• Beranda
  • Artikel dan Esai
  • Akademik
    • Beasiswa dan Kepemudaan
    • Tugas Kuliah
    • Soon
  • Puisi
  • Cerpen
  • Pidato
  • Jajan Yuk!
  • Excel
instagram facebook youtube Google+ bloglovin Email

Aksara Fauzi

"Aku hadir saat mata terpejam..."


Hutan yang sunyi tak lagi menyapa hati
Gemericik air kali tak lagi menetes pada mimpi
Pagi tak lagi berhias tembang-tembang merpati
Kini tak lagi terlihat mentari

Laut telah tercemar buih tuba dan polusi
Lembah telah padat dengan jeritan burung-burung putus asa
Bukit telah menangis kehilangan ranting dan daunnya
Dusun telah mengabu diselimuti debu

Kehidupan telah menjadi bebal dan bertopeng menjemukan
Nurani terberangue karena resah
Takut tak bisa makan di batas senja
Tak peduli air mata bocah yang tidak kunjung reda

Musim mengkristal pada batu dan arang
Perempuan-perempuan mengusap air mata di sisa halimun
Wajah dan tubuh menghangus
Bersama waktu dikubur asap neraka

Bukanlah mimpi membatasi hidung menghirup bebas
Menatapi mesranya titik embun pada daunlah yang selalu menjadi dambaan

#27Agustus2018
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

MENYINGKAP TABIR RAHASIA 
DI BALIK KEMEGAHAN DUNIA BROADCAST
(Resensator: Muhammad Irfan Fauzi)

Judul : Broadcast Undercover: True Story bukan Cuma Teori
Penulis : Brillianto Ksatria Jaya
Penerbit         : Media Pressindo
Cetakan         : 1, 2013
Tebal : 264 halaman
ISBN : 979-911-252-4
Harga : Rp 35.000,00

“Jadi broadcaster itu asyik! Jadi broadcaster itu gaul! Jadi broadcaster itu keren!”

Ya! Gambaran indah soal broadcast memanglah seperti itu. Menyenangkan. Asyik. Jenjang karir jelas, gaji ‘relatif ok’, bertemu dengan orang-orang terkenal, jalan-jalan gratis, dan masih banyak lagi hal yang mengasyikan. Hal-hal itulah yang membuat masa depan para broadcaster terlihat lebih ceria oleh para masyarakat awam. Bukankah begitu?
Pada kenyataannya menjadi seorang broadcaster banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Selain tantangan dalam diri, juga tantangan eksternal. Jika tantangan diri, ini berhubungan dengan masalah kreatifitas. Apalagi pada era milineal ini. Televisi adalah industri, jadi para kru dituntut kerja cepat tapi tetap kreatif. Bisa dibayangkan apabila mereka lelet, sudah pasti akan tergerus oleh mereka yang terbiasa gerak cepat. Selain itu, banyak sekali hal-hal yang menjadi rahasia di kalangan orang-orang di balik layar yang tidak diketahui banyak orang. Rahasia itu sudah ada yang tersebar, pun masih ada tersimpan rapat yang hanya menjadi konsumsi orang-orang di balik layar.
Kata broadcast atau broadcasting sudah bukan hal asing lagi di telinga msayarakat bahkan sampai kaum awam sekali pun. Broadcasting adalahdistribusi audio dan atau video yang mengirimkan sinyal program untuk penonton. Para penonton mungkin masyarakat umum atau sub-relatif besar penonton, seperti anak-anak atau orang dewasa muda. Sementara itu, broadcast adalah suatu proses pengiriman sinyal ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit, radio, televisi, dan komunikasi data pada jaringan dan lain sebagainya, dan bisa juga didefinisikan sebagai layanan server ke client yang menyebarkan data kepada beberapa client sekaligus dengan cara paralel dengan akses yang cukup cepat dari sumber video atau audio.

Aktivitas penyiaran tidaklah semata-mata merupakan kegiatan ekonomi, tetapi juga memiliki peran sosial yang tinggi sebagai media komunikasi. Secara umum, broadcasting merupakan sajian program acara dalam proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang-orang untuk menghibur dna mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak penyiaran.
Sementara itu, broadcaster atau orang yang melakukan penyiaran dipandang masyarakat sebagai seseorang yang rapi dan berwibawa, terlihat dari cara berpakaiannya dengan hiasan dasi di kemejanya. Namun, ternyata banyak cerita yang belum diketahui masyarakat tentang apa yang terjadi di balik layar dunia broadcast. Pada buku ini, secara gamblang penulis yang akrab disapa mas Brill menceritakan itu semua termasuk cerita awalnya terjun ke dunia broadcast.
Pada bagian pertama, penulis yang telah menyelesaikan bangku kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia jurusan Bahasa Jerman ini menyuguhkan cerita pribadinya saat pertama kali menginjak dunia broadcast, yaitu di dunia pertelevisian. Secara fisik, stasiun televisi memang sebuah kantor yang mentereng. Ada karyawan yang memakai dasi, hilir mudik di lobi. Mereka tampak sibuk, namun selalu menebar senyum dan sapa kepada tamu. Banyak pula wanita cantik berseliweran di ruang kerja dengan aroma parfum merek mahal yang semerbak mewangi. Adapun yang membuat kantor televisi tampak “wah”, mobil mewah berjajar rapi di tempat parkir, mulai dari harga ratusan juta hingga miliaran rupiah. Itulah pemandangan di sebuah stasiun televisi.
Saat pertama kali menjadi newcomer, bukanlah hal mudah untuk bisa beradaptasi dengan para senior dan bekerjasama dengan orang-orang yang berbeda isi kepala. Penulis kelahiran Jakarta ini pun menghadirkan cara bekerjasama dalam satu tim, yakni diantaranya dengan mengenali tim kerja, bergaul dengan semua level, ‘basa-basi’ itu penting asalkan jangan terlalu berlebihan, jangan menjadi seseorang yang pemarah, jangan pelit memberi pujian atas pencapaian orang lain walaupun pencapaian kecil, dan selalu mengatakan tolong meski memerintah bawahan serta jika salah mengakui kesalahan dengan meminta maaf.
Bagian kedua dari buku ini menampilkan hal-hal yang terjadi di belakang layar televisi atau bisa dikatakan ‘broadcast undercover’. Di belakang layar tidak jarang terjadinya aksi saling sikut untuk bisa naik jabatan. Bahkan ada yang rela mengeluarkan jutaan rupiah walaupun hanya untuk naik satu level di atas rekan kerjanya dan tidak jarang para newcomer tiba-tiba langsung melesat mendahului para karyawan yang cukup lama mengabdi. Penulis pun membocorkan tentang kehidupan rumah tangga para broadcaster. Kata kejamnya, berantakan. Ada yang terlambat menikah atau usia pernikahannya yang seumur jagung. Broadcaster yang terlambat menikah biasanya ada dua kemungkinan. Pertama, kepribadiannya diragukan alias abu-abu, mereka suka dengan sesama jenis. Kedua, ada juga yang takut menikah, 
Adapun godaan-godaan yang berkeliaran di dunia broadcast adalah uang. Di dunia ini, bukan rahasia lagi banyak broadcaster yang bermain uang. Hal-hal yang bisa menjadi ‘lahan basah’ di dunia broadcast adalah talent, video klip, akuisisi program, dan produk iklan.  
Pada bagian akhir, penulis yang telah pernah menghasilkan buku berjudul Aku dan Pengabdianku memberikan ‘wejangan’ untuk para broadcaster muda agar bekerja dengan profesional. Walaupun pengalaman kerjanya baru seumur jagung, jangan sampai membuat pribadi menjadi rendah diri. Justru hal demikian hanya akan mengucilkannya dan bahkan dianggap sampah oleh karyawan lain. Penulis pun banyak memberi tips, diantaranya cara menghadapi bos yang menyebalkan, ketika kejar tayang menjadi makanan sehari-hari, menjadi talent yang disayang produser, cara bekerja dengan baik di stasiun TV berita, dicintai oleh klien luar dalam, dan tentunya agar siaran televisi mendapat rating tinggi.

Secara keseluruhan, buku ini sarat akan pengetahuan dan istilah broadcast, namun sangat mudah dicerna karena disampaikan dengan penjelasan-penjelasan praktis, dalam bahasa yang lugas dan santai.
Salah satu hal unik dalam buku ini adalah pria yang masih aktif menulis sana-sini berani mengungkapkan hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui kalangan di luar dunia broadcast. Buku ini sangat disarankan dan bisa menjadi bekal untuk yang ingin terjun di dunia broadcast. Terutama yang saat ini masih berguru di perguruan tinggi dan mengambil jurusan broadcast atau pun sejenisnya.***

Share
Tweet
Pin
Share
10 komentar
source: Google

Assalamualaikum wr.wb.
Yang saya hormati Ibu Dosen Bahasa Indonesia
Yang saya banggakan teman-teman seperjuangan

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan taufik, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kita dapat berkumpul bersama di tempat ini dalam keadaan sehat wal afiat.

Salawat serta salam marilah senantiasa kita haturkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang kita nantikan syafaatnya kelak di yaumil akhir.

Hadirin yang saya hormati..

Pada kesempatan yang berbahagia, saya akan menyampaikan pidato tentang ibu.

Hadirin yang saya hormati..

Berbicara tentang ibu, tidak akan selesai seorang penulis membukukan tentangnya, seorang penyair melukiskan tentangnya, bahkan seorang miliader menggantikan tiap cucur keringat dengan uangnya.
Ibu adalah sagara cinta yang begitu luas. Dirinya adalah sumber ketulusan, tentang senyuman, pengorbanan, dan pengabdian. Ia tak pernah sama sekali menampakan wajah lelahnya di hadapan orang-orang terkasihnya. Bukan hal yang asing lagi, bahwa derajat ibu 3 kali lebih tinggi dibandingkan seorang ayah. Ini bukan berarti seorang ayah itu tidak berarti, namun ini menandakan betapa besarnya pengorbanan yang ibu curahkan dan bahkan berani bertarung nyawa demi kebahagiaan anaknya.

Hadirin yang berbahagia..

Pengorbanan seorang ibu telah Allah tuliskan dalam firmannya Q.S. Luqman ayat 14 yang berbunyi:

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“ dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Ingatlah bahwa ibu adalah sosok mulia yang telah mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkan kita. Diantara kewajiban syariat Islam ialah agama rahmatan lil alamin ini memerintahkan kita berbuat baik kepada kedua orangtua, terutama ibu meski ia musyrik sekalipun.

Hadirin yang berbahagia..

Pada era globalisasi ini masih saja ada anak yang malu mengakui ibunya sendiri. Baik karena rupanya, pekerjaannya, atau bahkan pendidikannya. Tidakkah kita sadari bahwa setiap ibu itu sudah bergelar MSi, apa itu? Yaitu Magister Segala Ilmu. Tak terbayang bukan, menjadi ibu yang baik itu harus banyak belajar dan terus belajar, life long education istilah kerennya. Ibu harus belajar akuntansi, agar bisa mengurus pendapatan keluarga, belajar ilmu tata boga agar bisa menjadi chef yang hebat untuk keluarganya, belajar ilmu keguruan karena ia adalah sekolah pertama untuk anaknya, belajar agama karena ibulah yang pertama kali mengenalkan anak kepada Allah serta membangun akhlak yang qurani, belajar ilmu kesehatan agar bisa mengurus keluarganya saat diterpa penyakit, dan masih banyak lagi ilmu-ilmu yang harus dipelajari seorang ibu. Masih kurangkah perjuangan ibu?

Hadirin yang berbahagia..

Kini, bukanlah saatnya kita menuntut lagi kepada ibu untuk memenuhi hak kita. Ingatlah, ibu pun mempunyai hak yang harus kita beri. Bukan saatnya mengeluh, bersyukur adalah jalan terbaik. Bersyukur diberikan ibu yang hebat, sabar, kuat, dan penyayang.

Hadirin yang berbahagia..

Cukup sekian pidato yang dapat saya sampaikan. Terima kasih atas perhatiannya. Mohon maaf untuk segala kesalahan. 

Wassalamualaikum wr.wb.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Pesatnya perkembangan teknologi di era global berimplikasi pada beragam aspek kehidupan sehingga terjadi diferensiasi antara zaman milenial dan zaman sebelumnya, terutama mengenai pola pikir, pemenuhan kebutuhan, serta budaya bertahan hidup. Berdasarkan karakteristik tersebut, tugas kita bukan hanya memperbaiki kualitas diri sesuai tuntutan zaman tetapi juga mengupayakan Negara Indonesia dapat tetap eksis di kancah Internasional sehingga mampu mengikuti dinamika laju kehidupan global..

Mewujudkan keeksistensian Indonesia adalah tanggung jawab seluruh elemen masyarakat yang hidup di bumi pertiwi, terutama para kaula muda. Bung Karno pernah berujar, “Berilah aku sepuluh orang pemuda, maka akan aku guncangkan dunia.” Merujuk pada pernyataan tersebut mencerminkan bahwa kehadiran pemuda adalah hal yang sangat vital dan menjadi penentu masa depan negeri. Di tangan para pemudalah baik dan buruknya masa depan bangsa. Maka, kuantitas yang banyak harus diimbangi dengan kualitas yang mumpuni sehingga mampu mengembalikan lagi kejayaan Indonesia di dunia global.

Di era milineal ini, generasi muda dalam mewujudkan cita-cita bangsa tidaklah mudah karena dihadapkan beragam problematika. Negara ini kaya akan masalah. Persoalan yang lama belum selesai, namun yang baru datang bertubi-tubi. Sebut saja dekadensi moral, kemiskinan, pengangguran, KKN, narkoba, supremasi hukum, kesehatan, dan masih banyak lagi. Semua ini datang silih berganti seperti mata rantai yang tiada ujungnya.

Kondisi bangsa kita sekarang karena kurangnya kesadaran pemuda terhadap pentingnya bela negara terutama dalam penuntasan krisis moral. Permasalahan moral ini diperkeruh oleh hadirnya televisi dengan kualitas program siaran yang rendah. Televisi memiliki daya magis yang kuat untuk memengaruhi khalayak. Media informasi ini masih menjadi media utama bagi masyarakat sebagaimana survei Nielsen Consumer Media View (NCMV) yang menunjukkan bahwa penetrasi televisi mencapai 96 persen, di urutan kedua diikuti media luar ruangan, internet, radio, koran, dan tabloid/ majalah. Perhatian ini menjadi penting karena media bisa seperti dua mata pedang yang memberikan efek positif dan juga negatif. 

Berdasarkan hasil survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi yang dilaksanakan Komisi Penyiaran Islam (KPI) pada periode Januari-Maret 2018 lalu, diketahui bahwa jenis program infotainment, sinetron, dan variety show yang kerap merajai jam tayang televisi nasional mendapatkan rapor merah dengan perolehan skor pada kisaran 2,3-2,5. Konten ketiga jenis program tersebut belum berkualitas dan minim edukasi. Ini menjadi indikator bahwa kualitas program televisi Indonesia masih rendah.

Dewasa ini, televisi cenderung menyuguhkan tayangan-tayangan yang tidak mendidik, informasi hoax, berita propaganda, dan bahkan hanya mengedepankan kepentingan pemilik/ pengelola media untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Jam tayang pun sering tidak sesuai pada tempatnya. Acara-acara hiburan yang disenangi anak-anak justru ditayangkan pada waktu-waktu untuk belajar dan ibadah umat Muslim. Kondisi program televisi Indonesia ini bertentangan dengan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran bahwa tujuan diselenggarakan penyiaran adalah untuk membentuk watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa serta mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Permasalahan utama dalam penyiaran Indonesia adalah kekurangseriusan pemerintah dalam menyikapi fenomena program televisi, mandulnya Komunikasi Penyiaran Indonesia sebagai regulator penyiaran, ketidaktaatan penyelenggara penyiaran di Indonesia terutama staisun televisi swasta yang beroperasi secara nasional, dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap program telivisi yang tidak berkualitas. Ketidaktaatan pada regulasi utama media penyiaran adalah hulunya, yaitu pengabaian terhadap Undang Undang nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Pemerintah, KPI, dan masyarakat harus bersinergi untuk mengatasi permasalahan ini karena dampaknya sangatlah fatal, terutama kepada anak-anak sebagai calon penerus bangsa.

Menghadapi masalah ini, peran pemuda sangatlah dibutuhkan. Pemuda dihadapkan pada dua pilihan antara menjadi gelembung atau gelombang. Keputusan dalam memilih ada di tangan masing-masing. Ketika memilih menjadi gelembung, maka pemuda akan mudah terombang-ambing (mengikuti arah angin, itu pun hanya angin yang lemah, jika angin yang kuat maka gelembung akan pecah) dan bila diam akan jatuh dan pecah. Pemuda yang seperti ini tidak memiliki prinsip dan tidak konsisten.
Pemuda yang seperti gelembung adalah mereka yang hanya mampu bersuara saja tanpa ada aksi nyata selanjutnya. Contohnya adalah mahasiswa yang melakukan petisi peniadaan program televisi yang minim edukasi. Aksi selesai dan buku agenda ditutup tetapi tidak ditemukan langkah pasti selanjutnya atau bahkan tidak melakukan apa-apa. Maka, apakah beruntung memilih menjadi gelembung?

Lain halnya ketika memutuskan untuk menjadi gelombang. Gelombang bersifat dinamis, ia selalu terus bergerak dan membersihkan di hadapannya. Di dalam gelombang terdapat energi yang begitu besar hingga mampu mengoyak kerasnya karang. Begitu pun halnya pemuda. Segala aspirasi yang dituntut adalah tahap pertama. Kemudian disiapkan rencana selanjutnya agar aspirasi tidak sebatas keinginan, seperti melakukan pengabdian masayarakat untuk mengedukasi tentang pentingnya filterisasai siaran televisi dengan sasaran utama anak-anak dibawah umur atau bahkan terjun langsung ke dalam dunia penyiaran dan meregulasi sistem yang tidak sesuai hukum. Kita harus memahami akan pesan Imam Ali bin Abi Thalib, “Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebathilan yang terorganisir”.

Pemuda yang memilih gelombang direpresentasikan sebagai generasi muda yang unggul. Mereka adalah jawaban dari segala tantangan yang sedang dihadapi. Sudah tentu dalam menyelesaikan permasalahan moralitas ini harus orang-orang pilihan kebanggaan Indonesia dengan karakter yang unggul. Generasi ini adalah yang memiliki godly character, kemandirian berfikir, kemampuan berkarya, dan spiritual discerment. 

Indikator godly character yaitu memiliki moralitas yang tinggi dan berakhlak pada multi latar. Pemuda harus menunjukan kesetiaannya kepada negara dengan moralitas tinggi. Mereka pun tahu bagaimana berakhlak kepada Sang Pencipta, dirinya, keluarga, masyarakat, dan bahkan lingkungan. Sehingga dalam menapaki kehidupan dipenuhi rasa tanggung jawab dengan pertimbangan bahwa segala tindakan yang dilakukan hari ini adalah akan dituai pada hari esok.

Sikap tanggung jawab tersebut akan melahirkan rasa kemandirian berfikir. Ukuran kemandirian berfikir yaitu selalu kritis atas persoalan yang dihadapi dan mampu menjawab persoalan tersebut. Kemandirian berfikir ini dimanifestasikan kepada kemampuan berkarya. Berkarya disini bisa berupa suatu produk seperti aplikasi smartphone untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan moral atau berupa pengabdian kepada masyarakat. Dengan pengabdian di masyarakat diharapkan bisa terjadinya perubahan menuju hal baik. Perubahan menjadi indikator suatu keberhasilan terhadap sebuah gerakan pemuda. Sehingga hasil dari perubahan ini dapat mencetak para tunas bangsa yang siap menghadapi masa depan.

Dalam melakukan perubahan, generasi unggul memiliki kesadaran bahwa segala ikhtiar yang dilakukan memiliki hubungan dengan “Sang Khalik” sehingga muncul spiritual discernment. Apapun yang dilakukan didasarkan atas keikhlasan beramal dan kebermanfaatan bagi orang banyak. Strategi “barokah” adalah wajib hukumnya bagi generasi ini dalam menjalankan perannya selaku agen perubahan. Dalam hidupnya, segala sesuatu diwujudkan dengan ikhtiar, dikuatkan dengan doa, dan mengenai interpretasi atas hasil dikembalikan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan penuh tawakal.

Dengan sinergisitas karakteristik di atas maka segala produk dari kemajuan teknologi di era globalisasi tidak lagi dipandang sebagai ancaman namun sebuah keuntungan karena dapat memudahkan untuk internalisasi nilai-nilai edukatif, agama, dan moral. Televisi bisa dijadikan untuk penyemaian nilai-nilai moral, internet untuk mengimbangi pemberitaan yang sarat akan adu domba yang memicu disintegrasi dengan artikel edukatif yang menekankan untuk pengembangan diri, dan kemajuan Iptek dimanfaatkan untuk eksplorasi sumber daya alam yang diolah generasi muda Indonesia yang mencapai taraf unggul untuk memaksimalkan tingkat kesejahteraan rakyat.  

Sudah waktunya dicari usaha ke arah tercapainya suatu sintesis, konvergensi, atau sinergisitas, sehingga dapat dicapai generasi yang membanggakan sebagaimana karakteristik yang telah disebutkan. Generasi muda yang unggul ini diharapkan mampu menaikkan derajat bangsa Indonesia di kancah global dan dapat berdaya saing dengan negara lain. Mewujudkan negara yang tetap eksis memanglah sulit, akan tetapi lebih sulit lagi mempertahankan keesksistensiannya. Maka dari itu, dibutuhkan tangan-tangan yang siap berkorban bagi negara dan menjadi generasi kebanggaan bangsa Indonesia. Gotong royong adalah budaya yang harus dimunculkan kembali, bahu membahu membangun negara Indonesia yang bermoral, maju, berdikari dan mampu mengikuti dinamika laju kehidupan global. Seorang aktivis pernah berkata, “Alone, we can do so little. Together, we can do so much.” 
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Bun, kenapa?
-Aksara Fauzi-

Semilir angin di serambi rumah mencium pipiku dalam lamunan
Menyadarkanku dari gemerlap mimpi
Dawai gitar menertawakanku di balik lekuk tubuhnya
Karena aku tidur bertopeng pesta

Bun, topeng pestaku kapan bisa dilepas?
Sementara kurcaci-kurcaci meminta penjelasanku
Bun, ada apa denganmu dan dengannya?
Si penjemput Mikail berkelana bersama gagak hitam

Bun, mengapa dongeng sebelum tidurmu tak nyata?
Hanya ilusi yang aku saksikan
Bun, apakah aku harus ikut dalam skenario tuhan?
Aku masih buta akan peranku

Bun, cukup!
Inilah saatnya aku menjadi tokoh utama dalam skenarioNya
Aku harus bermain cantik dan menembak gagak hitam itu
Dan akan ku kembalikan lelaki hebat itu kepadamu
#17 September 2016

***

Egoisnya bunda adalah tidak melibatkan anak dalam masalah yang tengah di hadapi. Ia selalu bersikukuh bahwa semua baik-baik saja, padahal sorot mata tidak bisa berbohong. 

Saat itu, keadaan rumah sedang tidak baik. Bodohnya aku hanya diam saja. Membiarkan diri ditertawakan sekeliling. Seolah aku tidak bertanggung jawab selaku anak sulung calon "ayah" dari adik-adik. Sebenarnya ini bukanlah mutlak salahku, bunda pun tak mengizinkan lidahnya untuk berkata semuanya kepada anak-anaknya sedangkan Ayah memang sedari dulu lebih memilih untuk diam sebagai tameng.

Penghancur keharmonisan keluarga adalah tamu yang tak punya tatakrama duduk manis di kursi ruang tengah. Kewajibanku melenyapkannya walaupun dibayar nyawa. Tak apa, yang terpenting Bunda bisa tersenyum lagi dan Ayah kembali ke dalam pelukan kami. Itu saja..

Gagak Hitam tak pantas menghirup udara Tuhan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Tangis
Karya: W.S. Rendra

Ke mana larinya anak tercinta
Yang diburu segenap penduduk kota?
Paman Doblang! Paman Doblang!

Ia lari membawa dosa
Tangannya dilumuri cemar noda
Tangisnya menyusupi belukar di rimba

Sejak semalam orang kota menembaki dengan dendam tuntutan mati
Dan ia lari membawa diri
Seluruh subuh, seluruh pagi.

Paman Doblang! Paman Doblang!
Ke mana larinya anak tercinta
Di padang lalang mana?
Di bukit kapur mana?
Mengapa tak lari di riba bunda?

Paman Doblang! Paman Doblang!
Pesankan padanya dengan angin kemarau
Ibunya yang tua menunggu di dangau

Kalau lebar nganga lukanya
Mulut bunda kan mengucupnya
Kalau kotor warna jiwanya
Ibu cuci di lubuk hati
Cuma ibu yang bisa mengerti
Ia membunuh tak dengan hati

Kalau memang hauskan darah manusia
Suruhlah minum darah ibunya

Paman Doblang! Paman Doblang!
Katakan, ibunya selalu berdoa
Kalau ia kan mati jauh di rumba
Suruh ingat marhum bapanya
Yang di sorga, di imannya
Dan di dangau ini ibunya menanti
Dengan rambut putih dan debar hati

Paman Doblang! Paman Doblang!
Kalau di rimba rembulan pudar duka
Katakan, itulah wajah ibunya

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Kiriman Lampau

Siapakah Aksa?

Siapakah Aksa?
Aku adalah apa yang kamu baca dan dengar

Ikuti dan Tanya Aku!

  • instagram
  • facebook
  • youtube
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Apa aja yang banyak dicari?

  • [Syarhil] Akhlak Rasulullah sebagai Kunci Perbaikan Dekadensi Moral
    Ilustrasi Assalamualaikum wr.wb. Dewan juri yang kami hormati! para peserta Musabaqah Syarhil Qur’an yang berbahagia, serta ha...
  • Dollar menjadi Raja
    “Waduh! Sembako mahal!” “BBM naik!” “Kemana pemerintah? Kok bahan-bahan pokok jadi mahal!” Itulah beberapa pernyataan yang terlo...
  • Disiplin, Apakah perlu?
    Saat mendengar kata “Disiplin” maka pikiran yang terlintas di benak kita adalah suatu beban atau suatu tanggung jawab yang ...
  • Beasiswa PPA 2019 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
    Assalamualaikum! Hallo! Apa kabar? Semoga sehat selalu ya.. Berjumpa lagi dengan Aksa di tahun yang berbeda tapi kabar yang sama...
  • [Story Telling] Malin Kundang (+Video)
    Once upon a time, there was a poor boy named Malin Kundang. He lived with his old mother in West Sumatera. He was very nice boy but he...
  • Mengenal Pilar Budaya Cianjur
    Sejak dahulu, Kabupaten Cianjur sudah terkenal dengan budaya 3M (Maos, Mamaos, Maenpo) yang menjadi ciri Kabupaten Cianjur. Bupati Cianjur...
  • Ruksakna Iman jeung Alam (Bahasa Sunda)
    Sumber: ISNET Dina surat Ar-Rum ayat 40 deugika 42, Alloh negeskeun ka manusa, yén ‘ngayugakeun kahirupan’ , ‘nyiptakeun rejeki’ ajan...
  • Best Position Paper Asia World MUN III (Committee OIC)
    Topic : “Discussing the Roles of Member States and the OIC in Response to the Ongoing Refugee Crisis” Commit...
  • [PUISI] Tangis (W.S. Rendra)
    Tangis Karya: W.S. Rendra Ke mana larinya anak tercinta Yang diburu segenap penduduk kota? Paman Doblang! Paman Doblang! Ia la...
  • Cyberbullying, Tren Generasi Milenial Indonesia
    Source: iam1n4.com Perbincangan mengenai bullying kembali mencuat ke permukaan. Masalah kolot yang biasanya terjadi di sekolah ini b...

Postingan Terbaru!!

Ada Apa Aja?

  • Artikel dan Essai
  • Beasiswa dan Kepemudaan
  • Cerpen
  • Excel
  • Pidato
  • Puisi
  • Tugas Kuliah

Garis Waktu

  • Desember 2023 (1)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (1)
  • Mei 2021 (1)
  • Maret 2021 (3)
  • November 2020 (3)
  • Oktober 2020 (1)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (6)
  • Juli 2020 (3)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (3)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (5)
  • Februari 2020 (1)
  • Januari 2020 (5)
  • November 2019 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • Juni 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (1)
  • Januari 2019 (2)
  • Desember 2018 (6)
  • November 2018 (3)
  • Oktober 2018 (10)
  • September 2018 (5)
  • Agustus 2018 (6)
  • Juli 2018 (3)
  • April 2018 (6)
  • Desember 2015 (8)
  • Juli 2015 (1)
  • April 2015 (1)
  • Maret 2015 (9)

Created with by Aksara Fauzi | Helped by Someone