[Resensi Buku] Menjadi Primadona Acara
Judul: Anti Panik Berbicara di Depan Umum
Penulis: Asti Musman
Penerbit: Komunika
Cetakan: I, Mei 2018
Tebal: 308 halaman
ISBN: 978-602-5638-50-3
Harga: Rp 58.800,00
Dale Carnegie dalam buku “Sukses Berkomunikasi” (2015) menyatakan bahwa berdasarkan survei mengenai ketakutan yang dirasakan manusia, berbicara di depan publik menempati posisi teratas dibandingkan ketakutan lainnya seperti kematian, penyakit atau hilangnya pekerjaan. Berdasarkan hasil survey The People’s Almanac: The Book of Lists terhadap tiga ribu orang Amerika, salah satu yang mengejutkan adalah jawaban terhadap pertanyaan “Apa yang paling Anda takutkan”, hasil surveinya ternyata yang menduduki tempat teratas adalah berbicara di hadapan kelompok, yaitu 41%.
Ketakutan berbicara di depan umum atau keberanian yang tidak muncul atau ketakutan yang tidak beralasan disebut sebagai glossophobia. Artinya sama seperti “demam panggung”. Saat sedang berada di sebuah keramaian acara atau dalam sebuah situasi, kemudian nama kita disebut dan dipanggil ke depan untuk berbicara di depan publik, tiba-tiba lutut terasa lemas, perut mual, telapak tangan berkeringat, dan sulit untuk mengeluarkan kata-kata.
Ketika kita menghadiri suatu acara, seringkali terkagum dan bahkan iri menyaksikan pembawa acara yang pandai berbicara di depan umum dan mampu mencairkan suasana. Kemampuan tersebut tentu saja tidak didapatkan secara instan. Mereka yang tampak percaya diri di hadapan publik, telah melakukan latihan terus-menerus.
Banyak aspek yang harus dikuasai agar lihai memainkan irama suatu acara. Pembiasaan diri dan keterampilan berbahasa adalah hal mutlak yang harus dimiliki seorang pembawa acara. Saat bertugas sebagai pembawa acara, lancar tidaknya suatu acara, berhasil tidaknya suatu acara, tergantung pada pembawa acara. Mengingat pentingnya peran yang dimainkannya, orang yang ditugasi tentu bukan orang yang sembarangan.
Pembawa acara juga merupakan orang yang terpilih dan mempunyai bekal yang cukup. Beberapa bekal pembawa acara antara lain kepribadian, semangat, pengetahuan, dan keterampilan. Saat tampil membawakan acara, pembawa acara perlu memerhatikan hal-hal yang menyangkut cara berpakaian, bersikap, memandang hadirin, berdiri, memegang mikrofon, dan cara mengakhiri acara.
Tugas pembawa acara bukan hanya membacakan susunan acara yang sudah tertulis, yang dapat dilakukan semua orang. Bukan hanya itu. Pembawa acara adalah seorang pemimpin yang bila di perlukan, sewaktu-waktu harus dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Kemampuan untuk mengoordinasikan berbagai bidang yang berkiatan dengan pelaksanaan acara sangat iperlukan, sebab kelancaran dan kesuksesan sautu acara menjadi tanggungjawabnya. Untuk itu, pembawa acara harus melakukan tahapan-tahapan, yaitu tahap orientasi, tahap penyusunan acara, dan tahap pelatihan.
Selain menjadi pembawa acara, hal yang tak kalah menakutkan tampil di depan umum adalah berpidato. Maka dari itu, sama halnya menjadi pembawa acara, latihan terus menerus adalah wajib agar bisa sukses berpidato. Adapun menurut Hudoro Sameto dalam buku “Cara Berbicara dan Presentasi dengan Audio-Visual” lima langkah sukses berpidato, yaitu survey, analisis, rencana/ bagan, aktualisasi/ realisasi, serta pencatatan dan evaluasi.
Terkadang sebagian orang ketika berada di atas podium cenderung mengubah gaya pidato menjadi lebih formal sehingga terkesan kaku. Kenyataannya, pidato tidak melulu harus formal. Menjadi diri sendiri pun adalah penting. Bersikaplah seolah terjadi percakapan. Penggunaan kata atau kalimat juga lebih baik dibandingkan kalimat panjang. Kita pun dalam beberapa kesempatan harus menyampaikan segalanya secara sederhana dan langsung, tergantung situasi dan kondisi audiens. Adapun beberapa unsur yang bisa membuat pidato lebih hidup dan menjad ilebih menarik, yaitu kisah, audiensi, humor, analogi, fakta yang mengejutkan, anekdot, dan kejadian aktual. Dengan menguasai semua unsur tersebut, maka tidak ayal kita akan mampu mencuri perhatian audiens dan menjadi primadona dalam acara.
Secara keseluruhan, buku ini sarat akan informasi mengenai berbicara di depan umum dan penguasaan diri agar acara berjalan sukses. Materi yang disajikan pun sangat mudah dicerna karena disampaikan dengan penjelasan-penjelasan praktis, dalam bahasa yang lugas dan santai. Nilai tambah lainnya adalah adanya tips dan trik cara berpidato dan MC sesuai situasi dan kondisi dan mengulas cara-cara mengatasi demam panggung secara sederhana, sebab panggung adalah medan perang para MC/ pembawa acara. Ragam contoh susunan acara, ucapan pembawa acara, hingga ragam contoh pidato pada berbagai acara pun termaktub dalam buku ini, sehingga memudahkan pembaca untuk mengimplementasikannya. Buku ini juga menguak kekuatan pidato tak hanya pada isi pidato, namun juga gaya berpidato yang ditampilkan tokoh dunia, beserta contoh pidato mereka yang pidatonya mampu menarik simpati massa, seperti Bung Karno, Bung Tomo, Hitler, Fidel Castro, dll.
Dilihat dari sisi sistematika, buku ini mempunyai sistematika yang baik karena setiap bab disusun secara terstruktur sehingga pembaca lebih mudah mengikuti alur pemikiran dari penulisnya. Buku ini sangat disarankan dan bisa menjadi bekal untuk berbagai kalangan yang ingin terjun ke dunia public speaking. Terutama yang saat ini masih berguru di perguruan tinggi dan mengambil jurusan komunikasi atau pun sejenisnya.
0 komentar