substansi maupun redaksi sehingga dapat membangun suasana komunikasi yang kondusif dalam mencapai komunikasi yang efektif; 

(2) Qaulan Baligha, berarti menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, dan langsung ke pokok masalah (straight to the point) atau tidak berbelit-belit sehingga berkesan dalam hati yang mendengarkannya; 

(3) Qaulan Ma’rufa, artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat, dan tidak menyinggung perasaan atau dapat dimaknai pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan; 

(4) Qaulan Karima, adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, dan bertatakrama; 

(5) Qaulan Layyina, artinya pembicaraan yang lemah lembut, dengan suara yang enak didengar, penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati; dan 

(6) Qaulan Maysura, merupakan ucapan yang mudah dimengerti oleh jamaah serta penuh empati (Ghazali, 1997). 

Setelah mengikuti pelatihan secara intens, para remaja masjid nantinya dapat menjadi pembawa acara atau bahkan penceramah di berbagai kegiatan peringatan hari besar Islam yang dilaksanakan di masjid. 

2. The Power of Writings (Kekuatan Tulisan).

Baru-baru ini, dilansir dari Kompas.com berdasarkan laporan Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya, menunjukkan warganet atau netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara. Dengan kata lain, paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Dalam riset yang dirilis oleh Microsoft ini, tingkat kesopanan netizen Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk. Ada tiga faktor yang memengaruhi risiko kesopanan netizen di Indonesia. Paling tinggi adalah hoaks dan penipuan yang naik 13 poin ke angka 47 persen. Kemudian faktor ujaran kebencian yang naik 5 poin, menjadi 27 persen. Dan ketiga adalah diskriminasi sebesar 13 persen, yang turun sebanyak 2 poin dibanding tahun lalu (Dewi, 2021).

Hal ini pun memperkeruh kenyataan yang dengan secara jelas menampilkan wajah media sosial di Indonesia yang disesaki beragam narasi-narasi yang mengusung semangat radikalisme. Para ‘pedagang ideologi’ dengan mudah memasarkan paham-pahamnya yang bertentangan dengan Islam di media sosial. Sehingga bukan hal asing, banyak yang saling mengafirkan dengan didasarkan kepada sesuatu yang bersifat tekstual, bukan kontekstual.

Berdasarkan fenomena tersebut, sangat jelas bahwa tulisan memiliki kekuatan yang luar biasa mengubah yang baik menjadi buruk. Maka dari itu, remaja masjid akan dibina untuk dapat membuat tulisan yang berdasarkan dalil-dalil dengan penjelasan secara gamblang serta dikorelasikan dengan fenomena aktual. Selain itu, memproduksi narasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai moderasi, keberagaman-kebhinekaan, semangat kebangsaan melalui media online dengan tahapan produksi, posting, reposting, sharing, dan broadcasting. Karena cara inilah yang lazim digunakan oleh pengelola ujaran kebencian di dunia maya.

Ruang untuk menyalurkan tulisan yang bernapaskan kedamaian tersebut dapat dipublikasikan melalui blog resmi ikatan remaja masjid. Hal ini merupakan upaya untuk bisa mewujudkan kampanye “One Mosque, One Blog”, sehingga dapat bersaing dengan berbagai blog yang menampilkan ujaran kebencian. Selain itu, agar bisa menyentuh masyarakat lapisan bawah dan juga golongan tua, remaja masjid perlu menerbitkan tulisan di blog menjadi sebuah bulletin yang dapat ditampilkan di majalah dinding masjid serta menyebarkan selebaran setiap hari Jumat. Maka, dengan semangat menulis secara konsisten, lambat laun narasi negatif akan digantikan narasi positif dari remaja masjid itu sendiri.

3. Mosque in Frame (Masjid dalam Bingkai)

Aktivitas dakwah pada masa kini tidak hanya dapat dilakukan secara konvensional saja, namun dapat dilakukan melalui berbagai media. Bukan hanya melalui media cetak dan elektronik saja, tetapi juga dapat dilakukan melalui internet, salah satunya yaitu YouTube. Eksistensi YouTube yang ramai dikunjungi generasi saat ini menjadikannya sebagai posisi teratas dalam kategori video sharing yang paling popular (Media, 2009).

Revitalisasi media digital sebagai media dakwah Islam moderat harus gencar dilakukan untuk menekan radikalisme yang mulai menjalar ke berbagai kalangan. Gempuran ideologi radikal yang menjadikan akses internet sebagai medianya, terkesan sangat revolusioner karena sebarannya sangat pesat, serta efek keterpengaruhannya pada generasi muda yang mempunyai semangat beragama tinggi begitu melekat. Pada saat ideologi yang sering tidak mengindahkan dialog dan konfirmasi ini menjadi tren baru yang diminati, maka ormas atau kelompok Islam yang melakukan kampanye dan propagandanya di media online. Walaupun tidak bisa menghilangkan laju pemikiran yang terkesan keras itu, setidaknya mampu membendung agar pengaruhnya tidak semakin meluas. 

Dalam program ini, remaja masjid mendapatkan pelatihan agar dapat membuat konten yang menarik dan bermanfaat dengan dibekali ilmu-ilmu pengambilan gambar dan juga content-creator. Hasil akhir yang diharapkan adalah terciptanya bibit-bibit “YouTuber” unggul yang dapat mengelola kegiatan kemasjidan yang ditransformasikan menjadi sajian video yang dapat disaksikan umat lintas wilayah.  

Donor Dakwah dan SDGs

Kegiatan Donor Dakwah ini perlu diadakan secara masif dan konsisten oleh remaja masjid. Selebihnya, dapat ditunjuk kader masjid yang nantinya menjadi pusat informasi perihal perkembangan kegiatan donor dakwah yang berjalan. Jika hal ini dilakukan, maka bukan tidak mungkin kegiatan Donor Dakwah dapat menjamur ke berbagai masjid di pelosok negeri. Tentunya, memerlukan semangat gotong royong dengan berbagai komunitas, instansi, dan organisasi terkait. 

Kesukesan kegiatan Donor Dakwah tidak hanya merupakan perwujudan semangat moderasi beragama, tetapi juga berdampak luas terhadap aspek lainnya, salah satunya dalah ketercapaian poin-poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs). TPB/ SDGs adalah pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan, pembangunan yang menjaga keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat, pembangunan yang menjaga kualitas lingkungan hidup serta pembangunan yang menjamin keadilan dan terlaksananya tata kelola yang mampu menjaga peningkatan kualitas hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya. Adapun yang berkorelasi dengan kegiatan Donor Dakwah adalah,

(1) Pendidikan Berkualitas, karena seperti yang diketahui bahwa mendapatkan pendidikan tidak hanya sebatas pelajaran yang disampaikan guru di sekolah formal saja, sejatinya kegiatan donor dakwah adalah upaya diseminasi wawasan yang bermanfaat agar terciptanya didikan yang berkualitas.

(2) Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh. Kesuksesan Donor Dakwah akan membawa angin perdamaian ke segala penjuru karena aksi radikalisme lambat laun dapat direduksi dan digantikan dengan nilai-nilai kedamaian dan toleransi yang bernapaskan persatuan umat dalam keberagaman.


Kegiatan Donor Dakwah >>> https://aksarafauzi.blogspot.com/2020/01/workshop-kepenulisan-dalam-kegiatan.html 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar



Setiap pertengahan tahun, dialog pembicaraan mahasiswa tingkat akhir selalu bermuara ke bahasan KKN. Sejak tahun 2020, terdapat sedikit perbedaan yang signifikan terkait KKN ini. Pada masa pandemi, regulasi mengenai KKN memunculkan tantangan baru bagi mahasiswa. Dari sinilah, kemampuan berpikir kritis mahasiswa diperhitungkan. 

Teringat pengalaman penulis pada tahun kemarin. Sebagai generasi pelopor KKN Masa Pandemi, banyak pertimbangan yang mesti dipikirkan secara matang. Tetap menjadi manfaat tanpa menyebarkan mudarat -virus covid19. Saya mengabdi selama kurang lebih 2 bulan bersama 15 mahasiswa di Desa Sukasari Kec. Karangtengah. Tidak mudah memang menjalani kegiatan pengabdian masyarakat dengan keterbatasan gerak yang sudah diatur pemerintah, namun bagaimana pun juga pemberdayaan masyarakat harus bisa berjalan.

Pada tulisan kali ini, penulis akan berbagi kurang lebih 20 ide program KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama masa pandemi yang sebelumnya pernah dilaksanakan penulis. Seluruh program akan terbagi atas 5 cabang, berikut uraiannya:

1.     Bidang Pendidikan

Mendikte kata "KKN", pasti bayangan yang tergambar adalah keseruan berbagi cerita dan wawasan kepada anak-anak di desa, asiknya bermain di ladang, dan saling membantu mengerjakan PR sekolah, betul? Bidang pendidikan merupakan hal krusial yang perlu diberikan perhatian karena bagaimanapun juga bidang ini adalah pondasi untuk kemajuan bangsa. Adapun program yang dapat dilakukan pada bidang ini, yaitu:

            1)     Kerjasama dengan guru.

            2)     Membangun rumah belajar.

            3)     Mendirikan pojok literasi.

            4)     Membuat media pembelajaran.

            5)     Sharing session:

a.     Sharing session dengan guru.

b.     Sharing session dengan murid.

c.      Sharing session dengan orangtua murid. 

2.     Bidang Ekonomi

Selama masa pandemi, tak dapat dipungkiri bahwa roda ekonomi mengalami ‘kemacetan’. Mobilitas yang dibatasi tentu berimbas kepada penjualan yang tidak maksimal sehingga lebih besar pasak daripada tiang. Untuk mengatasi hal tersebut, mahasiswa dapat melakukan program sebagai berikut:

            1)     Kerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).

            2)     UMKM Goes to Maps.

            3)     Training pelaku UMKM.

3.     Bidang Lingkungan

Seluruh aktifitas kehidupan saat ini dilakukan di rumah, seperti WFH (Work From Home) dan LFH (Learning From Home). Kegiatan ini memiliki dampak terhadap lingkunga. Kok bisa? Seperti yang diketahui bahwa tingkat konsumtif masyarakat meningkat tajam seiring banyaknya kemudahan untuk mendapatkan makanan atau barang yang dilakukan secara daring melalui beragam marketplace. Sayangnya, sifat tersebut tidak diimbangi dengan perilaku cinta lingkungan, sehingga sampah rumah tangga pun menumpuk selama pandemi. Lantas, apa yang bisa dilakukan untuk mereduksi sampah-sampah tersebut?

            1)     Menjalankan program Eco-Brick.

            2)     Mendirikan Bank Sampah.

            3)     Donasi tong sampah.

            4)     (tambahan) Pembuatan papan jalan.

4.     Bidang Keagamaan

Tokoh agama masih memiliki porsi yang cukup besar sebagai sosok yang dijadikan panutan oleh warga, maka tak ayal kerapkali masyarakat cenderung mempercayai ustaz ketimbang tokoh masyarakat lainnya. Fenomena ini dapat menjadi negatif apabila sosok yang diyakini tak memiliki sikap toleransi dan keras kepala yang berdampak tidak mematuhi aturan pemerintah, namun dapat menjadi positif ketika pesan-pesan yang disampaikan berkesesuaian nilai-nilai agama dan membantu menyukseskan program pemerintah –khususnya dalam pengendalian covid-19. Maka dari itu, kita bisa ikut berkontribusi dengan,

            1)     Menyiapkan materi tentang korelasi agama dan keharusan berdiam diri pada masa pandemi.

            2)     Ikut pengajian dengan menyampaikan pentingnya parenting selama pembelajaran dari rumah.

5.     Bidang Kesehatan

Bidang ini tentunya tidak boleh sampai ketinggalan, mengingat kondisi saat ini yang sedang tak karuan. Sebagai agen perubahan, mahasiswa dapat berkontribusi secara penuh dan serius dalam upaya pengendalian penyebaran covid-19 dengan cara,

            1)     Berperan aktif dalam kegiatan posyandu.

            2)     Relawan vaksinasi di tempat kesehatan (contohnya Puskesmas).

            3)     Menyelenggarakan sosialisasi covid-19 dan pentingnya vaksinasi.

6.     Bidang Media

Masa pandemi memaksa semua aspek kehidupan bermigrasi ke dunia media digital. Anak milenial tentunya sudah kadung akrab dengan media yang dapat dikatakan sudah menjadi nadi dalam kehidupan ini. Maka dari itu, tentu mahasiswa harus masuk ke dalam jaringan masyarakat yang notabene masih banyak –khususnya golongan orang tua- yang masih asing dengan media digital ini. Adapun program yang dapat diselenggarakan, yaitu:

            1)     Optimalisasi media sosial pemerintah atau lembaga masyarakat.

            2)     Melakukan live di media sosial selama kegiatan.

            3)     Dokumentasi video.

Program-program di atas mudah-mudahan dapat menjadi referensi bagi teman-teman mahasiswa untuk dapat melakukan pengabdian masyarakat yang diharapkan dapat berjalan terus menerus. Untuk pembahasan yang lebih mendalam, teman-teman dapat menonton video youtube pada link di bawah ini:

https://www.youtube.com/watch?v=qHxN2GpjXAE

https://www.youtube.com/watch?v=qHxN2GpjXAE

https://www.youtube.com/watch?v=qHxN2GpjXAE

 

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


"Ya Allah, perlambatlah waktu. Jangan segerakan bergulir.." 

Di bawah tanah, jutaan manusia mengiba pada Sang Maha Raja. Meminta belas kasih akan permintaan yang selalu dikumandangkan setiap tahun,

Jangan biarkan Ramadhan meninggalkan kami..

Aku sungguh bahagia ketika anak cucu memanjatkan doa dan ampunan kepadamu..

Menitipkan salam cinta yang tulus kepadaku..

Pagi hingga malam riuh akan lantunan ayat-ayat suci..

Hanya di bulan ini..

Siksa yang kuterima tak sepedih di bulan-bulan lain..

Mereka yang berada di tempat pembersihan dosa dengan jerih payah bersimpuh di hadapan Tuhan. Hangatnya doa sanak saudara mendinginkan api yang berkobar. Salehnya perangai anak cucu memperlambat cambukan yang terus menghantam sekujur tubuh.

Hanya di bulan penuh rahmat ini, tutur kata tetangga sedikit terjaga. Saf-saf di masjid disesaki jamaah. Yang tak pernah terlihat, menampakkan diri di tengah masyarakat. Silaturahim senantiasa terjalin setiap berpapasan saat mengincar menu berbuka puasa. Jalanan yang terkenal gersang dari peradaban menjadi rimbun dipenuhi umat manusia yang mengais rezeki dari berjualan.

Hanya di bulan sarat ampunan ini, setiap rumah ramai dilantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Tak dibiarkan debu menjamah kitab yang menawarkan obat bagi hati yang lara ini. Sajadah senantiasa terhampar di ruang ibadah. Malam yang hening selalu diramaikan doa-doa yang mengangkasa, berlomba-lomba berlarian mengetuk pintu rumah Tuhan. Ada yang menginginkan kesehatan agar terhindari dari penyakit yang tengah mewabah. Tak sedikit yang mengharapkan limpahan rezeki supaya dapat tetap hidup di tengah himpitan ekonomi karena terjadi PHK sepihak di berbagai penjuru. Pun banyak yang menitipkan salam kasih sayang dan rindu yang menggebu agar disampaikan kepada keluarga tercinta yang telah meninggalkan alam dunia. Tak ayal, kebahagiaan di bulan Ramadhan pun dirasakan oleh mereka yang sedang menjalani masa hukuman di alam barzah.

Hanya di bulan yang menawarkan pembebasan dari api neraka ini, segala sesuatu yang diusahakan untuk mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah akan berbuah manis. Malam panjang sebelumnya dihadiahi malam mulia bernilai 1000 bulan. Lailatul Qadr selalu menjadi penawaran yang disambut penuh bahagia umat manusia. Berbondong-bondong memadati pusat ibadah. Mengencangkan sarung. Merapihkan mukena. Bersimpuh di tengah malam penuh khusyu. Bersungkur penuh khidmat memohon ampunan atas segala dosa yang tak pernah kunjung diputus. Semua dilakukan demi mengais rezeki dari Sang Maha Kuasa.

Hari ini, habis sudah jatah menikmati bulan Ramadhan...

Dari atas tanah: "Selesai juga bulan Ramadhan"

Dari bawah tanah: "Ya Tuhan, jangan biarkan Ramadhan pergi begitu saja"


Dari atas tanah: "Alhamdulillah, akhirnya bisa beli baju baru"

Dari bawah tanah: "Ya Allah, kulitku akan compang camping kembali"


Dari atas tanah: "Saatnya menghabiskan makanan yang berlimpah"

Dari bawah tanah: "Perutku akan hancur menikmati setiap sayatan buah zaqqum"


Dari bawah tanah, mereka dihantui rasa khawatir. Ketakutan apabila keturunannya tidak segiat beribadah seperti di bulan Ramadhan. Digandrungi kecemasan tak mendapatkan kompensasi dari Allah. Dipenuhi rasa waswas tak akan dikunjungi doa-doa yang riuh untuknya.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
sumber gambar: thrive global

Masa pandemi menjadi masa-masa paling mengerikan selama penulis hidup. Bukan kerikil yang menyusahkan langkah, tetapi jalanan yang disetapaki menjadi ambruk dan bahkan diterjang banjir bandang. Sesulit itu untuk menuju ke titik cahaya yang orang-orang sebut titik kesuksesan. Iya, titik yang akan membuat kita bangga telah berjalan sejauh itu. Menoleh ke belakang, lalu disambut senyuman yang paling cantik yang pernah terukir.

Dentang waktu berbunyi di penghujung lembaran diikuti segala cita riuh ke angkasa bersama kembang api. Beragam harap berlomba-lomba menyesaki semesta. Tiada duka tersirat, hanya suka dan cinta. Satu persatu doa manusia mengetuk pintu Tuhan. Pekerja menginginkan upah bertambah. Siswa berharap segala jawaban ujian tidak berakhir salah. Orangtua memohon rezeki yang berlimpah

Bukan berkat yang didapat, malah hari-hari yang diharap berunga berubah kiamat. Sang surya yang tetap kokoh berdiri menyinari bumi tidak cukup terang untuk kekacuan buah pikir. Bulan yang tetap setia meninabobokan manusia tidak cukup menenangkan hati yang tengah terkilir.

Hati dan buah pikir bertaut dalam getaran yang sama. Gelisah dan takut mengeratkan keduanya. Keriuhan jalanan dihujam waktu. Sunyi. Sepi. Warga satu sama lain enggan bertamu. Lebih tepatnya, dilarang adanya tangan yang bersatu. 

Periode awal masa pandemi dihujani beragam kejadian yang tak mengenakan. Jari telunjuk umat manusia mengarah ke satu sama lain. Saling menyalahkan. Saling memberi kutukan. Tidak ada lagi makna persaudaraan. Persatuan yang dulu gaung dielu-elukan hilang ditelan zaman. Zaman edan tentunya.

Sang empunya kekuasaan berulang kali menetapkan ketentuan, namun sang penyokong kekuasaan tak mengindahkan -karena memang seringkali malah menyengsarakan. 

Sekolah yang ramai dengan permainan lompat tali para gadis hanya menyisakan bekas tapak kaki yang kini perlahan mulai memudar. Pojokan kantin yang biasanya disesaki para lelaki yang enggan membayar jajanan dengan penuh, kini hanya tertinggal debu pekat yang dipenuhi jaring laba-laba di tiap sudut kantin. Ruang guru yang kerapkali ramai dengan aneka ragam cerita menjengkelkan karena tingkah laku murid-muridnya, kini terpaksa harus menanti sahabat gibahnya karena mendapatkan jadwal pembagian masuk yang berbeda. 

Tak hanya itu, beragam pekerjaan pun mengalami dampak kontan. Semuanya mengalami perubahan. Denting mangkok penjual bakso terdengar lebih keras dari biasanya. Pantas saja, komponen mie bakso masih terjajar rapi di etalase gerobak, padahal senja mulai menampakkan diri. Waktu peralihan menuju malam yang dahulu selalu menjadi hal mengerikan para pekerja karena tentu saja akan terjadi kemacetan yang panjang akibat jam pulang kantor dan pergantian shif buruh pabrik, kini tak begitu kelam. Bagaimana tidak?  Gaji UMR yang tak memadai menghidupi keluarga itu sudah tidak lagi masuk ke rekening. Penghentian masa kerja dilakukan secara masal. Banyak orang mulai menyemat gelar 'pengangguran'.

Ah.. Pokoknya sungguh kelam masa-masa pandemi. Para siswa terpaksa putus sekolah karena tak memiliki smartphone untuk mengikuti materi. Para gadis mulai menerima perjodohan oleh orangtuanya dengan pria yang mampu menafkahi. Para mahasiswa tingkat akhir mulai kelimpungan karena tugas akhir yang terus menerus revisi. Yang lebih mengerikannya lagi, tak sedikit orang yang kesehatan mentalnya terganggu hingga berniat bunuh diri.

Penulis pun turut ikut merasakan penderitaan itu. Perlahan namun tak kenal henti, penulis berusaha mengalihkan segala kemelut dengan hiburan tontonan drama korea, film-film netflix, drama series, video horor di youtube, memutar playlist andalan di spotify, dan sekarang tengah mencoba hobi banyak orang di masa pandemi, yaitu mengoleksi tanaman. Semua dilakukan untuk menghibur diri agar tidak terjerambab ke dalam jurang yang menyengsarakan. Tak lupa, beragam mimpi pun mulai direalisasikan dengan rencana yang menyesuaikan kondisi. Semua serbang elektronik. Susah memang, tapi ya setidaknya penulis berani melangkah, tidak hanya berdiam diri. Yakin dulu saja.

Segala aktifitas dilakukan dengan alasan agar bisa tetap tumbuh kembang dan hidup di masa pandemi. Tentu saja alasan di atas hanya beberapa dari sekian banyak alasan agar tetap hidup. 

Siklus kegiatan yang terus berputar dengan aktifitas yang sama tentu mendatangkan 'kegabutan'. Pada akhirnya, semuanya bermuara ke pemutaran lagu yang berulang. Saat telinga mendengarkan lagu, jari-jari scroll down layar dan bola mata mendikte satu persatu kata dalam komentar banyak orang. Saat itu, lagu yang didengarkan adalah Quite Miss Home dari James Arthur. Pengguna youtube berkomentar seputar keserasian lagu dengan kondisi pandemi. Hingga pada akhirnya ada komentar yang membuat penulis terdiam dan membuat mata berkaca-kaca. Komentar menakjubkan itu tentang alasan orang-orang agar tetap hidup di dunia meski keadaan menghimpit dari berbagai lini. Jumlahnya hingga 100 alasan. Bahasa aslinya adalah bahasa inggris, namun penulis mencoba menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Mau tau? berikut 100 alasan untuk tetap hidup di masa pandemi..

1. Untuk membuat orang tua kita bangga.

2. Untuk menaklukkan ketakutan kita.

3. Untuk melihat keluarga kita lagi.

4. Untuk melihat artis favorit kita secara langsung.

5. Untuk mendengarkan musik kembali.

6. Mengenal dan memelajari budaya baru.

7. Mencari teman baru.

8. Untuk menginspirasi.

9. Memiliki anak sendiri.

10. Untuk mengadopsi hewan peliharaan kita sendiri.

11. Membuat diri kita bangga.

12. Berada di tempat yang sama dengan idol korea.

13. Tertawa sampai menangis.

14. Merasakan air mata kebahagiaan.

15. Makan makanan favorit kita.

16. Untuk melihat saudara kita tumbuh.

17. Untuk lulus sekolah.

18. Untuk mendapatkan tato.

19. Tersenyum sampai pipimu sakit.

20. Untuk bertemu teman internet kita.

21. Untuk menemukan seseorang yang mencintai kita seperti yang kita layak dapatkan.

22. Makan es krim di hari yang panas.

23. Minum coklat panas di hari yang dingin.

24. Untuk melihat salju yang tak tersentuh di pagi hari.

25. Untuk melihat matahari terbenam yang membakar langit.

26. Untuk melihat bintang-bintang menerangi langit.

27. Untuk membaca buku yang mengubah hidup kita.

28. Untuk melihat bunga di musim semi.

29. Untuk melihat perubahan daun dari hijau menjadi coklat.

30. Untuk bepergian ke luar negeri.

31. Untuk mempelajari bahasa baru.

32. Belajar menggambar.

33. Untuk menceritakan kisah kita kepada orang lain dengan harapan dapat membantu mereka.

34. Ciuman anak anjing dan cakaran kucing.

35. Ciuman bayi (mulut ternganga saat bibir mereka menampar pipi kita).

36. Sumpah serapah dan pelepasan yang kita rasakan saat mengucapkannya.

37. Trampolin.

38. Es krim.

39. Mengamati bintang.

40. Menonton awan.

41. Mandi lalu tidur di atas seprai bersih.

42. Menerima hadiah yang didambakan.

43. "Aku melihat ini dan memikirkanmu."

44. Perasaan yang kita dapatkan saat seseorang yang kita cintai berkata, "Aku mencintaimu."

45. Kelegaan yang kita rasakan setelah menangis.

46. Sinar matahari.

47. Perasaan yang kita dapatkan ketika seseorang mendengarkan kita/ memberi kita perhatian penuh mereka.

48. Pernikahan masa depan kita.

49. Jajanan anak SD.

50. Baju baru.

51. Saling mengejek dengan sahabat.

52. Roti yang sangat enak.

53. Menggendong anak kita untuk pertama kalinya.

54. Menyelesaikan tonggak sejarah (alias kuliah, lulus kuliah, menikah, mendapatkan pekerjaan impian).

55. Jenis mimpi di mana kita bangun dan tidak bisa berhenti tersenyum.

56. Bau sebelum dan sesudah hujan.

57. Suara hujan di atap.

58. Perasaan yang kita rasakan saat kita menari.

59. Orang (atau orang-orang) yang paling berarti bagi kita. Tetaplah hidup untuk mereka.

60. Mencoba resep baru.

61. Perasaan yang kita dapatkan saat lagu favorit kita terdengar di radio.

62. Ketergesaan yang kita rasakan saat kita melangkah ke atas panggung.

63. Kita harus membagikan suara dan bakat serta pengetahuan kita dengan dunia karena itu sangat berharga.

64. Sarapan di tempat tidur.

65. Mendapatkan kursi tengah di bioskop.

66. Sarapan untuk makan malam (karena jauh lebih baik di malam hari daripada di pagi hari).

67. Hubungan intim dengan orang terkasih.

68. Pengampunan.

69. Saling menciprat di kolam renang.

70. Buku-buku baru oleh penulis favorit kita.

71. Kunang-kunang.

72. Ulang tahun.

73. Menyadari bahwa seseorang mencintaimu.

74. Menghabiskan hari dengan seseorang yang kita cintai.

75. Menghabiskan sepanjang hari di tempat tidur.

76. Makan es krim favorit kita.

77. Mengambang di air dan hanya menatap langit.

78. Kencan pertama (bahkan yang buruk bisa membuat cerita lucu.)

79. Menikmati api unggun saat berkemah.

80. Hubungan di mana kita mencintai seseorang tetapi tidak dicintai balik. Namun terus berjuang untuk mendapatkannya.

81. Pulang ke rumah seseorang yang kita cintai.

82. Warna daun musim gugur saat mereka berubah.

83. Menyanyikan lagu sekuat tenaga dengan teman-teman kita.

84. Pelukan.

85. Tidur nyenyak di kasur yang hangat dan nyaman.

86. Kulit seseorang menempel pada kulit kita.

87. Berpegangan tangan.

88. Jenis pelukan saat kita bisa merasakan beban diangkat dari bahu kita. Jenis pelukan di mana napas kita selaras dengan pelukan orang lain, dan kita merasa seperti satu-satunya di dunia ini.

89. Bernyanyi dengan teman-teman terbaik kita.

90. Menikmati jalanan saat sunmori.

91. Petualangan tanpa rencana.

92. Perasaan pasir di bawah jari-jari kaki kita.

93. Perasaan ketika gelombang laut pertama menggulung dan menyelimuti jari-jari kaki, pergelangan kaki, dan lutut kita.

94. Badai petir.

95. Perjalanan pertama (atau keseratus) kita ke Dufan.

96. Rasa makanan favorit kita.

97. Perasaan seperti anak kecil yang kita dapatkan pada pagi Natal.

98. Hari ketika semuanya akhirnya berjalan sesuai keinginan kita.

99. Mendapatkan pujian.

100. Untuk melihat momen ini dalam waktu 10 tahun dan menyadari bahwa kita telah melakukannya.


Masih banyak hal indah lainnya untuk dijalani. jadi hiduplah, dan hiduplah, dan hiduplah. Tolong jangan melakukan sesuatu yang bodoh, itu tidak menghilangkan rasa sakit itu kepada orang lain.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Sumber gambar (hanya ilustrasi): www.sditalkahfi.sch.id

"Pak, saya izin ke toilet ya," ucapku memotong materi yang sedang dijelaskan Pak Roni.

"Oh iya, silahkan," jawabnya.

Aku segera berlari terbirit-birit, kantung kemih sudah tak kuasa menahan air karena apabila keluar tanpa seizinku di lorong sekolah, sudah pasti jadi bulan-bulanan warga sekolah. 

"Ah, akhirnya," ucapku lega.

Aku pun segera cuci tangan sambil selfie sejenak di depan cermin. Entah mengapa cermin di toilet selalu memantulkan wajahku dengan begitu cantik. Tak cukup sekali jepretan, beragam filter instagram pun kucoba. Pokoknya sampai mendapatkan satu yang terbaik dari ratusan foto yang tersimpan.

"Eh ikutan dong," ucap Rani sambil bergaya denganku.

"Ngapain ke toilet? Bosan di kelas ya.." ejekku.

"Mau beli seblak! ya kebelet lah.. Tungguin ya," jawab Rani ketus.

Rani pun segera menuntaskan hajatnya, sementara aku melanjutkan hobi seluruh wanita di dunia, tentu saja selca (selfie depan kaca). Tiba-tiba HP ku berdering karena ada yang menelpon. Panggilan tersebut ternyata dari Rani. Aku terheran sejenak, untuk apa dia menelpon dari dalam toilet.

"Sindy, lu dimana! Cepetan balik kelas, bentar lagi ganti guru killer," ucap seseorang dari balik panggilan itu.

"Hah? iya b-bent..." belum selesai aku menjawab, panggilan pun dimatikan oleh kontak bernama Rani.

Ah.. paling juga prank, udah sering yang kayak begini..

Meskipun aku menyangkal dalam hati, namun pikiranku tetap saja bertanya-tanya. Seingatku, Rani yang di dalam toilet tidak membawa HP. Daripada aku mati penasaran, lantas aku pun mencoba memanggil sosok Rani yang di dalam toilet.

"Ran, cepetan elah! Lama banget.." ucapku sambil ketakutan.

"Iya bentar Ran, ini dikit lagi tanggung," jawab Rani sambil terdengar samar-samar suara sisa-sisa makanan.

"Ih jorok!" ujarku.

Aku pun sedikit tenang dan semakin yakin kalau panggilan tadi itu adalah prank dari teman kelasku. Memang cukup aneh juga tingkah laku mereka, terutama anak laki-lakinya. Terdengar suara pintu WC yang terbuka, dan benar saja Rani yang keluar lalu mencuci tangan di wastafel.

"Ini emang beneran Rani kok, dari ujung kaki sampai kepala memang bentukan Rani.." ucapku dalam hati sambil mendikte satu persatu bagian tubuhnya.

"Kenapa sih Sin, rambutku berantakan? atau bekas buang air tadi nempel di rok?" ujar Rani karena melihat gelagatku yang aneh.

"Ng-nggak kok. Lu lama sih, bete gua.." jawabku mendengus kesal.

"Daripada bete, mendingan selfie lagi,"

Aku pun semakin yakin dan merasa lega. Tanpa menunggu lama, Rani merangkulku untuk bergaya beragam pose selfie. Lalu..

"Udah tau ya... kok masih di sini?" tiba-tiba sosok yang menyerupai Rani berucap persis di dekat telingaku.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Sumber gambar: idntimes.com

Akhir-akhir ini pemberitaan mengenai retaknya mahligai pernikahan sedang rutin menjadi perbicangan. Tidak hanya dari kalangan orang biasa, tetapi juga menerpa kalangan selebriti kawakan Indonesia.

Fenomena yang hangat ini tentu perlu menjadi ibrah bagi kita, bukan justru menggunjing tanpa pembicaraan yang sarat akan makna.

Kasus pernikahan yang tak menemui titik samawa (sakinah mawaddah warrahmah), tentu disebabkan beragam aspek. Maka dari itu, sebelum duduk di kursi pelaminan, kita perlu menaiki 4 tangga agar terciptanya pernikahan yang samawa. Apa saja?

1.     Ta’aruf

Secara bahasa, ta’aruf berarti perkenalan. Kedua pasangan yang siap akan menikah tentu perlu saling mengenal. Perasaan yang tumbuh diakibatkan perkenalan awal. Bibit, bobot, bebet adalah aspek yang mesti dikenal.

Aspek lainnya yang perlu dikenali adalah karakter, sisi emosional, dan tingkah laku pasangan. Dalam proses saling mengenal pasti akan ditemui banyak perbedaan.

Hal tersebut wajar, maka setelah memijaki tangga ta’aruf, kita harus menaiki tangga selanjutnya, yaitu tafahum. Pentingnya ta’aruf ini sudah termaktub dalam Q.S. Al-Hujurat: 13,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

2.     Tafahum

Tafahum bermakna saling mengenal seseorang secara mendalam. Ini adalah kelanjutan dari proses saling ta’aruf. Perbedaan yang muncul saat perkenalan mesti dipahami secara mendalam alasan adanya perbedaan tersebut.

Dalam proses ini, akan terwujud kerukunan dan tentunya menambah wawasan dengan saling bertukar pikiran. Manfaat lainnya, tidak akan ada sifat iri dengki kepada pasangan karena telah memahami segala kurang dan lebihnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain, dan agar tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lain.” (HR Muslim)

3.     Tasamuh

Perbedaan yang telah dipahami akan memunculkan konflik baru, jika tanpa adanya sikap toleransi (tasamuh). Tasamuh adalah sikap menghargai perbedaan satu sama lain. Jika tangga ini dipijaki dengan bijak, maka rasa yang tumbuh akan semakin kuat.

4.     Ta’awun

Setelah rasa toleransi mulai muncul, maka kita bisa saling tolong menolong (ta’awun) tanpa adanya canggung dan penuh tanggung jawab.

Tujuan akhir dari pernikahan adalah saling tolong menolong agar bisa menjalani beragam kegiatan ibadah dengan khusyuk dan mengharap ridho Allah SWT. Ketika sudah timbul rasa ini, dua tubuh yang terpisah seperti satu. Saling merasakan segala keluh dan kesah.

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim)

Jika keempat tangga ini sudah dilalui, maka kursi pelaminan sudah siap untuk diduduki. Sehingga pernikahan sakinah mawaddah warrahmah akan terwujud. Perceraian yang menjadi ketakutan terbesar kedua pasangan tidak akan ada lagi. Aamiin.

 


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kiriman Lampau

Siapakah Aksa?

Siapakah Aksa?
Aku adalah apa yang kamu baca dan dengar

Ikuti dan Tanya Aku!

  • instagram
  • facebook
  • youtube
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Apa aja yang banyak dicari?

  • [Syarhil] Akhlak Rasulullah sebagai Kunci Perbaikan Dekadensi Moral
    Ilustrasi Assalamualaikum wr.wb. Dewan juri yang kami hormati! para peserta Musabaqah Syarhil Qur’an yang berbahagia, serta ha...
  • Dollar menjadi Raja
    “Waduh! Sembako mahal!” “BBM naik!” “Kemana pemerintah? Kok bahan-bahan pokok jadi mahal!” Itulah beberapa pernyataan yang terlo...
  • Disiplin, Apakah perlu?
    Saat mendengar kata “Disiplin” maka pikiran yang terlintas di benak kita adalah suatu beban atau suatu tanggung jawab yang ...
  • Beasiswa PPA 2019 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
    Assalamualaikum! Hallo! Apa kabar? Semoga sehat selalu ya.. Berjumpa lagi dengan Aksa di tahun yang berbeda tapi kabar yang sama...
  • [Story Telling] Malin Kundang (+Video)
    Once upon a time, there was a poor boy named Malin Kundang. He lived with his old mother in West Sumatera. He was very nice boy but he...
  • Mengenal Pilar Budaya Cianjur
    Sejak dahulu, Kabupaten Cianjur sudah terkenal dengan budaya 3M (Maos, Mamaos, Maenpo) yang menjadi ciri Kabupaten Cianjur. Bupati Cianjur...
  • Ruksakna Iman jeung Alam (Bahasa Sunda)
    Sumber: ISNET Dina surat Ar-Rum ayat 40 deugika 42, Alloh negeskeun ka manusa, yén ‘ngayugakeun kahirupan’ , ‘nyiptakeun rejeki’ ajan...
  • Best Position Paper Asia World MUN III (Committee OIC)
    Topic : “Discussing the Roles of Member States and the OIC in Response to the Ongoing Refugee Crisis” Commit...
  • [PUISI] Tangis (W.S. Rendra)
    Tangis Karya: W.S. Rendra Ke mana larinya anak tercinta Yang diburu segenap penduduk kota? Paman Doblang! Paman Doblang! Ia la...
  • Cyberbullying, Tren Generasi Milenial Indonesia
    Source: iam1n4.com Perbincangan mengenai bullying kembali mencuat ke permukaan. Masalah kolot yang biasanya terjadi di sekolah ini b...

Postingan Terbaru!!

Ada Apa Aja?

  • Artikel dan Essai
  • Beasiswa dan Kepemudaan
  • Cerpen
  • Excel
  • Pidato
  • Puisi
  • Tugas Kuliah

Garis Waktu

  • Desember 2023 (1)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (1)
  • Mei 2021 (1)
  • Maret 2021 (3)
  • November 2020 (3)
  • Oktober 2020 (1)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (6)
  • Juli 2020 (3)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (3)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (5)
  • Februari 2020 (1)
  • Januari 2020 (5)
  • November 2019 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • Juni 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (1)
  • Januari 2019 (2)
  • Desember 2018 (6)
  • November 2018 (3)
  • Oktober 2018 (10)
  • September 2018 (5)
  • Agustus 2018 (6)
  • Juli 2018 (3)
  • April 2018 (6)
  • Desember 2015 (8)
  • Juli 2015 (1)
  • April 2015 (1)
  • Maret 2015 (9)

Created with by Aksara Fauzi | Helped by Someone