Berani Merasa: Mencintai dengan Diam atau Terang, Tetaplah Bentuk Keberanian

by - Juli 30, 2025


Ada satu pertemuan dalam hidup yang tak pernah benar-benar direncanakan, namun meninggalkan jejak lebih dalam dari yang bisa dijelaskan. Saat itu, aku hanya berniat mengenal. Tapi dalam waktu yang singkat—dalam percakapan yang tak terlalu lama, dalam tawa yang tak terlalu keras, dan dalam jeda yang terlalu cepat berlalu—aku merasa hatiku menemukan sesuatu yang lama dicari. Sesuatu yang hangat. Sesuatu yang membuatku percaya lagi.

Ada harapan kecil yang tumbuh diam-diam. Bukan karena dia sempurna, tapi karena hadirnya terasa cukup. Dan untuk sesaat, aku membiarkan diriku membayangkan bagaimana jika aku dan dia berjalan berdampingan. Bukan di dunia mimpi, tapi di hari-hari nyata, dalam suka yang sederhana.

Namun, rasa itu terlalu jujur. Mungkin terlalu cepat. Terlalu terbuka.

Aku tak menyembunyikan betapa aku menyukainya. Betapa senangnya aku mendengarnya berbicara, melihatnya tertawa, menyimaknya seolah waktu memperlambat diri hanya untuk memberi ruang bagi kebersamaan itu. Tapi ternyata, kejujuranku tak bersambut.

Beberapa pertemuan berlalu. Kemudian dia menjauh. Tanpa kata, tanpa alasan, hanya senyap yang membentang pelan-pelan seperti kabut tipis di pagi hari. Tidak menyakitkan seketika, tapi menyesakkan perlahan. Seperti ditinggalkan oleh sesuatu yang belum sempat benar-benar dimiliki.

Mungkin aku terlalu nyata, terlalu terlihat ingin. Dan itu cukup untuk membuatnya pergi.

Tapi semakin aku merenung, aku mulai mengerti, rasa yang tulus bukanlah kesalahan. Harapan bukanlah dosa. Mencintai dengan diam atau terang, tetaplah bentuk keberanian. Dan jika seseorang menjauh karena kita menunjukkan hati yang terbuka, mungkin dia memang tidak pernah berniat tinggal.

Kini, aku tidak lagi menunggu kabar. Tapi bukan berarti aku lupa. Ada hal-hal yang tetap tinggal meski orangnya tidak. Ada pelajaran yang tumbuh dari luka yang lembut. Ada kekuatan yang datang dari kehilangan yang hening.

Namun, di sela-sela aku belajar melepaskan, ada ruang kecil yang tak pernah kututup. Sebuah tempat sunyi di dalam hati yang masih menyimpan rasa yang sama—tenang, jujur, dan tak berubah arah. Jika suatu hari kamu kembali, entah dengan kata atau hanya tatapan yang berbeda, kamu akan tahu: aku masih di sini. Dengan rasa yang tak berkurang. Dengan harapan yang tidak menuntut, hanya menunggu—diam-diam, tapi setia.

You May Also Like

0 komentar