Sumber Gambar: POPBELA.com |
Komunikasi yang efektif dengan wawasan luas, salah satu kunci kelanggengan hubungan. Bener gak?
Lalu, seperti apa sih komunikasi yang efektif itu? Nah, aku mengutip dari A. Devito mengenai ciri komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu:
1. Keterbukaan
Ini bukan berarti bahwa pasangan kalian harus dengan segera membukakan semua 'tetek bengek' kehidupannya kepada kalian. Memang ini mungkin menarik, tetapi jika dipaksakan malah membuat hubungan menjadi rumit dan berujung perpisahan.
Hal tersebut harus ada kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut dan wajar. Aibmu tak perlu diumbar kepada pasanganmu. Bahkan yang sudah terikat cincin saja masih ada kemungkinan untuk mengumbar.
Ingat hukum newton? Aksi-reaksi. Itu sangat penting. Jika disuguhkan pertanyaan/ stimulus percakapan, jangan diam, tidak kritis, dan tidak tanggap. Hal itu sangat menjemukan. Sebisa mungkin untuk menjawabnya.
Tentu jawaban tersebut tidak serta merta datang begitu saja. Aspek tersebut dipengaruhi Frame of refference dan Field of experience. Wawasan pendidikan dan pengalaman menjadi pendukung. Dari sekarang, yuk tingkatkan observasi. Memahami dia, fenomena, dan tentunya diri sendiri.
2. Empati
Aspek ini berkenaan dengan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami pasanganmu pada suatu tertentu, dari sudut pandang pasanganmu, melalui kacamata pasanganmu. Sederhananya, memosisikan diri kamu menjadi dirinya. Hal ini tidak mudah, terlebih untuk kalian yang 'kurang peka'. Maka dari itu, intensitas komunikasi bisa membuka pintu kepekaan yang tertutup.
Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman pasangan, perasaan dan sikap pasangan, serta harapan dan keinginan pasangan untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunkasikan empati, baik verbal maupun non-verbal.
Nah, ini menarik. Gak semua komunikasi diungkapkan dengan lisan, ada juga mereka yang memang lebih senang dengan pembuktian dalam wujud benda atau perbuatan. Contohnya, kalo doi sakit, langsung diantar ke dokter, dibelikan makanan yang diinginkan. Intinya yg bikin mood naik deh. Ya itu balik ke kesanggupan masing-masing. Jika secara finansial mampu, bisa penuhi keinginan pasangan. Jika tidak, dengan intens menanyakan kabar dan mau menjadi telinganya pun sudah baik. Asalkan ada usaha ya.
3. Dukungan
Hubungan kalian akan langgeng jika saling mendukung satu sama lain. Sikap mendukung ini ditunjukkan dengan bersikap deskriptif bukan evaluatif, spontan bukan strategik. Intinya tulus dan tahu waktu dan tempat. Ingat, dukungan di sini dalam jalan yang positif ya. Jika pasanganmu melakukan kesalahan, ingatkan. Jangan segan.
Biasanya, ga sedikit pasangan yang memang ingin mendapatkan dukungan pertama dari pasangannya sendiri. Maka dari itu, jika kalian rutin komunikasi, tentu akan tahu agenda keseharian dan yang akan datang si pasangan. Jangan sampai kalah oleh orang lain. Jangan lengah. Jika tak sempat dan terdahului, segera meminta maaf dan menjabarkan alasan dari keterlambatan itu. Setidaknya kamu sudah berusaha, bukan?
4. Rasa positif
Perasaan positif dalam diri turut mendorong pasangan untuk aktif berpartisipasi dan menciptakan suasana komunikasi yang kondusif. Mood baikmu menentukan apa yang akan keluar dari bibirmu. Sebagus apapun rangkaian dalam otak, jika hatimu sedang tak ingin, malah justru keluar percakapan yang tak diharapkan. Hal ini berimbas kepada pasanganmu sendiri. Alhasil, mood kalian sama-sama berantakan.
Ingat istilah 'diam itu emas'? Esensinya adalah lebih baik diam jika emosimu sedang tidak stabil. Jangan sungkan berkata 'jangan ganggu aku dulu' kepada pasangan. Tentunya, pasangan pun harus memahami hal tersebut. Harus kooperatif yoo. Pacaran itu melibatkan 2 orang. Bercakaplah dalam keadaan perasaan yang positif. Beristirahatlah untuk bercakap saat keadaan perasaan sedang negatif. Saling memahami menjadi penting bagi keduanya.
5. Kesetaraan
Komunikasi dalam hubungan haruslah setara, artinya ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbang. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat. Tidak ada yang ingin unggul atau diunggulkan. Karena dalam berpacaran, kompetisi yang tak sehat hanya membawa hubungan ke titik perpisahan. Lagi-lagi saling memahami adalah penting.
Lalu, dengan siapa aku bisa mempraktikkan ini? :')