Al-Quran Berbicara tentang Bencana

by - Oktober 04, 2018


Akhir-akhir ini, ibu pertiwi menangis sesenggukan. Ujian Tuhan datang bertubi-tubi tiada henti. Permasalahan seperti mata rantai yang tiada ujung. Luka Lombok masih basah, tanpa permisi Donggala dan Palu dibombardir hingga tak berupa. Masyarakat selalu was-was mengamati keadaan. Lengah sedetik, berdebar berhari-hari. Langkah selalu diiringi kekhawatiran yang tidak karuan.

Seantero negeri dirundung duka. Senyum yang selalu tersungging pudar dihempas bencana. Badai, gempa, tsunami, gunung meletus, kekeringan, dan beragam bencana lainnya hilir mudik mengunjungi negeri. Indonesia yang dianggap visualisasi nyata Surga Tuhan seolah tidak layak disematkan, negeri yang gemah ripah loh jinawi ini sedang mengalami kerusakan.

Penyebab Bencana Indonesia

Semua orang bertanya-tanya perihal musibah yang tengah terjadi. Setidaknya, terdapat tiga analisa yang sering diajukan untuk mencari sumber malapetaka ini, yaitu:

1. Ujian dari Allah untuk “peningkatan” level
“Semakin tinggi pohon, semakin kencang badai yang menerpa”
Layaknya siswa, untuk menaiki jenjang yang lebih tinggi harus mengikuti ujian tertentu, begitu pun kehidupan. Semakin tinggi pohon, semakin kencang badai yang menerpa. Untuk lebih dekat dengan Allah dan mendapat predikat manusia yang bertakwa sudah tentu tidaklah mudah. Allah akan menguji hamba-hamba-Nya untuk mengetahui sebarapa kuat jiwa dan raga kita sehingga layak menjadi kekasih Allah. Bukan hanya iman yang diuji, namun juga harta yang selama ini membuat kita bangga dan terlena. Sebagaimana firman Allah swt.:

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan dibiarkan begitu saja mengatakan: Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diujilagi?”( Al-Ankabut [29]:2).

 لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.” (Ali Imran [3]: 186)

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّىٰ نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Muhammad [47]: 31)

2. Azab dari Allah karena dosa yang menumpuk
“Jangan terburu-buru mempolitisasi bencana sebagai azab kepada seseorang/ kelompok orang”

Jika bencana dikaitkan dengan dosa-dosa bangsa ini bisa saja benar, sebab kemaksiatan sudah menjadi kebanggaan, baik di tingkat pemimpin (struktural maupun kultural) maupun sebagian rakyatnya, perintah atau ajaran agama banyak yang tidak diindahkan, orang-orang miskin diterlantarkan. Hukum manusia yang mudah fana dijunjung, hukum Allah yang kekal diinjak-injak. Manusia sudah tidak takut kepada Pemilik Alam.

Manusia-manusia munafik berkeliaran, tidak sedikit iblis bertopengkan malaikat. Agama dijadikan alat merebut kekuasaan, menindas yang lemah, menyombongkan diri, dan yang paling parahnya adalah agama sebagai tameng menutup kebusukan hati.

Namun, jangan terburu-buru menisbatkan bencana sebagai azab. Harus dipahami dahulu ciri-ciri dari bencana yang bisa dikatakan sebagai azab atau bencana yang dikategorikan sebagai penghapus dosa. Hanya pribadi masing-masinglah yang dapat memahami. Hatilah yang berbicara atas segala peristiwa terjadi, tanyakanlah pada diri sendiri, apakah ini azab atas dosa-dosa yang lama dikoleksi atau ujian untuk membersihkan diri sehingga suci ketika berhadapan Tuhan Yang Maha Esa. 

Maka ingatlah firman Allah:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا
“Jika Kami menghendaki menghancurkan suatu negeri, Kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah (berkedudukan untuk taat kepada Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri tersebut, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya,” (Al-Isra'[17]: 16).
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Araf [7]: 96)
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.” (Al-Anfal [8]: 25)
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (Al-Araf [7]: 165)
قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَىٰ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعًا وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ۗ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ
“Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar merkea memahami(nya).” (Al-Anam [6]: 65)

3. Sunatullah karena gejala alam

Akan tetapi, jika dikaitkan dengan gejala alam pun besar kemungkinannya, karena  bumi Nusantara memang berada di bagian  bumi yang rawan bencana seperti gempa, tsunami dan letusan gunung. Bahkan, secara keseluruhan bumi yang ditempati manusia ini rawan akan terjadinya bencana, sebab hukum alam yang telah ditetapkan Allah SwT atas bumi ini dengan ber bagai hikmah yang terkandung di dalamnya. Seperti pergerakan gunung dengan  berbagai konsekuensinya. Hal ini dilatarbelakangi karena Indonesia termasuk dalam ring of the fire (Baca selengkapnya disini).
وَتَرَى الْجِبَالَ تَحْسَبُهَا جَامِدَةً وَهِيَ تَمُرُّ مَرَّ السَّحَابِ ۚ صُنْعَ اللَّهِ الَّذِي أَتْقَنَ كُلَّ شَيْءٍ ۚ إِنَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَفْعَلُونَ
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal gunung-gunung itu bergerak sebagaimana awan bergerak.(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh segala sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Al-Naml [27]: 88).

Tingkatkan Muhasabah dan Kualitas Kesabaran

Oleh karena itu, kita harus tetap bersikap optimis dan berupaya mengenali hukum-hukum Allah yang telah ditetapkan atas alam ini, adalah bijak untuk terus melakukan introspeksi terhadap keseriusan kita dalam menaati perintah-perintah Allah swt dan terutama menghitung-hitung kedurhakaan kita kepada-Nya. 

Setiap manusia di Dunia ini pasti pernah melewati masa-masa ujian dari Allah SWT. Beragam ujian yang dialami manusia di Dunia menjadi sarana yang membuktikan sejauh mana kesabaran, kerelaan dan penerimaannya terhadap ketetapan Allah SWT. Dia telah berfirman,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya”. (QS. Al-Mulk: 2).

Kesabaran dalam kondisi tertimpa musibah menjadi wajib jika kesabaran itu yang akan menghalangi seseorang berbuat dosa lantaran tertimpa musibah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata: 

“Sabar menjadi wajib sesuai kesepakatan Ulama, ia adalah setengah iman, karena iman memiliki dua bagian, bagian pertama sabar dan bagian kedua syukur”.

Buah dari kesabaran adalah manis. Allah menjanjikan kebahagiaan dan meningkatkan kualitas diri kita. Dan setiap ujian, Allah jauh lebih tahu kemampuan kita dalam menaklukannya, jadi lanjutkan perjuangan hidup dan perteguh kesabaran. Firman-Nya banyak mencatat tentang sabar dan buah dari kesabaran, diantaranya yaitu:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (Ali Imran [3]: 200)

...لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (Al-Baqarah [2]: 286)
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Al-Baqarah [2]: 155)
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (Az-Zumar [39]: 10)
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Fushshilat [41]: 35)

"Jadilah orang yang peka terhadap sinyal Tuhan. Ketika Dia menguji kita, berarti Dia ingin lebih dekat dengan kita. Telah lama Dia merindukan sujud dan mendengarkan curahan hati kita."

You May Also Like

0 komentar