“Lamun nonton film teh kudu nu bisa diala mangpaatna”
(Kalau nonton film itu harus yang bisa diambil manfaatnya)
Begitulah pesan ‘empunya keuangan’
rumah kepada anak-anaknya yang kerapkali menghabiskan waktu di depan televisi.
Mata selalu sedia terbuka berjam-jam demi film kartun kesayangan di layar kaca.
Makan, mandi, dan salat–astagfirullah–tak jarang terlambat dilakukan, maka tak
ayal suara ibu sering memecah keheningan rumah.
Beranjak dewasa, ucapan ibu tak melenceng.
Semakin bertambah usia, semakin kompleks pula pola piker dalam menyikapi
sesuatu. Jika dahulu menonton film sebatas untuk mengisi kejenuhan, namun berbeda
saat sekarang yang semakin lebih tahu apa yang dibutuhkan. Terlebih saat mengenyam pendidikan di menara
gading, UIN Sunan Gunung Djati Bandung jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
membuat paradigma saya tentang film menjadi luas.
Kehadiran film bukan hanya sekadar
memberi makan rasa humor untuk tertawa, tetapi juga menjadi lahan untuk desiminasi
pendidikan. Berdasarkan UU No. 33 tahun 2009 tentang Perfilman Bagian Kedua,
menyatakan bahwa tujuan film yang pertama adalah terbinanya akhlak mulia. Ini
menandakan bahwa sebuah film bukan sekadar tontonan, tetapi juga perlu menjadi
tuntunan masyarakat dalam berkehidupan.
Berbicara mengenai tuntunan, latar belakang pendidikan penulis yang sarat akan ilmu-ilmu Islam, maka tentu saja tuntunan yang dimaksud sejalur dengan Al-Quran. Kini, tidak sedikit film-film bernafaskan Islam yang sarat akan pesan-pesan dakwah. Salah satunya adalah film fenomenal dari negeri jiran yang dikemas dengan alur cerita orang yang melakukan eksorsis, Munafik 2.
***
Selayang Pandang
Munafik 2
Film ini adalah film horror
Malaysia karya Syamsul Yusof yang tayang perdana pada tahun 30 Agustus 2018 di
Malaysia dan merupakan kelanjutan film Munafik sebelumnya yang sudah tayang
tahun 2016. Berbagai bintang aktor Malaysia meramaikan film ini, seperti
Syamsul (Ustadz Adam), Maya Karin (Sakinah), Rahim Razali (Ayah Adam), Weni
Panca (Setan), Nasir Bilal Khan (Abu Jar), Fauzi Nawawi (Abu Jar), dan Nur Zara
Sofia (Aina).
Ustadz Adam dengan kemampuan ruqyah-nya mempunyai tanggung jawab
untuk terus mengembara membantu orang-orang yang terpengaruh gangguan gaib.
Namun, dalam perjalanan spiritualnya ini, ia selalu dibayang-bayangi masa
kelamnya, yaitu kematian Maria. Ia pun kerap kali didatangi wanita misterius
–diibaratkan sebagai setan– yang terus berusaha menggoyahkan keimannya.
Suatu ketika, di desa tetangga,
hidup seorang wanita bernama Sakinah bersama puterinya, Aina. Ia tetap tinggal
di desa tersebut karena ayahnya yang sakit-sakitan, dan tidak diketahui
penyakitnya. Kehidupannya berada di bawah tekanan, tak jarang ia mendapatkan
pelecehan seksual dari pemimpin desa tersebut. Ia meyakini bahwa penyakit yang
diderita ayahnya bersumber dari pemimpin tersebut yang terkenal munafik dan
menyesatkan, yaitu Abu Jar. Abu Jar memiliki banyak pengikut dan yang paling
ditakuti di desa tersebut. Satu-satunya musuh Abu Jar adalah orang yang masih
memegang teguh agama Islam, Sakinah adalah salah satunya.
Untuk melanggengkan kekuasaan, Abu
Jar menggunakan sihir untuk menghancurkan siapapun yang berusaha menentangnya.
Karena tekanan yang terus diterima Sakinah, kemudian ia mencari bantuan ke desa
tetangga dan beruasaha menemui Ustadz Adam. Ustadz Adam pun mengiyakan untuk
membantu Sakinah, walaupun sebelumnya terjadi perdebatan antara ia dan ibunya.
Kedatangan Adam ke desa yang dipimpin Abu Jar menyulut kemarahan Abu Jar.
Tuntunan dalam Munafik 2
Dalam setiap adegan, dialog antar tokoh sarat akan ayat-ayat Al-Quran. Pesan dakwah tentang akidah mendominasi film “Munafik 2 (2018). Penulis telah mendapatkan delapan pesan Islam yang terdapat di dalam film, yaitu:
1. Tidak
menyembah kepada selain Allah SWT.
Pada adegan awal, Ayah Sakinah
terpaksa menderita hingga menjelang akhir hayatnya. Hal ini disinyalir karena
Sakinah enggan berpaling kepada aliran sesat yang dipimpin Abuja, ia tetap
berpegah teguh kepada ajaran Islam dan menyembah kepada Allah semata. Keputusan
Sakinah ini tepat, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nisa: 36,
۞وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ
بِهِۦ شَيۡٔٗاۖ
وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَٰنٗا وَبِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ
وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱلۡجَارِ ذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ
بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَيۡمَٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا
يُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالٗا فَخُورًا
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,”
2. Allah
selalu dekat dengan makhluk-Nya.
Ustadz Adam
tidak kapok mengambil risiko untuk me-ruqyah
orang lagi, ditambah menghadapi kekejaman Abu Jar, karena ia yakin Allah selalu
bersamanya. Hal ini selaras dengan firman Allah SWT dalam Q.S. An-Nahl: 128,
ٱلَّذِينَ
تَتَوَفَّىٰهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ ظَالِمِيٓ أَنفُسِهِمۡۖ فَأَلۡقَوُاْ ٱلسَّلَمَ
مَا كُنَّا نَعۡمَلُ مِن سُوٓءِۢۚ بَلَىٰٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمُۢ بِمَا كُنتُمۡ
تَعۡمَلُونَ
“(yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat zalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); "Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu kejahatanpun". (Malaikat menjawab): "Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan.”
3. Meminta
restu orangtua sebelum mengambil keputusan.
Ketika Ustadz
Adam hendak berangkat ke pulau sebrang, ibunya semoat tidak memberi restu
karena khawatir akan terjadi hal-hal buruk. Dengan penuh kelembutan, ustadz
Adam merayu ibunya untuk mengizinkannya, dia sangat menghormati ibunya. Ustadz
Adam tidak berangkat sebelum mendapatkan restu dari ibunya. Berbicara tentang
restu orangtua, hal ini sebagaimana hadist Nabi Muhammad SAW.
“Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah
tergantung pada murka orang tua”
(Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394)
4. Menolong
sesama.
Ketika Sakinah meminta bantuan Ustadz
Adam untuk menolongnya dari berbagai gangguan sihir yang dilancarkan Abuja,
ustadz Adam mengiyakan. Baginya, saling
menolong sesama, terlebih lagi umat Islam, adalah keharusan. Menolong dalam
kebaikan telah termaktub dalam Q.S. Al-Maidah: 2,
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ
وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ
ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
5.
Allah SWT yang berhak menyembuhkan segala penyakit.
Ketika Adam menyatakan bahwa yang dapat menyembuhkan Ayah Sakinah bukanlah dia, tetapi Allah. Ia pun menyuruh Sakinah untuk terus berdoa kepada Allah SWT untuk kesembuhan ayahnya. Terkandung dalam Q.S. Ash-Syu’ara: (26), ayat 80 yang bermaksud,
وَإِذَا مَرِضۡتُ فَهُوَ يَشۡفِينِ
“dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku.”
6.
Hati-hati dengan orang Munafik.
Masyarakat pulau seberang telah
terkontaminasi doktrin-doktrin yang disebarluaskan Abuja. Abuja bertopeng agama
untuk menyembunyikan sifat syaitannya. Dia bukanlah orang saleh dengan dandanan
seperti tokoh agama, tetapi hanyalah orang munafik yang haus akan pujian.
Ciri-ciri munafik ada 3, sebagaimana dalam hadist Nabi,
“Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, Tanda-tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari, dan jika diberi amanah dia berkhianat.” (HR. Al- Bukhari)
7.
Menerima segala takdir Allah SWT yang telah ditetapkan dengan
rida.
Bayang-bayang kematian istri ustadz Adam
terus menghantui pikirannya. Ayahnya menasehatinya untuk menerima segala takdir
yang telah ditetapkan Allah dan berserah kepada-Nya. Hal ini selaras dengan
firman Allah SWT Q.S. At-Talaq: 3.
وَيَرۡزُقۡهُ
مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُۚ وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ
إِنَّ ٱللَّهَ بَٰلِغُ أَمۡرِهِۦۚ قَدۡ جَعَلَ ٱللَّهُ لِكُلِّ شَيۡءٖ
قَدۡرٗا
“Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
8.
Orang beriman selalu diuji oleh Allah.
Belum usai kesedihan ustadz Adam yang
kehilangan istrinya pada sekuel pertama, ibunya harus meregang nyawa pada
sekuel kedua. Ia teramat sedih dan sempat putus asa, karena ternyata ibunya
meninggal dibunuh olehnya ketika kerasukan jin. Ayahnya memberi nasehat dan
memotivasi agar terus berjihad di jalan Allah, ujian tersebut semata-mata untuk
mengukur keimanannya kepada Allah SWT. Sebagaimana telah termaktub dalam Q.S.
Muhammad: 31.
وَلَنَبۡلُوَنَّكُمۡ
حَتَّىٰ نَعۡلَمَ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ مِنكُمۡ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَنَبۡلُوَاْ
أَخۡبَارَكُمۡ
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami
mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami
menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.”
Secara umum, pesan dari film Munafik 2
(2018) tidak hanya tentang perjuangan untuk mempertahankan Islam, tetapi juga relevansi situasi terkini dalam segi
sosial-politik. Syamsul Yusof berusaha menyentil sejumlah orang yang
menggunakan agama sebagai komoditas untuk menerima bantuan duniawi dengan
menggunakan agama, alih-alih menyebarkan kebaikan dan taqarrub dengan Tuhan Yang Maha Esa. Orang itu merasa paling akurat
dalam memahami firman Tuhan, dan kemudian memanggil siapa saja yang tidak
mengerti dan tunduk kepadanya dengan predikat "kafir". Tidakkah orang
yang diwakili dalam film ini oleh Abu Jar belakangan ini semakin banyak
ditemukan?
Film bergenre religi horror ini menyita
banyak perhatian masyarakat, tidak hanya di negara asalnya, Malaysia, tetapi
juga di Indonesia. Hal ini terbukti dengan jumlah layar yang biasanya hanya 52,
bertambah menjadi 100 layar. Selain itu, film besutan Syamsul Yusof ini
berhasil dinobatkan sebagai film terlaris sepanjang masa di Malaysia dengan
mengoleksi hampir 4 juta penonton dalam satu bulan peredarannya dengan
pemasukan hampir 43 juta ringgit Malaysia.
Larisnya film ini memberi pencerahan
bahwa kini perlu adanya migrasi metodologi penyemaian nilai-nilai Islam dari
yang sekadar berbicara di atas mimbar menjadi di atas layar kaca. Melihat fakta
lapangan, masyarakat lebih menyukai yang bersifat audio-visual (film)
dibandingkan menderngarkan ceramah di majlis ilmu. Film memiliki kelebihan
tersendiri dibanding media lain. Film bisa menjadi media yang efektif untuk internalisasi
nilai-nilai Islam, pesan-pesannya dapat dengan lembut diteruskan ke penonton
dan menyentuh relung hati mereka tanpa merasa dilindungi. Ini sesuai dengan
ajaran Allah SWT bahwa untuk mengkomunikasikan pesan itu harus dalam Qawlan
Shadidan, yaitu pesan yang dikomunikasikan dengan benar dan yang menyentuh hati.
***
Film Munafik 2 hanyalah salah satu dari sekian banyak film
yang pernah penulis tonton yang sarat akan pesan untuk pembangunan kualitas
diri. Kini, kualitas film sudah semakin meningkat dengan suguhan alur yang luar
biasa dan berisi nilai-nilai pendidikan.
Berbicara tentang film, penulis pernah menjadi pemain dalam film pendek “Hutan Terlarang” yang diproduksi ekstrakurikuler Karya Ilmiah dan Jurnalistik (KIJ) MAN 1 Cianjur dan menjadi Artistik dalam film pendek “Tirani” yang diproduksi saat semester 5 sebagai salah satu tugas mata kuliah Produksi Siaran TV Dakwah. Pengalaman ini tentu belum seberapa dibandingkan teman lainnya, tetapi bukan berarti ini adalah akhir dari semangat saya untuk bisa menghasilkan karya lagi. Besar harapan, suatu saat penulis dapat terjun langsung di dunia perfilman yang lebih luas lagi –tidak sebatas penikmat film.