Resensi Buku 'Broadcast Undercover: True Story bukan Cuma Teori' (Brillianto K. Jaya)
MENYINGKAP TABIR RAHASIA
DI BALIK KEMEGAHAN DUNIA BROADCAST
(Resensator: Muhammad Irfan Fauzi)
Judul : Broadcast Undercover: True Story bukan Cuma Teori
Penulis : Brillianto Ksatria Jaya
Penerbit : Media Pressindo
Cetakan : 1, 2013
Tebal : 264 halaman
ISBN : 979-911-252-4
Harga : Rp 35.000,00
“Jadi broadcaster itu asyik! Jadi broadcaster itu gaul! Jadi broadcaster itu keren!”
Ya! Gambaran indah soal broadcast memanglah seperti itu. Menyenangkan. Asyik. Jenjang karir jelas, gaji ‘relatif ok’, bertemu dengan orang-orang terkenal, jalan-jalan gratis, dan masih banyak lagi hal yang mengasyikan. Hal-hal itulah yang membuat masa depan para broadcaster terlihat lebih ceria oleh para masyarakat awam. Bukankah begitu?
Pada kenyataannya menjadi seorang broadcaster banyak sekali tantangan yang harus dihadapi. Selain tantangan dalam diri, juga tantangan eksternal. Jika tantangan diri, ini berhubungan dengan masalah kreatifitas. Apalagi pada era milineal ini. Televisi adalah industri, jadi para kru dituntut kerja cepat tapi tetap kreatif. Bisa dibayangkan apabila mereka lelet, sudah pasti akan tergerus oleh mereka yang terbiasa gerak cepat. Selain itu, banyak sekali hal-hal yang menjadi rahasia di kalangan orang-orang di balik layar yang tidak diketahui banyak orang. Rahasia itu sudah ada yang tersebar, pun masih ada tersimpan rapat yang hanya menjadi konsumsi orang-orang di balik layar.
Kata broadcast atau broadcasting sudah bukan hal asing lagi di telinga msayarakat bahkan sampai kaum awam sekali pun. Broadcasting adalahdistribusi audio dan atau video yang mengirimkan sinyal program untuk penonton. Para penonton mungkin masyarakat umum atau sub-relatif besar penonton, seperti anak-anak atau orang dewasa muda. Sementara itu, broadcast adalah suatu proses pengiriman sinyal ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit, radio, televisi, dan komunikasi data pada jaringan dan lain sebagainya, dan bisa juga didefinisikan sebagai layanan server ke client yang menyebarkan data kepada beberapa client sekaligus dengan cara paralel dengan akses yang cukup cepat dari sumber video atau audio.
Aktivitas penyiaran tidaklah semata-mata merupakan kegiatan ekonomi, tetapi juga memiliki peran sosial yang tinggi sebagai media komunikasi. Secara umum, broadcasting merupakan sajian program acara dalam proses komunikasi yang bertujuan untuk membujuk atau menggiring orang-orang untuk menghibur dna mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak penyiaran.
Sementara itu, broadcaster atau orang yang melakukan penyiaran dipandang masyarakat sebagai seseorang yang rapi dan berwibawa, terlihat dari cara berpakaiannya dengan hiasan dasi di kemejanya. Namun, ternyata banyak cerita yang belum diketahui masyarakat tentang apa yang terjadi di balik layar dunia broadcast. Pada buku ini, secara gamblang penulis yang akrab disapa mas Brill menceritakan itu semua termasuk cerita awalnya terjun ke dunia broadcast.
Pada bagian pertama, penulis yang telah menyelesaikan bangku kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia jurusan Bahasa Jerman ini menyuguhkan cerita pribadinya saat pertama kali menginjak dunia broadcast, yaitu di dunia pertelevisian. Secara fisik, stasiun televisi memang sebuah kantor yang mentereng. Ada karyawan yang memakai dasi, hilir mudik di lobi. Mereka tampak sibuk, namun selalu menebar senyum dan sapa kepada tamu. Banyak pula wanita cantik berseliweran di ruang kerja dengan aroma parfum merek mahal yang semerbak mewangi. Adapun yang membuat kantor televisi tampak “wah”, mobil mewah berjajar rapi di tempat parkir, mulai dari harga ratusan juta hingga miliaran rupiah. Itulah pemandangan di sebuah stasiun televisi.
Saat pertama kali menjadi newcomer, bukanlah hal mudah untuk bisa beradaptasi dengan para senior dan bekerjasama dengan orang-orang yang berbeda isi kepala. Penulis kelahiran Jakarta ini pun menghadirkan cara bekerjasama dalam satu tim, yakni diantaranya dengan mengenali tim kerja, bergaul dengan semua level, ‘basa-basi’ itu penting asalkan jangan terlalu berlebihan, jangan menjadi seseorang yang pemarah, jangan pelit memberi pujian atas pencapaian orang lain walaupun pencapaian kecil, dan selalu mengatakan tolong meski memerintah bawahan serta jika salah mengakui kesalahan dengan meminta maaf.
Bagian kedua dari buku ini menampilkan hal-hal yang terjadi di belakang layar televisi atau bisa dikatakan ‘broadcast undercover’. Di belakang layar tidak jarang terjadinya aksi saling sikut untuk bisa naik jabatan. Bahkan ada yang rela mengeluarkan jutaan rupiah walaupun hanya untuk naik satu level di atas rekan kerjanya dan tidak jarang para newcomer tiba-tiba langsung melesat mendahului para karyawan yang cukup lama mengabdi. Penulis pun membocorkan tentang kehidupan rumah tangga para broadcaster. Kata kejamnya, berantakan. Ada yang terlambat menikah atau usia pernikahannya yang seumur jagung. Broadcaster yang terlambat menikah biasanya ada dua kemungkinan. Pertama, kepribadiannya diragukan alias abu-abu, mereka suka dengan sesama jenis. Kedua, ada juga yang takut menikah,
Adapun godaan-godaan yang berkeliaran di dunia broadcast adalah uang. Di dunia ini, bukan rahasia lagi banyak broadcaster yang bermain uang. Hal-hal yang bisa menjadi ‘lahan basah’ di dunia broadcast adalah talent, video klip, akuisisi program, dan produk iklan.
Pada bagian akhir, penulis yang telah pernah menghasilkan buku berjudul Aku dan Pengabdianku memberikan ‘wejangan’ untuk para broadcaster muda agar bekerja dengan profesional. Walaupun pengalaman kerjanya baru seumur jagung, jangan sampai membuat pribadi menjadi rendah diri. Justru hal demikian hanya akan mengucilkannya dan bahkan dianggap sampah oleh karyawan lain. Penulis pun banyak memberi tips, diantaranya cara menghadapi bos yang menyebalkan, ketika kejar tayang menjadi makanan sehari-hari, menjadi talent yang disayang produser, cara bekerja dengan baik di stasiun TV berita, dicintai oleh klien luar dalam, dan tentunya agar siaran televisi mendapat rating tinggi.
Secara keseluruhan, buku ini sarat akan pengetahuan dan istilah broadcast, namun sangat mudah dicerna karena disampaikan dengan penjelasan-penjelasan praktis, dalam bahasa yang lugas dan santai.
Salah satu hal unik dalam buku ini adalah pria yang masih aktif menulis sana-sini berani mengungkapkan hal-hal yang sebelumnya tidak diketahui kalangan di luar dunia broadcast. Buku ini sangat disarankan dan bisa menjadi bekal untuk yang ingin terjun di dunia broadcast. Terutama yang saat ini masih berguru di perguruan tinggi dan mengambil jurusan broadcast atau pun sejenisnya.***
10 komentar
Mantapz...
BalasHapusTerimakasih telah mengunjungi blog Aksara. Semoga Bermanfaat dan Selamat Membaca^^ #SalamAksara!
HapusMantap kang,, :)
BalasHapusSalam dari Sumirat Blog
Hatur nuhun kunjunganana^^
HapusSiip👍
BalasHapusTerimakasih atas kunjungannya^^
Hapus👍👍👍
BalasHapusTerimakasih atas kunjungannya dan Selamat membaca^^
HapusSiipp lah... 👍
BalasHapusTerimakasih atas kunjungannya dan Selamat membaca^^
Hapus