"Ya Allah, perlambatlah waktu. Jangan segerakan bergulir.."
Di bawah tanah, jutaan manusia mengiba pada Sang Maha Raja. Meminta belas kasih akan permintaan yang selalu dikumandangkan setiap tahun,
Jangan biarkan Ramadhan meninggalkan kami..
Aku sungguh bahagia ketika anak cucu memanjatkan doa dan ampunan kepadamu..
Menitipkan salam cinta yang tulus kepadaku..
Pagi hingga malam riuh akan lantunan ayat-ayat suci..
Hanya di bulan ini..
Siksa yang kuterima tak sepedih di bulan-bulan lain..
Mereka yang berada di tempat pembersihan dosa dengan jerih payah bersimpuh di hadapan Tuhan. Hangatnya doa sanak saudara mendinginkan api yang berkobar. Salehnya perangai anak cucu memperlambat cambukan yang terus menghantam sekujur tubuh.
Hanya di bulan penuh rahmat ini, tutur kata tetangga sedikit terjaga. Saf-saf di masjid disesaki jamaah. Yang tak pernah terlihat, menampakkan diri di tengah masyarakat. Silaturahim senantiasa terjalin setiap berpapasan saat mengincar menu berbuka puasa. Jalanan yang terkenal gersang dari peradaban menjadi rimbun dipenuhi umat manusia yang mengais rezeki dari berjualan.
Hanya di bulan sarat ampunan ini, setiap rumah ramai dilantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Tak dibiarkan debu menjamah kitab yang menawarkan obat bagi hati yang lara ini. Sajadah senantiasa terhampar di ruang ibadah. Malam yang hening selalu diramaikan doa-doa yang mengangkasa, berlomba-lomba berlarian mengetuk pintu rumah Tuhan. Ada yang menginginkan kesehatan agar terhindari dari penyakit yang tengah mewabah. Tak sedikit yang mengharapkan limpahan rezeki supaya dapat tetap hidup di tengah himpitan ekonomi karena terjadi PHK sepihak di berbagai penjuru. Pun banyak yang menitipkan salam kasih sayang dan rindu yang menggebu agar disampaikan kepada keluarga tercinta yang telah meninggalkan alam dunia. Tak ayal, kebahagiaan di bulan Ramadhan pun dirasakan oleh mereka yang sedang menjalani masa hukuman di alam barzah.
Hanya di bulan yang menawarkan pembebasan dari api neraka ini, segala sesuatu yang diusahakan untuk mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah akan berbuah manis. Malam panjang sebelumnya dihadiahi malam mulia bernilai 1000 bulan. Lailatul Qadr selalu menjadi penawaran yang disambut penuh bahagia umat manusia. Berbondong-bondong memadati pusat ibadah. Mengencangkan sarung. Merapihkan mukena. Bersimpuh di tengah malam penuh khusyu. Bersungkur penuh khidmat memohon ampunan atas segala dosa yang tak pernah kunjung diputus. Semua dilakukan demi mengais rezeki dari Sang Maha Kuasa.
Hari ini, habis sudah jatah menikmati bulan Ramadhan...
Dari atas tanah: "Selesai juga bulan Ramadhan"
Dari bawah tanah: "Ya Tuhan, jangan biarkan Ramadhan pergi begitu saja"
Dari atas tanah: "Alhamdulillah, akhirnya bisa beli baju baru"
Dari bawah tanah: "Ya Allah, kulitku akan compang camping kembali"
Dari atas tanah: "Saatnya menghabiskan makanan yang berlimpah"
Dari bawah tanah: "Perutku akan hancur menikmati setiap sayatan buah zaqqum"
Dari bawah tanah, mereka dihantui rasa khawatir. Ketakutan apabila keturunannya tidak segiat beribadah seperti di bulan Ramadhan. Digandrungi kecemasan tak mendapatkan kompensasi dari Allah. Dipenuhi rasa waswas tak akan dikunjungi doa-doa yang riuh untuknya.