Puisi Perpisahan Pertemanan - Bertemu menjadi saudara, berpisah tanpa ada luka
Masih
jelas membekas dalam benak
Aku
tergopoh kelimpungan mencari tujuan
Hilang
arah tenggelam dalam gelap
Begitu
sukar dijalani dengan penuh rintangan
Tak
berangsur lama
Setitik
cahaya memancar di depan pintu rumah
Jauh
yang kukira, ternyata dekat nyata
Gundah
yang sesak dibakar habis senyum sumringah
Pertemuan
yang tak sempat dikira akhirnya terjadi
Masing-masing
membawa bekal yang berbeda
Di
dalamnya penuh ambisi dan suka cita
Berharap
bisa bersatu padu membentuk realita
Tak
disangka, bekal yang dinikmati tak seenak dikira
Beberapa
hidangan yang disajikan pahit di lidah
Beragam
ekspresi bermunculan
Memaki,
menahan amarah, membuang, beberapa ungkapan yang muncul di air muka
Walau
begitu, jangan sampai patah arang
Satu
ikrar untuk tetap bersama menjadi pengingat
Semua
kisah tak berjalan tanpa duka
Semangat
suka cita perlu diangkat ke angkasa
Satu
persatu buah pikiran diwujudnyatakan
Bersua
orang-orang baru yang asing di mata
Gelak
tawa mengisi kotak ingatan pendengaran
Menjelma
menjadi memori yang terpenjara
Mengajar
aksara di pagi buta
Tidak
menyurutkan semangat berbagi dalam renjana
Dalam
sabar, membentuk diri yang dipenuhi rasa cinta
Dalam
ikhlas, menjadikan hidup lebih berguna
Berganti
hari, berganti orang yang ditemui
Ketuk
pintu terus terlempar di tiap rumah
Sambutan
hangat menjadi obat
Untuk
diri yang tak jarang ingin menyerah
Tak
jarang himpitan terus mendekat
Yang
tak diinginkan memaksa untuk bergerak
Kelelahan
menjadi buah dari keterpaksaan
Tak
ada senyum dalam keberlangsungan
Mau
tak mau, semau harus dijalani
Semua
keluh tertampar kenyataan
Buah
yang beraroma busuk ternyata menyimpan manis
Menjadi
pelipur lara saat raga hendak runtuh
Baru
saja menyicipi nikmatnya buah
Waktu
memaksa untuk menelannya dengan segera
Manis
yang dirasa hanya singgah sedetik
Seperti
kalimat yang akhirnya berujung titik
Adik-adik..
Sebelum
bibir kelu berujar ‘sampai jumpa’
Izinkan
kami berujar kejujuran dari palung hati terdalam
Terima
kasih sudah mau mendengarkan dongeng di pagi hari
Berjejer
rapi menghadap kami
Sorot
mata yang tertuju kepada kami tiada henti
Sungguh,
itu semua menentramkan hati
Pak,
Bu..
Tiada
kata yang sanggup kami ucapkan selain terima kasih
Terima
kasih atas pelukan hangat penuh cinta
Senantiasa
sabar mendengarkan celoteh mahasiswa
Sahabat..
Mungkin, sekarang belumlah terlambat
Bolehkah aku sampaikan sebuah kejujuran?
Yang terpendam dalam luka dan kehinaan
Bersemayam dalam diri yang hampa, hina dan rendahan
Sahabat…
Dulu aku hanyalah segenggam debu
Yang berharap menjadi gunungan emas
Aku terlalu takut untuk melangkah
Apalagi menantang terik dan hujan dihadapan
Dengan penuh kasih, diraihnya tanganku
Menghapus tetes keputus-asaanku
Terngiang ucapmu yang mendebarkan hati,
“Mari bersama, maju hadapi hujan
Payungilah langkahmu dengan keimanan
Dan temukanlah pelangi impian
Kita selalu bersama, kemanapun bagaikan tali disimpul mati”
Kita
akan tetap sama
Bertemu
menjadi saudara, berpisah tanpa ada luka.
#24Agustus2020
0 komentar