Siapakah Wartawan dan Jurnalis itu?
Source: IDNtimes |
Ketika mendengar kata "wartawan", secara tanggap otak pun berpikir tentang jurnalis, dan sebaliknya. Wartawan itu jurnalis, jurnalis itu wartawan. Begitulah anggapan kebanyakan orang. Barangkali karena di satu waktu, kita membaca istilah wartawan, lalu di waktu yang lain, kita mendengar julukan jurnalis. Lalu, apakah terdapat perbedaan?
Siapakah Wartawan?
Secara harfiah, wartawan dirujuk dari akar katanya terdiri dari warta dan wan yang menunjukan bahwa wartawan adalah orang yang mengabarkan. Sementara itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wartawan adalah orang yang pekerjaannya mengumpukan dan menulis berita di media massa cetak atau elektronik. Dalam pendefinisian Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), wartawan berhubungan dengan kegiatan tulis-menulis, di antaranya mencari data (riset, liputan, verifikasi) untuk melengkapi laporannya. Wartawan dituntut objektif, berbeda dengan penulis atau kolomnis yang bisa mengemukakan subjektivitasnya.
Sebagian kalangan menyebutkan bahwa wartawan adalah profesi, sehingga ia adalah bagian dari perusahaan. Wartawan memiliki keterikatan dengan perusahaan dimana dia bekerja. Menurut Dudi Rustandi, S.Sos.I, M.I.Kom dalam website pribadinya menyatakan bahwa wartawan cenderung melaporkan peristiwa yang terjadi sesuai dengan tuntutan yang sangat mendasar dari menulis jurnalistik dengan memedomani kode etik wartawan. Jika hal tersebut sudah dilakukan maka selesailah tugas seorang wartawan. Plus tidak bertabrakan dengan kebijakan perusahaan dimana wartawan tersebut bekerja. Dengan demikian, usai mencari dan melaporkan berita, usai pula tugasnya sesuai kebijakan perusahaan. Idealisme sudah bukan menjadi beban. Dari sinilah mungkin lahir wartawan-wartawan yang pragmatis, wartawan-wartawan yang pada akhirnya terjebak pada persekongkolan dengan pihak tertentu yang menguntungkan pihak tersebut. Istilah “wartawan amplop”, “wartawan bodrek”, dan “wartawan kuning” pun bermunculan seiring hadirnya wartawan yang bersikap pragmatis. Mereka hanya memikirkan isi perutnya dengan cara memeras seseorang atau kelompok dan mengancam mereka jika tidak dipenuhi kemauannya maka akan dipublikasikan berita-berita negatif tentang seseorang atau kelompok tersebut.
Siapakah Jurnalis?
Menurut KBBI, pengertian jurnalis sama dengan wartawan. Istilah jurnalis baru muncul di Indonesia setelah masuknya pengaruh ilmu komunikasi yang cenderung berkiblat ke Amerika Serikat. Jurnalis merupakan serapan bahasa asing, yakni “journalist” yang berakar dari kata “journal” berarti catatan harian mengenai kejadian.
Pada saat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) berdiri, terjadi kesadaran tentang istilah jurnalis ini. Menurut aliansi ini, jurnalis adalah profesi atau penamaan seseorang yang pekerjaannya berhubungan dengan isi media massa. Jurnalis meliputi juga kolumnis, penulis lepas, fotografer, dan desain grafis editorial. Akan tetapi pada kenyataan referensi penggunaannya, istilah jurnalis lebih mengacu pada definisi wartawan. Namun, jurnalis lebih luas cakupannya dibanding wartawan.
Selain daripada itu, jurnalis memiliki idealisme yang dijunjung penuh. Apa yang dilakukannya tidak hanya menyampaikan berita, ia juga dengan sadar berdasarkan ilmunya memberikan persfektif baru kepada masyarakat ketika menyampaikan berita. Berita yang dipublikasikan pun berpihak kepada kepentingan umum. Berani berkata benar walaupun harus menerima pahit atau bahkan membahayakan keselamatan nyawa, bukan hanya dirinya tapi bisa juga keluarga dan orang-orang terdekatnya. Halang rintang selalu mengiringi langkah jurnalis dalam menguak suatu misteri.
Profesionalitas Jurnalis
Jadi terbenak mengenai film The Adventure of Tintin (2011). Film ini mengisahkan mengenai seorang jurnalis muda koran Belgia Le Petit Vingtieme, Tintin, Sebagai seorang wartawan, naluri Tintin kadang menuntunnya pada masalah besar dengan risiko tinggi. Tintin bersama sahabat karibnya, seekor anjing fox bernama Snowy berpetualang menelusuri misteri harta karun Kapal Unicorn. Lewat film ini, Tintin bukanlah seorang jurnalis biasa karena ia lebih banyak menjadi bagian dari suatu peristiwa yang ia selidiki dibanding hanya melaporkan kejadian tersebut, rahasianya adalah terus mengajukan pertanyaan dan tidak puas atas pernyataan yang diberikan.
Adapun kisah nyata mengenai profesionalitas dan keberanian seorang jurnalis, bahkan mengantarkannya kepada kematian ketika bertugas. Dilansar dari Liputan6.com, salah satu jurnalis yang akhir hayatnya berujung tragis adalah jurnalis Jepang, Kenji Goto. Hidupnya diakhiri sebilah pedang algojo ISIS. Video pemenggalan Kenji Goto beredar pada Sabtu 31 Januari 2015. Seluruh dunia berduka atas kematiannya, terutama warga negara asalnya, Jepang. Dia dikenang sebagai sosok pahlawan karena berani menyelamatkan warga lain yang disandera ISIS, hingga membuatnya turut masuk lingkaran tahanan kelompok ekstremis tersebut.
Pada dasarnya, wartawan dan jurnalis sama-sama berada di lingkungan media pemberitaan, tugasnya pun sama yaitu mencari berita dan melaporkannya kepada khalayak. Poin pembedanya adalah mengenai idealism yang dipegang. Wartawan cenderung mematuhi kode etik wartawan dan kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan, ia tidak mengindahkan apakah berita yang dipublikasikannya adalah berpihak kepada masyarakat umum atau justru menguntungkan sebagian pihak. Sementara jurnalis, ia selalu resah terhadap fenomena yang kebanyakan tidak mendukung bangsa dan lingkungan sekitarnya, sehingga pemberitaan yang ditelusuri dan dilaporkan adalah menitikberatkan untuk kesejahteraan dan kebermanfaatan bagi rakyat.***
3 komentar
Mantap
BalasHapusirfan jelek, naufal ganteng
BalasHapusHi kakak. Terimakasih atas kunjungannya, dan mohon doanya semoga saya bisa beli skincare untuk mempertampan diri:))
Hapus