• Beranda
  • Artikel dan Esai
  • Akademik
    • Beasiswa dan Kepemudaan
    • Tugas Kuliah
    • Soon
  • Puisi
  • Cerpen
  • Pidato
  • Jajan Yuk!
  • Excel
instagram facebook youtube Google+ bloglovin Email

Aksara Fauzi

"Aku hadir saat mata terpejam..."

sumber gambar: thrive global

Masa pandemi menjadi masa-masa paling mengerikan selama penulis hidup. Bukan kerikil yang menyusahkan langkah, tetapi jalanan yang disetapaki menjadi ambruk dan bahkan diterjang banjir bandang. Sesulit itu untuk menuju ke titik cahaya yang orang-orang sebut titik kesuksesan. Iya, titik yang akan membuat kita bangga telah berjalan sejauh itu. Menoleh ke belakang, lalu disambut senyuman yang paling cantik yang pernah terukir.

Dentang waktu berbunyi di penghujung lembaran diikuti segala cita riuh ke angkasa bersama kembang api. Beragam harap berlomba-lomba menyesaki semesta. Tiada duka tersirat, hanya suka dan cinta. Satu persatu doa manusia mengetuk pintu Tuhan. Pekerja menginginkan upah bertambah. Siswa berharap segala jawaban ujian tidak berakhir salah. Orangtua memohon rezeki yang berlimpah

Bukan berkat yang didapat, malah hari-hari yang diharap berunga berubah kiamat. Sang surya yang tetap kokoh berdiri menyinari bumi tidak cukup terang untuk kekacuan buah pikir. Bulan yang tetap setia meninabobokan manusia tidak cukup menenangkan hati yang tengah terkilir.

Hati dan buah pikir bertaut dalam getaran yang sama. Gelisah dan takut mengeratkan keduanya. Keriuhan jalanan dihujam waktu. Sunyi. Sepi. Warga satu sama lain enggan bertamu. Lebih tepatnya, dilarang adanya tangan yang bersatu. 

Periode awal masa pandemi dihujani beragam kejadian yang tak mengenakan. Jari telunjuk umat manusia mengarah ke satu sama lain. Saling menyalahkan. Saling memberi kutukan. Tidak ada lagi makna persaudaraan. Persatuan yang dulu gaung dielu-elukan hilang ditelan zaman. Zaman edan tentunya.

Sang empunya kekuasaan berulang kali menetapkan ketentuan, namun sang penyokong kekuasaan tak mengindahkan -karena memang seringkali malah menyengsarakan. 

Sekolah yang ramai dengan permainan lompat tali para gadis hanya menyisakan bekas tapak kaki yang kini perlahan mulai memudar. Pojokan kantin yang biasanya disesaki para lelaki yang enggan membayar jajanan dengan penuh, kini hanya tertinggal debu pekat yang dipenuhi jaring laba-laba di tiap sudut kantin. Ruang guru yang kerapkali ramai dengan aneka ragam cerita menjengkelkan karena tingkah laku murid-muridnya, kini terpaksa harus menanti sahabat gibahnya karena mendapatkan jadwal pembagian masuk yang berbeda. 

Tak hanya itu, beragam pekerjaan pun mengalami dampak kontan. Semuanya mengalami perubahan. Denting mangkok penjual bakso terdengar lebih keras dari biasanya. Pantas saja, komponen mie bakso masih terjajar rapi di etalase gerobak, padahal senja mulai menampakkan diri. Waktu peralihan menuju malam yang dahulu selalu menjadi hal mengerikan para pekerja karena tentu saja akan terjadi kemacetan yang panjang akibat jam pulang kantor dan pergantian shif buruh pabrik, kini tak begitu kelam. Bagaimana tidak?  Gaji UMR yang tak memadai menghidupi keluarga itu sudah tidak lagi masuk ke rekening. Penghentian masa kerja dilakukan secara masal. Banyak orang mulai menyemat gelar 'pengangguran'.

Ah.. Pokoknya sungguh kelam masa-masa pandemi. Para siswa terpaksa putus sekolah karena tak memiliki smartphone untuk mengikuti materi. Para gadis mulai menerima perjodohan oleh orangtuanya dengan pria yang mampu menafkahi. Para mahasiswa tingkat akhir mulai kelimpungan karena tugas akhir yang terus menerus revisi. Yang lebih mengerikannya lagi, tak sedikit orang yang kesehatan mentalnya terganggu hingga berniat bunuh diri.

Penulis pun turut ikut merasakan penderitaan itu. Perlahan namun tak kenal henti, penulis berusaha mengalihkan segala kemelut dengan hiburan tontonan drama korea, film-film netflix, drama series, video horor di youtube, memutar playlist andalan di spotify, dan sekarang tengah mencoba hobi banyak orang di masa pandemi, yaitu mengoleksi tanaman. Semua dilakukan untuk menghibur diri agar tidak terjerambab ke dalam jurang yang menyengsarakan. Tak lupa, beragam mimpi pun mulai direalisasikan dengan rencana yang menyesuaikan kondisi. Semua serbang elektronik. Susah memang, tapi ya setidaknya penulis berani melangkah, tidak hanya berdiam diri. Yakin dulu saja.

Segala aktifitas dilakukan dengan alasan agar bisa tetap tumbuh kembang dan hidup di masa pandemi. Tentu saja alasan di atas hanya beberapa dari sekian banyak alasan agar tetap hidup. 

Siklus kegiatan yang terus berputar dengan aktifitas yang sama tentu mendatangkan 'kegabutan'. Pada akhirnya, semuanya bermuara ke pemutaran lagu yang berulang. Saat telinga mendengarkan lagu, jari-jari scroll down layar dan bola mata mendikte satu persatu kata dalam komentar banyak orang. Saat itu, lagu yang didengarkan adalah Quite Miss Home dari James Arthur. Pengguna youtube berkomentar seputar keserasian lagu dengan kondisi pandemi. Hingga pada akhirnya ada komentar yang membuat penulis terdiam dan membuat mata berkaca-kaca. Komentar menakjubkan itu tentang alasan orang-orang agar tetap hidup di dunia meski keadaan menghimpit dari berbagai lini. Jumlahnya hingga 100 alasan. Bahasa aslinya adalah bahasa inggris, namun penulis mencoba menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Mau tau? berikut 100 alasan untuk tetap hidup di masa pandemi..

1. Untuk membuat orang tua kita bangga.

2. Untuk menaklukkan ketakutan kita.

3. Untuk melihat keluarga kita lagi.

4. Untuk melihat artis favorit kita secara langsung.

5. Untuk mendengarkan musik kembali.

6. Mengenal dan memelajari budaya baru.

7. Mencari teman baru.

8. Untuk menginspirasi.

9. Memiliki anak sendiri.

10. Untuk mengadopsi hewan peliharaan kita sendiri.

11. Membuat diri kita bangga.

12. Berada di tempat yang sama dengan idol korea.

13. Tertawa sampai menangis.

14. Merasakan air mata kebahagiaan.

15. Makan makanan favorit kita.

16. Untuk melihat saudara kita tumbuh.

17. Untuk lulus sekolah.

18. Untuk mendapatkan tato.

19. Tersenyum sampai pipimu sakit.

20. Untuk bertemu teman internet kita.

21. Untuk menemukan seseorang yang mencintai kita seperti yang kita layak dapatkan.

22. Makan es krim di hari yang panas.

23. Minum coklat panas di hari yang dingin.

24. Untuk melihat salju yang tak tersentuh di pagi hari.

25. Untuk melihat matahari terbenam yang membakar langit.

26. Untuk melihat bintang-bintang menerangi langit.

27. Untuk membaca buku yang mengubah hidup kita.

28. Untuk melihat bunga di musim semi.

29. Untuk melihat perubahan daun dari hijau menjadi coklat.

30. Untuk bepergian ke luar negeri.

31. Untuk mempelajari bahasa baru.

32. Belajar menggambar.

33. Untuk menceritakan kisah kita kepada orang lain dengan harapan dapat membantu mereka.

34. Ciuman anak anjing dan cakaran kucing.

35. Ciuman bayi (mulut ternganga saat bibir mereka menampar pipi kita).

36. Sumpah serapah dan pelepasan yang kita rasakan saat mengucapkannya.

37. Trampolin.

38. Es krim.

39. Mengamati bintang.

40. Menonton awan.

41. Mandi lalu tidur di atas seprai bersih.

42. Menerima hadiah yang didambakan.

43. "Aku melihat ini dan memikirkanmu."

44. Perasaan yang kita dapatkan saat seseorang yang kita cintai berkata, "Aku mencintaimu."

45. Kelegaan yang kita rasakan setelah menangis.

46. Sinar matahari.

47. Perasaan yang kita dapatkan ketika seseorang mendengarkan kita/ memberi kita perhatian penuh mereka.

48. Pernikahan masa depan kita.

49. Jajanan anak SD.

50. Baju baru.

51. Saling mengejek dengan sahabat.

52. Roti yang sangat enak.

53. Menggendong anak kita untuk pertama kalinya.

54. Menyelesaikan tonggak sejarah (alias kuliah, lulus kuliah, menikah, mendapatkan pekerjaan impian).

55. Jenis mimpi di mana kita bangun dan tidak bisa berhenti tersenyum.

56. Bau sebelum dan sesudah hujan.

57. Suara hujan di atap.

58. Perasaan yang kita rasakan saat kita menari.

59. Orang (atau orang-orang) yang paling berarti bagi kita. Tetaplah hidup untuk mereka.

60. Mencoba resep baru.

61. Perasaan yang kita dapatkan saat lagu favorit kita terdengar di radio.

62. Ketergesaan yang kita rasakan saat kita melangkah ke atas panggung.

63. Kita harus membagikan suara dan bakat serta pengetahuan kita dengan dunia karena itu sangat berharga.

64. Sarapan di tempat tidur.

65. Mendapatkan kursi tengah di bioskop.

66. Sarapan untuk makan malam (karena jauh lebih baik di malam hari daripada di pagi hari).

67. Hubungan intim dengan orang terkasih.

68. Pengampunan.

69. Saling menciprat di kolam renang.

70. Buku-buku baru oleh penulis favorit kita.

71. Kunang-kunang.

72. Ulang tahun.

73. Menyadari bahwa seseorang mencintaimu.

74. Menghabiskan hari dengan seseorang yang kita cintai.

75. Menghabiskan sepanjang hari di tempat tidur.

76. Makan es krim favorit kita.

77. Mengambang di air dan hanya menatap langit.

78. Kencan pertama (bahkan yang buruk bisa membuat cerita lucu.)

79. Menikmati api unggun saat berkemah.

80. Hubungan di mana kita mencintai seseorang tetapi tidak dicintai balik. Namun terus berjuang untuk mendapatkannya.

81. Pulang ke rumah seseorang yang kita cintai.

82. Warna daun musim gugur saat mereka berubah.

83. Menyanyikan lagu sekuat tenaga dengan teman-teman kita.

84. Pelukan.

85. Tidur nyenyak di kasur yang hangat dan nyaman.

86. Kulit seseorang menempel pada kulit kita.

87. Berpegangan tangan.

88. Jenis pelukan saat kita bisa merasakan beban diangkat dari bahu kita. Jenis pelukan di mana napas kita selaras dengan pelukan orang lain, dan kita merasa seperti satu-satunya di dunia ini.

89. Bernyanyi dengan teman-teman terbaik kita.

90. Menikmati jalanan saat sunmori.

91. Petualangan tanpa rencana.

92. Perasaan pasir di bawah jari-jari kaki kita.

93. Perasaan ketika gelombang laut pertama menggulung dan menyelimuti jari-jari kaki, pergelangan kaki, dan lutut kita.

94. Badai petir.

95. Perjalanan pertama (atau keseratus) kita ke Dufan.

96. Rasa makanan favorit kita.

97. Perasaan seperti anak kecil yang kita dapatkan pada pagi Natal.

98. Hari ketika semuanya akhirnya berjalan sesuai keinginan kita.

99. Mendapatkan pujian.

100. Untuk melihat momen ini dalam waktu 10 tahun dan menyadari bahwa kita telah melakukannya.


Masih banyak hal indah lainnya untuk dijalani. jadi hiduplah, dan hiduplah, dan hiduplah. Tolong jangan melakukan sesuatu yang bodoh, itu tidak menghilangkan rasa sakit itu kepada orang lain.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Sumber gambar (hanya ilustrasi): www.sditalkahfi.sch.id

"Pak, saya izin ke toilet ya," ucapku memotong materi yang sedang dijelaskan Pak Roni.

"Oh iya, silahkan," jawabnya.

Aku segera berlari terbirit-birit, kantung kemih sudah tak kuasa menahan air karena apabila keluar tanpa seizinku di lorong sekolah, sudah pasti jadi bulan-bulanan warga sekolah. 

"Ah, akhirnya," ucapku lega.

Aku pun segera cuci tangan sambil selfie sejenak di depan cermin. Entah mengapa cermin di toilet selalu memantulkan wajahku dengan begitu cantik. Tak cukup sekali jepretan, beragam filter instagram pun kucoba. Pokoknya sampai mendapatkan satu yang terbaik dari ratusan foto yang tersimpan.

"Eh ikutan dong," ucap Rani sambil bergaya denganku.

"Ngapain ke toilet? Bosan di kelas ya.." ejekku.

"Mau beli seblak! ya kebelet lah.. Tungguin ya," jawab Rani ketus.

Rani pun segera menuntaskan hajatnya, sementara aku melanjutkan hobi seluruh wanita di dunia, tentu saja selca (selfie depan kaca). Tiba-tiba HP ku berdering karena ada yang menelpon. Panggilan tersebut ternyata dari Rani. Aku terheran sejenak, untuk apa dia menelpon dari dalam toilet.

"Sindy, lu dimana! Cepetan balik kelas, bentar lagi ganti guru killer," ucap seseorang dari balik panggilan itu.

"Hah? iya b-bent..." belum selesai aku menjawab, panggilan pun dimatikan oleh kontak bernama Rani.

Ah.. paling juga prank, udah sering yang kayak begini..

Meskipun aku menyangkal dalam hati, namun pikiranku tetap saja bertanya-tanya. Seingatku, Rani yang di dalam toilet tidak membawa HP. Daripada aku mati penasaran, lantas aku pun mencoba memanggil sosok Rani yang di dalam toilet.

"Ran, cepetan elah! Lama banget.." ucapku sambil ketakutan.

"Iya bentar Ran, ini dikit lagi tanggung," jawab Rani sambil terdengar samar-samar suara sisa-sisa makanan.

"Ih jorok!" ujarku.

Aku pun sedikit tenang dan semakin yakin kalau panggilan tadi itu adalah prank dari teman kelasku. Memang cukup aneh juga tingkah laku mereka, terutama anak laki-lakinya. Terdengar suara pintu WC yang terbuka, dan benar saja Rani yang keluar lalu mencuci tangan di wastafel.

"Ini emang beneran Rani kok, dari ujung kaki sampai kepala memang bentukan Rani.." ucapku dalam hati sambil mendikte satu persatu bagian tubuhnya.

"Kenapa sih Sin, rambutku berantakan? atau bekas buang air tadi nempel di rok?" ujar Rani karena melihat gelagatku yang aneh.

"Ng-nggak kok. Lu lama sih, bete gua.." jawabku mendengus kesal.

"Daripada bete, mendingan selfie lagi,"

Aku pun semakin yakin dan merasa lega. Tanpa menunggu lama, Rani merangkulku untuk bergaya beragam pose selfie. Lalu..

"Udah tau ya... kok masih di sini?" tiba-tiba sosok yang menyerupai Rani berucap persis di dekat telingaku.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Sumber gambar: idntimes.com

Akhir-akhir ini pemberitaan mengenai retaknya mahligai pernikahan sedang rutin menjadi perbicangan. Tidak hanya dari kalangan orang biasa, tetapi juga menerpa kalangan selebriti kawakan Indonesia.

Fenomena yang hangat ini tentu perlu menjadi ibrah bagi kita, bukan justru menggunjing tanpa pembicaraan yang sarat akan makna.

Kasus pernikahan yang tak menemui titik samawa (sakinah mawaddah warrahmah), tentu disebabkan beragam aspek. Maka dari itu, sebelum duduk di kursi pelaminan, kita perlu menaiki 4 tangga agar terciptanya pernikahan yang samawa. Apa saja?

1.     Ta’aruf

Secara bahasa, ta’aruf berarti perkenalan. Kedua pasangan yang siap akan menikah tentu perlu saling mengenal. Perasaan yang tumbuh diakibatkan perkenalan awal. Bibit, bobot, bebet adalah aspek yang mesti dikenal.

Aspek lainnya yang perlu dikenali adalah karakter, sisi emosional, dan tingkah laku pasangan. Dalam proses saling mengenal pasti akan ditemui banyak perbedaan.

Hal tersebut wajar, maka setelah memijaki tangga ta’aruf, kita harus menaiki tangga selanjutnya, yaitu tafahum. Pentingnya ta’aruf ini sudah termaktub dalam Q.S. Al-Hujurat: 13,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

2.     Tafahum

Tafahum bermakna saling mengenal seseorang secara mendalam. Ini adalah kelanjutan dari proses saling ta’aruf. Perbedaan yang muncul saat perkenalan mesti dipahami secara mendalam alasan adanya perbedaan tersebut.

Dalam proses ini, akan terwujud kerukunan dan tentunya menambah wawasan dengan saling bertukar pikiran. Manfaat lainnya, tidak akan ada sifat iri dengki kepada pasangan karena telah memahami segala kurang dan lebihnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain, dan agar tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lain.” (HR Muslim)

3.     Tasamuh

Perbedaan yang telah dipahami akan memunculkan konflik baru, jika tanpa adanya sikap toleransi (tasamuh). Tasamuh adalah sikap menghargai perbedaan satu sama lain. Jika tangga ini dipijaki dengan bijak, maka rasa yang tumbuh akan semakin kuat.

4.     Ta’awun

Setelah rasa toleransi mulai muncul, maka kita bisa saling tolong menolong (ta’awun) tanpa adanya canggung dan penuh tanggung jawab.

Tujuan akhir dari pernikahan adalah saling tolong menolong agar bisa menjalani beragam kegiatan ibadah dengan khusyuk dan mengharap ridho Allah SWT. Ketika sudah timbul rasa ini, dua tubuh yang terpisah seperti satu. Saling merasakan segala keluh dan kesah.

“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” (HR. Muslim)

Jika keempat tangga ini sudah dilalui, maka kursi pelaminan sudah siap untuk diduduki. Sehingga pernikahan sakinah mawaddah warrahmah akan terwujud. Perceraian yang menjadi ketakutan terbesar kedua pasangan tidak akan ada lagi. Aamiin.

 


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Kiriman Lampau

Siapakah Aksa?

Siapakah Aksa?
Aku adalah apa yang kamu baca dan dengar

Ikuti dan Tanya Aku!

  • instagram
  • facebook
  • youtube
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Apa aja yang banyak dicari?

  • [Syarhil] Akhlak Rasulullah sebagai Kunci Perbaikan Dekadensi Moral
    Ilustrasi Assalamualaikum wr.wb. Dewan juri yang kami hormati! para peserta Musabaqah Syarhil Qur’an yang berbahagia, serta ha...
  • Dollar menjadi Raja
    “Waduh! Sembako mahal!” “BBM naik!” “Kemana pemerintah? Kok bahan-bahan pokok jadi mahal!” Itulah beberapa pernyataan yang terlo...
  • Disiplin, Apakah perlu?
    Saat mendengar kata “Disiplin” maka pikiran yang terlintas di benak kita adalah suatu beban atau suatu tanggung jawab yang ...
  • Beasiswa PPA 2019 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
    Assalamualaikum! Hallo! Apa kabar? Semoga sehat selalu ya.. Berjumpa lagi dengan Aksa di tahun yang berbeda tapi kabar yang sama...
  • [Story Telling] Malin Kundang (+Video)
    Once upon a time, there was a poor boy named Malin Kundang. He lived with his old mother in West Sumatera. He was very nice boy but he...
  • Mengenal Pilar Budaya Cianjur
    Sejak dahulu, Kabupaten Cianjur sudah terkenal dengan budaya 3M (Maos, Mamaos, Maenpo) yang menjadi ciri Kabupaten Cianjur. Bupati Cianjur...
  • Ruksakna Iman jeung Alam (Bahasa Sunda)
    Sumber: ISNET Dina surat Ar-Rum ayat 40 deugika 42, Alloh negeskeun ka manusa, yén ‘ngayugakeun kahirupan’ , ‘nyiptakeun rejeki’ ajan...
  • Best Position Paper Asia World MUN III (Committee OIC)
    Topic : “Discussing the Roles of Member States and the OIC in Response to the Ongoing Refugee Crisis” Commit...
  • [PUISI] Tangis (W.S. Rendra)
    Tangis Karya: W.S. Rendra Ke mana larinya anak tercinta Yang diburu segenap penduduk kota? Paman Doblang! Paman Doblang! Ia la...
  • Cyberbullying, Tren Generasi Milenial Indonesia
    Source: iam1n4.com Perbincangan mengenai bullying kembali mencuat ke permukaan. Masalah kolot yang biasanya terjadi di sekolah ini b...

Postingan Terbaru!!

Ada Apa Aja?

  • Artikel dan Essai
  • Beasiswa dan Kepemudaan
  • Cerpen
  • Excel
  • Pidato
  • Puisi
  • Tugas Kuliah

Garis Waktu

  • Desember 2023 (1)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (1)
  • Mei 2021 (1)
  • Maret 2021 (3)
  • November 2020 (3)
  • Oktober 2020 (1)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (6)
  • Juli 2020 (3)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (3)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (5)
  • Februari 2020 (1)
  • Januari 2020 (5)
  • November 2019 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • Juni 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (1)
  • Januari 2019 (2)
  • Desember 2018 (6)
  • November 2018 (3)
  • Oktober 2018 (10)
  • September 2018 (5)
  • Agustus 2018 (6)
  • Juli 2018 (3)
  • April 2018 (6)
  • Desember 2015 (8)
  • Juli 2015 (1)
  • April 2015 (1)
  • Maret 2015 (9)

Created with by Aksara Fauzi | Helped by Someone