• Beranda
  • Artikel dan Esai
  • Akademik
    • Beasiswa dan Kepemudaan
    • Tugas Kuliah
    • Soon
  • Puisi
  • Cerpen
  • Pidato
  • Jajan Yuk!
  • Excel
instagram facebook youtube Google+ bloglovin Email

Aksara Fauzi

"Aku hadir saat mata terpejam..."

Source: Dion Barus

Internet hadir membawa segudang manfaat, salah satunya untuk kegiatan pemasaran produk dan jasa. Namun, pemasaran produk dan jasa secara online bisa seperti dua ujung pedang yang memberikan efek positif dan juga efek negatif kepada masyarakat. Masyarakat mulai menggandrungi belanja online karena mudah, selain dapat memilih barang dengan banyak pilihan, pembeli dapat memesan tanpa perlu susah payah keluar masuk toko jika tidak ada uang cocok, pun pelaku bisnis mudah dalam memasarkannya karena cakupannya lebih luas. Di sisi lain, tidak sedikit para pelaku bisnis memanfaatkan dari fenomena ini untuk memperkaya diri sendiri dengan melakukan penipuan. Barang dan jasa yang ditawarkan di internet tidak sesuai setelah sampai di tangan konsumen. Salah satu bentuk cybercrime tersebut bukan hanya merugikan konsumen, pun kepada pelaku bisnis yang jujur karena tingkat kepercayaan masyarakat menurun terhadap bisnis online.

Dilansir dari Liputan6.com bahwa berdasarkan hasil survei Kaspersky Lab, 26 persen konsumen di Indonesia menjadi korban penipuan online dan menjadi salah satu negara dengan korban penipuan online terbesar di dunia. Kegiatan penipuan ini dilatarbelakangi karena pelaku bisnis tidak mau rugi atau bahkan gulung tikar, melihat pesaing pun semakin banyak. Maka dari itu, selain melakukan perencanaan bisnis di awal, para pelaku bisnis pun harus menyiapkan karakter pribadi yang unggul sehingga siap menghadapi rintangan dalam berbisnis online. Representasi dari unggul yaitu pelaku bisnis yang berkarakter godly character, kemampuan berfikir, emulasi, dan spiritual discernment.

Indikator godly character adalah memiliki budi pekerti dan berakhlak pada multi latar. Pelaku bisnis tahu bagaimana berakhlak kepada Sang Pencipta dan konsumen. Hakikatnya, orientasi dari berbisnis adalah untuk mendapatkan karunia Tuhan dengan cara mengutamakan kepuasan konsumen dalam bertransaksi. Pelaku bisnis pun memiliki rasa tanggung jawab terhadap pemanfaatan internet untuk berbisnis dan memunculkan kemampuan untuk berfikir agar konsumen tidak kecewa. Kemandirian berfikir ini kemudian dimanifestasikan kepada kemampuan emulasi. Indikator emulasi yaitu mampu berinovasi dan bernilai tambah dari sisi keunggulan kompetitif serta didukung dengan keterampilan learning how to learning. Dengan kemampuan emulasi, produk barang dan jasa pelaku bisnis memiliki keunikan karena inovasi terbarukan dibandingkan produk yang ditawarkan pelaku bisnis lain.

Selanjutnya, karakteristik yang mesti dimiliki pelaku bisnis adalah spiritual discernment. Apapun yang dilakukannya mengacu pada prinsip bahwa setiap memasarkan barang dan jasa harus membawa manfaat bagi konsumen karena akan ada saatnya hari pertanggungjawaban amal. Dalam hidupnya, segala sesuatu diwujudkan dengan ikhtiar, dikuatkan dengan doa, dan mengenai interpretasi atas hasil dikembalikan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan penuh tawakal (kepasrahan).

Oleh karena itu, dalam menapaki pemanfaatan internet untuk pemasaran produk dan jasa diperlukan sinergisitas dengan karakter unggul seorang pelaku bisnis sebagaimana yang telah dipaparkan di atas. Dengan demikian, tidak akan ada lagi penipuan online karena para pelaku bisnis bersaing secara sehat dan siap untuk bangkit dari kegagalan atau kerugian.

Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Source: IDN Times
Dalam peristiwa komunikasi, efek/ feedback (umpan balik) adalah hasil dari proses komunikasi antara komunikator dan komunikan. Tentu saja umpan balik yang baik adalah yang selalu menjadi tujuan. Bukan hanya tentang pesan yang sampai dan diterima dengan baik oleh komunikan, tetapi juga kepercayaan komunikan kepada komunikator sehingga relasi antara keduanya terjalin baik.

Hal di atas pun berlaku untuk komunikasi dakwah. Sementara dalam komunikasi dakwah, komunikator tersebut biasa disebut dai. Dalam bentuk komunikasi antarmanusia, komunikator bisa terdiri dari satu orang, bisa juga dalam bentuk kelompok. Komunikannya dikenal dengan panggilan mad’u.

Dalam berkomunikasi, terutama komunikasi dakwah, para dai harus mempunyai psikologi dalam dirinya untuk lebih pantas dalam dirinya menyampaikan dakwah terlebih ulama harus sudah mempunyai serta menanamkan dalam dirinya agar perkataan dan perbuatan itu singkron bahkan keduanya saling mendukung. Sehingga mad’u pun dapat memahami maksud yang disampaikan dai dan tingkat kepercayaan mad’u kepada dai pun tumbuh.

Psikologi komunikator dalam dakwah sangat berpengaruh bagi mad’u karena salah satu tujuan dakwah keefektifan dai dalam berdakwah. Keefektifan dakwah tidak saja ditentukan oleh oleh kemampuan berkomunikasi tetapi juga oleh diri komunikator. Peran komunikator atau dai dalam pengutaraan pikiran dan perasaan dalam bentuk pesan untuk membuat mad’u menjadi tahu dan berubah sikap, pendapat dan perilakunya. 

Dakwah yang efektif itu suatu pesan baru dianggap komunikatif manakala dipahami oleh penerima pesan dan untuk menjadi pesan itu dipahami, komunikator harus memahami kondisi psikologis orang yang menjadi mad’u. Begitu pula seorang dai manakala ingin agar pesan dakwahnya dipahami maka dakwahnya harus disampaikan dengan pendekatan psikologis, yakni sesuai dengan cara berpikir dan merasa mad’u.

Untuk bisa dipercaya orang lain –dalam hal ini, mad’u– memerlukan bukan saja bisa/ dapat berbicara tetapi juga memerlukan “penampilan” yang meyakinkan. “He doesn’t communicate what he says, he communicates what he is”, tidak dapat menyuruh mad’u hanya memerhatikan apa yang ia katakan, mad’u juga akan memerhatikan siapa yang mengatakan. “Terkadang ‘siapa’ lebih penting dari ‘apa’”. Slogan yang dulu mengatakan “dengar pembicaranya, bukan melihat orangnya” mulai dijungkirbalikkan dengan “siapa yang berbicara”. 

Dalam mendukung psikologi komunikator yang diaplikasikan dalam kehidupan seorang dai yaitu komponen ethos, pathos dan logos. Ketiga aspek ini penting tertanam dalam diri dai agar tingkat kredibelitas mad’u terhadapnya terjalin.

Salah satu dai yang bisa dijadikan contoh adalah Ustadz Hanan Attaki, Lc.. Beliau adalah aktivis dakwah (dai) yang digandrungi para remaja karena penyampaiannya yang gaul dan mampu memposisikan diri di lingkungan remaja.

Ethos

Psikologi dakwah merupakan alat bantu bagi seorang dai untuk  memahami pengertian tentang penyampaian dakwah kepada sasaran agar mampu memberikan dorongan, mengadakan perubahan, mengingatkan dan mengarahkan serta memberikan keyakinan kepada tujuan dakwah. Untuk itu dalam penyampaian psikologi dakwah seorang dai harus mempunyai komponen ethos yakni sumber kepercayaan bahwa seorang dai menjadi insan kepercayaan bagi mad’u.

Dengan adanya teori psikologi komunikator, Ustadz Hanan Attaki sebagai orang yang bisa dipercayai apa yang dibicarakan mengacu pada komponen ethos. Ethos diartikan sebagai sumber kepercayaan yang ditunjukkan oleh seorang orator (komunikator) bahwa ia memang pakar dalam bidangnya, sehingga oleh karena ahli, maka ia dapat dipercaya. (Effendy, 2002) 

Dimensi ethos yang haru dimiliki dai, setidaknya terdiri atas:

  • Kredibelitas
Kredilitas adalah keahlian atau kepercayaan sebagai seorang dai agar dapat nilai dari masyarakat ataupun jamaah. Kredibelitas yang tertanam dalam diri dai, yakni:
  1. Berdakwah itu harus dimulai dari diri sendiri (ibda’ binafsik) dan menjadikan keluarga sebagai contoh bagi masyarakat. Sebelum berdakwah kepada orang lain benahi diri sendiri dan keluarga untuk menjadi suri tauladan agar santri tahu prilaku kita dan mempercayai apa yang disampaikan beliau sama dengan tingkah lakunya.
  2. Dalam menjalankan aktifitas dakwah, seorang dai harus memiliki mental yang baik, dimana siap menerima resiko apabila dakwahnya tidak diterima oleh mad’u.
  3. Dai harus mempunyai ilmu pengetahuan yang luas jangan sampai seorang dai sedikit ilmu pengetahuan karena ilmu adalah bagian yang terpenting dalam penyampaian dakwah seorang dai. Adakalanya mad’u mengajukan pertanyaan pada acara pengajian atau ketika sesudah selesai berdakwah seorang dai harus siap menjawab agar komunikasi antara dai dan mad’u efektif.
  4. Dai harus mengetahui pikiran dan keadaan masyarakat sehingga kebenaran Islam bisa disampaikan dengan logika masyarakat, sebagaimana sabda Nabi: “Nazziluunnaas ‘ala Qodri Uqulihim”. Seorang dai harus mengetahui pada kapasitas ilmu juga berbicara di luar keilmuannya, kalau tidak tahu katakan tidak tahu jangan sampai menyesatkan orang dengan fatwa-fatwa saja.
  • Atraksi
Atraksi merupakan daya tarik dai yang bersumber dari daya tarik (fisik). Seorang komunikator atau dai disenangi dan dikagumi yang memungkinkan pandangan menerima kepuasaan dengan kata lain pandangan tunduk terhadap pesan yang dikomunikasikan dai. Daya tarik fisik adalah salah satu yang dapat menyebabkan mad’u merasa tertarik kepada komunikator.

Kesamaan antara dai dan mad’u akan lebih memudahkan pesan diterima. Establishing Common Ground dilakukan Ustadz Hanan Attaki dengan menggunakan pakaian muslim biasa, atau bahkan kaos dengan kopiah kekinian (lebih terlihat seperti topi). Ini tidak seperti para dai kebanyakan yang menggunakan gamis, sorban, dan kopiah. Adapun gestur (bahasa tubuh) dan mimik dalam berdakwah yakni pose beliau sangat sederhana, santai, dan tenang –cenderung seperti obrolan para remaja.

  • Kekuasaan
Aspek lainnya dari ethos yang tidak kalah penting dalam berdakwah agar bisa dipercaya adalah kekuasaan. Kekuasan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Kekuasaan menyebabkan dai dapat memaksakan kehendaknya kepada orang lain karena memiliki sumber daya yang sangat penting. Adanya kekuasaan bagi Ustadz Hanan Attaki karena memang beliau founder gerakan dakwah kreatif pemuda di Bandung, yaitu Shift @pemudahijrah. Jadi, tidak ayal jika Hanan Attaki dapat dipercaya para mad’u, pun ditunjang dengan latar belakang pendidikan yang baik, lulusan Universitas Al-Azhar Kairo.

Pathos

Pathos adalah kekuatan yang dimiliki oleh seorang tokoh dalam mengendalikan emosi khalayak. Komponen pathos ditunjukkan oleh seorang komunikator dengan gaya dan bahasa yang membangkitkan kegairahan yang berkobar-kobar kepada mad’u.

Dalam penyajian dakwah, ustadz Hanan Attaki sesekali memasukkan humor di dalamnya dan tidak jarang memasuki wilayah emosional mad’u sehingga mereka menjadi baper (bawa perasaan). Ia pun memiliki kemampuan mengolah materi yang ‘kolot’ dengan model anak muda zaman sekarang, sehingga para mad’u menikmati kegiatan dakwah hingga selesai.

Logos

Logos adalah kekuatan yang dimiliki seorang tokoh karena argumentasinya dalam berbicara kepada orang lain. Kriteria ini ditunjukkan oleh seorang komunikator bahwa uraian masuk akal sehingga patut diikuti dan dilaksanakan mad’u.

Menurut para mad’u bahwa setiap Ustadz Hanan Attaki menyampaikan ilmu, selalu masuk akal, mudah dipahami dan sesuai realita sehingga dapat meyentuh hati tentunya dengan demikian mad’u mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga aspek psikologi komunikator ini adalah penting untuk membangun citra yang baik dan dapat dipercayai komunikan. Terlebih lagi, pada era sekarang seorang dai selaku komunikator dalam dakwah cukup sulit merangkul para mad’u karena harus menghadapi arus globalisasi yang pesat dan pola hidup era milenial yang hedonis dan jauh dari tuntunan agama. Branding diri seorang dai menjadi kunci utama untuk menaklukkan itu semua yaitu dengan “senjata” ethos, pathos, dan logos.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Kiriman Lampau

Siapakah Aksa?

Siapakah Aksa?
Aku adalah apa yang kamu baca dan dengar

Ikuti dan Tanya Aku!

  • instagram
  • facebook
  • youtube
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Apa aja yang banyak dicari?

  • [Syarhil] Akhlak Rasulullah sebagai Kunci Perbaikan Dekadensi Moral
    Ilustrasi Assalamualaikum wr.wb. Dewan juri yang kami hormati! para peserta Musabaqah Syarhil Qur’an yang berbahagia, serta ha...
  • Dollar menjadi Raja
    “Waduh! Sembako mahal!” “BBM naik!” “Kemana pemerintah? Kok bahan-bahan pokok jadi mahal!” Itulah beberapa pernyataan yang terlo...
  • Disiplin, Apakah perlu?
    Saat mendengar kata “Disiplin” maka pikiran yang terlintas di benak kita adalah suatu beban atau suatu tanggung jawab yang ...
  • Beasiswa PPA 2019 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
    Assalamualaikum! Hallo! Apa kabar? Semoga sehat selalu ya.. Berjumpa lagi dengan Aksa di tahun yang berbeda tapi kabar yang sama...
  • [Story Telling] Malin Kundang (+Video)
    Once upon a time, there was a poor boy named Malin Kundang. He lived with his old mother in West Sumatera. He was very nice boy but he...
  • Mengenal Pilar Budaya Cianjur
    Sejak dahulu, Kabupaten Cianjur sudah terkenal dengan budaya 3M (Maos, Mamaos, Maenpo) yang menjadi ciri Kabupaten Cianjur. Bupati Cianjur...
  • Ruksakna Iman jeung Alam (Bahasa Sunda)
    Sumber: ISNET Dina surat Ar-Rum ayat 40 deugika 42, Alloh negeskeun ka manusa, yén ‘ngayugakeun kahirupan’ , ‘nyiptakeun rejeki’ ajan...
  • Best Position Paper Asia World MUN III (Committee OIC)
    Topic : “Discussing the Roles of Member States and the OIC in Response to the Ongoing Refugee Crisis” Commit...
  • [PUISI] Tangis (W.S. Rendra)
    Tangis Karya: W.S. Rendra Ke mana larinya anak tercinta Yang diburu segenap penduduk kota? Paman Doblang! Paman Doblang! Ia la...
  • Cyberbullying, Tren Generasi Milenial Indonesia
    Source: iam1n4.com Perbincangan mengenai bullying kembali mencuat ke permukaan. Masalah kolot yang biasanya terjadi di sekolah ini b...

Postingan Terbaru!!

Ada Apa Aja?

  • Artikel dan Essai
  • Beasiswa dan Kepemudaan
  • Cerpen
  • Excel
  • Pidato
  • Puisi
  • Tugas Kuliah

Garis Waktu

  • Desember 2023 (1)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (1)
  • Mei 2021 (1)
  • Maret 2021 (3)
  • November 2020 (3)
  • Oktober 2020 (1)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (6)
  • Juli 2020 (3)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (3)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (5)
  • Februari 2020 (1)
  • Januari 2020 (5)
  • November 2019 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • Juni 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (1)
  • Januari 2019 (2)
  • Desember 2018 (6)
  • November 2018 (3)
  • Oktober 2018 (10)
  • September 2018 (5)
  • Agustus 2018 (6)
  • Juli 2018 (3)
  • April 2018 (6)
  • Desember 2015 (8)
  • Juli 2015 (1)
  • April 2015 (1)
  • Maret 2015 (9)

Created with by Aksara Fauzi | Helped by Someone