Serupa Maskumambang
Pupuh menyisakan luapan emosi
Melodi dan penyanyi dibalut nyeri
Menyatu dalam keadaan ngeri
Islam yang penuh gaung damai
Seolah redup di bumi pertiwi
Masyarakat dibungkam televisi
Yang tiada henti melakukan polarisasi
Penuh radikalisasi, minim moderasi
Merajut penuh peristiwa
13 Mei 2018
Puluhan manusia menyanyikan kidung Ave Maria
Penuh khidmat meresapi kata demi kata
Damai menjadi udara segar yang sedang dihirup
Tiada kegundahan sedikit pun yang menggetarkan hati
Siapa sangka, ledakan yang tak pernah ada dalam mimpi
Terjadi di hadapan
Wanita bertudung panjang menjadi biang keladi
Nahasnya, gadis kecil ada di kedua lengannya
Bermaksud merenggut surga
Rela lenyapkan nurani tak berdosa
Titik balik pun terjadi
Sepanjang hari Islam menjadi sorotan
Disinyalir perbuatan keji satu keluarga
Yang mengaku ber-Tuhan-kan Allah
Berafiliasi dengan kelompok bejad ISIS
Terjadi pembiasan makna
Segala rupa yang melekat di tubuh teroris
Diidentikkan sebagai manusia radikal tak berakal
“Islam agama radikal! Hati-hati dengan wanita bercadar serba hitam! Jangan dekati lelaki berjanggut bercelana gombrang! Atau tubuh akan terkoyak ledakan!”
Betap sesaknya hati dibombardir mispersepsi
Siti, gadis kecil yang diajarkan taat terhadap syariat
Hendak mengingkari semua dogma agama
“Bu! Biarkan aku menjadi pembangkang agama. Jika memang benar ini titah Tuhan. Kenapa Tuhan tak hadir membela? Jika memang benar ini perintah Rasul. Kenapa penuh liku dalam mempertahankannya? Kenapa aku harus menjadi korban kebiadaban para teroris yang tak kuakui sebagai saudaraku? Yakinkan aku bahwa aku bukan teroris!”
Tangis merangkum segala kecewa, beban, dan luka
Ya Rahman Ya Rahim..
Sampai berapa lama lagi aku harus terus bertahan menikmati luka?
Gulir detikku penuh caci dan benci
Islam, agama yang kau bumikan
Dicacati penuh kenistaan
Syariat yang kau firmankan
Didistorsi penuh kemunafikan
Dikoyak tiada henti, jiwa raga dan hati nurani
Ya Malikal Mulki..
Kemana hilangnya pemuda Muslim?
Dibenamkan bumi bagian mana? Digerus ombak lautan mana?
Mengapa mereka lenyap tanpa jejak?
Apakah ia lupa dimana ia dilahirkan? Dimana ia dibesarkan?
Mengapa kini mereka berdiri di barisan para pembangkang?
Menyorakkan tawa hina terhadap saudara seimannya..
Ya Rasulallah…
Hadirlah untukku dan kuatkan aku sekejap saja
Rangkul bahuku sedetik saja
Inginku menatap sinar matamu yang menenangkan
Ucap lisanmu yang penuh damai
Gerak tubuhmu yang mencerminkan kalam Tuhan
Ya Nabiyallah…
Bela aku di hadapan musuh yang membabi buta
Kuatkan tekadku menghadapi budak setan
Kuatkan langkah ku menerobos batas liberal
Kuatkan ucapanku mensyiarkan kebenaran
Jangan biarkan aku sendiri di zaman penuh fitnah
Tegaskan pada mereka, bahwa aku bukanlah teroris
Pupuh menyisakan luapan emosi
Melodi dan penyanyi dibalut nyeri
Menyatu dalam keadaan ngeri
Islam yang penuh gaung damai
Seolah redup di bumi pertiwi
Masyarakat dibungkam televisi
Yang tiada henti melakukan polarisasi
Penuh radikalisasi, minim moderasi
Merajut penuh peristiwa
13 Mei 2018
Puluhan manusia menyanyikan kidung Ave Maria
Penuh khidmat meresapi kata demi kata
Damai menjadi udara segar yang sedang dihirup
Tiada kegundahan sedikit pun yang menggetarkan hati
Siapa sangka, ledakan yang tak pernah ada dalam mimpi
Terjadi di hadapan
Wanita bertudung panjang menjadi biang keladi
Nahasnya, gadis kecil ada di kedua lengannya
Bermaksud merenggut surga
Rela lenyapkan nurani tak berdosa
Titik balik pun terjadi
Sepanjang hari Islam menjadi sorotan
Disinyalir perbuatan keji satu keluarga
Yang mengaku ber-Tuhan-kan Allah
Berafiliasi dengan kelompok bejad ISIS
Terjadi pembiasan makna
Segala rupa yang melekat di tubuh teroris
Diidentikkan sebagai manusia radikal tak berakal
“Islam agama radikal! Hati-hati dengan wanita bercadar serba hitam! Jangan dekati lelaki berjanggut bercelana gombrang! Atau tubuh akan terkoyak ledakan!”
Betap sesaknya hati dibombardir mispersepsi
Siti, gadis kecil yang diajarkan taat terhadap syariat
Hendak mengingkari semua dogma agama
“Bu! Biarkan aku menjadi pembangkang agama. Jika memang benar ini titah Tuhan. Kenapa Tuhan tak hadir membela? Jika memang benar ini perintah Rasul. Kenapa penuh liku dalam mempertahankannya? Kenapa aku harus menjadi korban kebiadaban para teroris yang tak kuakui sebagai saudaraku? Yakinkan aku bahwa aku bukan teroris!”
Tangis merangkum segala kecewa, beban, dan luka
Ya Rahman Ya Rahim..
Sampai berapa lama lagi aku harus terus bertahan menikmati luka?
Gulir detikku penuh caci dan benci
Islam, agama yang kau bumikan
Dicacati penuh kenistaan
Syariat yang kau firmankan
Didistorsi penuh kemunafikan
Dikoyak tiada henti, jiwa raga dan hati nurani
Ya Malikal Mulki..
Kemana hilangnya pemuda Muslim?
Dibenamkan bumi bagian mana? Digerus ombak lautan mana?
Mengapa mereka lenyap tanpa jejak?
Apakah ia lupa dimana ia dilahirkan? Dimana ia dibesarkan?
Mengapa kini mereka berdiri di barisan para pembangkang?
Menyorakkan tawa hina terhadap saudara seimannya..
Ya Rasulallah…
Hadirlah untukku dan kuatkan aku sekejap saja
Rangkul bahuku sedetik saja
Inginku menatap sinar matamu yang menenangkan
Ucap lisanmu yang penuh damai
Gerak tubuhmu yang mencerminkan kalam Tuhan
Ya Nabiyallah…
Bela aku di hadapan musuh yang membabi buta
Kuatkan tekadku menghadapi budak setan
Kuatkan langkah ku menerobos batas liberal
Kuatkan ucapanku mensyiarkan kebenaran
Jangan biarkan aku sendiri di zaman penuh fitnah
Tegaskan pada mereka, bahwa aku bukanlah teroris