Menekan Penyebaran Virus Corona dengan Social Distancing
Sumber gambar: Kompas.com |
Atmosfer kehidupan bersosial masyarakat Indonesia menjadi kurang enak setelah Presiden Indonesia, Joko Widodo, mengumumkan adanya dua orang di Indonesia yang positif terjangkit virus corona pada Senin, 2 Maret 2020. Sejak hari itu, jumlah kasus positif Corona semakin bertambah dari hari ke hari. Ada pasien yang meninggal dunia, banyak juga yang dinyatakan negatif dan akhirnya sembuh. Virus yang telah ditetapkan oleh WHO (World Health Organization) sebagai pandemi ini membuat kalang kabut kehidupan masyarakat. Ketidaksiapan vaksin dan ketidaklengkapan peralatan kesehatan menjadikan virus ini menjamur ke berbagai daerah. Tercatat hingga 15 Maret 2020, pasien positif virus corona di Indonesia menjadi 117 kasus.
Upaya preventif pun gencar dilakukan pemerintah, khususnya instansi kesehatan. Bergotong royong mengantisipasi penyebaran virus Covid-19 dengan masifnya sosialisasi untuk mencuci tangan dan menjaga kesehatan dengan rajin olahraga serta menjaga pola makan. Selain dari itu, sudah ramai di media sosial lokal maupun internasional 'social distancing' untuk menekan eskalasi korban virus corona. Secara kebahasaan, social distancing berarti memberikan jarak dalam kehidupan bersosial. Langkah ini dianggap salah satu cara paling sederhana dan cukup efektif untuk mencegah penyebaran penyakit COVID-19. Mengapa begitu?
Seperti yang diketahui bahwa droplet atau percikan air liur adalah perantara penyebaran Covid-19. Jadi, jika seseorang yang terinfeksi virus ini kemudian tidak sengaja batuk atau bersin tanpa menutup mulutnya, maka droplet akan jatuh pada permukaan yang ada di dekatnya.
Saat ada orang lain yang tidak terinfeksi memegang permukaan tersebut, lalu menyentuh mulut, hidung atau matanya tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, maka ia berisiko tinggi ikut tertular. Inilah yang membuat angka penularan penyakit ini naik drastis dalam waktu singkat.
Banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya terinfeksi, lalu pergi ke berbagai lokasi untuk memenuhi teman dan kerabatnya. Akibatnya, penyebaran virus ini semakin luas. Apalagi, virus ini sudah bisa menular ke orang lain, meskipun orang-orang yang terinfeksi tidak merasakan gejala yang berat. Mereka bisa saja merasa sehat dan hanya sedikit bersin-bersin atau flu, namun ternyata sudah terinfeksi COVID-19.
Social distancing yang dalam praktiknya adalah tindakan untuk sebisa mungkin berdiam diri di rumah, menjauh dari keramaian, dan tidak bepergian apabila memang tidak diperlukan. Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk memperlambat penyebaran virus corona adalah sebagai berikut,
1. Saling jaga jarak
Menuru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), virus corona bisa menyebar dalam radius sekitar 1,8 meter dari orang yang terinfeksi. WHO sendiri menyarankan individu saling menjaga jarak minimal satu meter.
2. Ganti kebiasaan jabat tangan
Hal ini adalah upaya untuk meminimalisir risiko tertular dari tangan yang kotor. Adapun alternatif yang bisa dilakukan saat bertemu orang adalah dengan lambaian tangan atau menundukkan kepala sebagai ungkapan salam.
3. Hindari keramaian
Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi intensitas mengunjungi tempat ramai seperti mall, pasar, restoran, tempat wisata, hingga sekolah atau lembaga pendidikan. Beruntungnya banyak lembaga pendidikan sudah memberlakukan pembelajaran secara daring (e-learning) bagi siswanya dengan kurun waktu 14 hari dan bahkan hingga akhir semester. Bayangkan jika orang yang terinfeksi itu masih tetap masuk kerja, sekolah, datang ke seminar, atau konser musik. Meski awalnya yang terinfeksi hanya satu orang, namun setelah menyebar, bisa saja ribuan orang lainnya yang berada di tempat tersebut, juga terinfeksi.
Memperlambat laju penyebaran virus juga penting agar orang yang sakit, tidak terinfeksi secara bersamaan. Tentu, akan jauh lebih mudah mengobati 4 orang yang terinfeksi dibandingkan dengan 1.000 orang sakit secara bersamaan.
Dengan demikian, social distancing secara tidak langsung mampu membantu rumah sakit, laboratorium, maupun dokter dan tenaga medis lainnya agar tidak kewalahan menangani jumlah pasien COVID-19 yang melebihi kapasitas dan kemampuan daerah tersebut. Sehingga, semua pasien yang sakit bisa mendapatkan perawatan yang optimal.
Referensi: sehatq.com dan detikHealth.com
Referensi: sehatq.com dan detikHealth.com
2 komentar
👍👍
BalasHapusTerima kasih kak Mumuh atas kunjungannya^^
Hapus