Kelam - Toilet Sekolah
Sumber gambar (hanya ilustrasi): www.sditalkahfi.sch.id |
"Pak, saya izin ke toilet ya," ucapku memotong materi yang sedang dijelaskan Pak Roni.
"Oh iya, silahkan," jawabnya.
Aku segera berlari terbirit-birit, kantung kemih sudah tak kuasa menahan air karena apabila keluar tanpa seizinku di lorong sekolah, sudah pasti jadi bulan-bulanan warga sekolah.
"Ah, akhirnya," ucapku lega.
Aku pun segera cuci tangan sambil selfie sejenak di depan cermin. Entah mengapa cermin di toilet selalu memantulkan wajahku dengan begitu cantik. Tak cukup sekali jepretan, beragam filter instagram pun kucoba. Pokoknya sampai mendapatkan satu yang terbaik dari ratusan foto yang tersimpan.
"Eh ikutan dong," ucap Rani sambil bergaya denganku.
"Ngapain ke toilet? Bosan di kelas ya.." ejekku.
"Mau beli seblak! ya kebelet lah.. Tungguin ya," jawab Rani ketus.
Rani pun segera menuntaskan hajatnya, sementara aku melanjutkan hobi seluruh wanita di dunia, tentu saja selca (selfie depan kaca). Tiba-tiba HP ku berdering karena ada yang menelpon. Panggilan tersebut ternyata dari Rani. Aku terheran sejenak, untuk apa dia menelpon dari dalam toilet.
"Sindy, lu dimana! Cepetan balik kelas, bentar lagi ganti guru killer," ucap seseorang dari balik panggilan itu.
"Hah? iya b-bent..." belum selesai aku menjawab, panggilan pun dimatikan oleh kontak bernama Rani.
Ah.. paling juga prank, udah sering yang kayak begini..
Meskipun aku menyangkal dalam hati, namun pikiranku tetap saja bertanya-tanya. Seingatku, Rani yang di dalam toilet tidak membawa HP. Daripada aku mati penasaran, lantas aku pun mencoba memanggil sosok Rani yang di dalam toilet.
"Ran, cepetan elah! Lama banget.." ucapku sambil ketakutan.
"Iya bentar Ran, ini dikit lagi tanggung," jawab Rani sambil terdengar samar-samar suara sisa-sisa makanan.
"Ih jorok!" ujarku.
Aku pun sedikit tenang dan semakin yakin kalau panggilan tadi itu adalah prank dari teman kelasku. Memang cukup aneh juga tingkah laku mereka, terutama anak laki-lakinya. Terdengar suara pintu WC yang terbuka, dan benar saja Rani yang keluar lalu mencuci tangan di wastafel.
"Ini emang beneran Rani kok, dari ujung kaki sampai kepala memang bentukan Rani.." ucapku dalam hati sambil mendikte satu persatu bagian tubuhnya.
"Kenapa sih Sin, rambutku berantakan? atau bekas buang air tadi nempel di rok?" ujar Rani karena melihat gelagatku yang aneh.
"Ng-nggak kok. Lu lama sih, bete gua.." jawabku mendengus kesal.
"Daripada bete, mendingan selfie lagi,"
Aku pun semakin yakin dan merasa lega. Tanpa menunggu lama, Rani merangkulku untuk bergaya beragam pose selfie. Lalu..
"Udah tau ya... kok masih di sini?" tiba-tiba sosok yang menyerupai Rani berucap persis di dekat telingaku.
0 komentar