• Beranda
  • Artikel dan Esai
  • Akademik
    • Beasiswa dan Kepemudaan
    • Tugas Kuliah
    • Soon
  • Puisi
  • Cerpen
  • Pidato
  • Jajan Yuk!
  • Excel
instagram facebook youtube Google+ bloglovin Email

Aksara Fauzi

"Aku hadir saat mata terpejam..."

Sumber: Suara Kutim

Media bersifat netral memang sudah seharusnya menjadi sifatnya. Diskursus mengenai netralitas media mencuat ke permukaan ketika atmosfir perpolitikan mulai terasa. Memasuki tahun-tahun pemilu, akan muncul permainan politik dan isu-isu kabur dalam tubuh media massa. Untuk mengombang-ambingkan golongan masyarakat, ataupun sebagai strategi bersaing politik. Seperti yang kita ketahui, pemberitaan akhir-akhir ini semakin banyak yang tidak benar alias hoax. Terdapat dari sekian banyak media massa yang memutar balikkan fakta dan memainkan peran politik dalam pemberitaannya.

Media yang seharusnya, berada ditengah-tengah. Tidak condong kepada sisi manapun dan dalam sektor apapun. Media massa lazimnya bergerak pada tataran tengah, tidak bergeser ke kanan, ataupun ke kiri. Hingga menjadi penengah dari dua sisi yang kontras berbeda. Sehingga dapat tercipta tatanan informasi yang menjunjung tinggi keadilan, keseimbangan, serta bertanggung jawab.

Dalam perspektif ekonomi politik media, ternyata media sulit untuk netral dan obyektif sebagaimana idealismenya. Media sangat terikat dan dipengaruhi ideologi pemiliknya. Sehingga media sangat rentan dijadikan sebagai alat kekuasaan dalam sebuah sistem politik. Di sisi lain media juga harus menguntungkan secara ekonomi baik untuk biaya operasional media itu sendiri maupun untuk keuntungan para pemilik modal. Oleh karena itu media dituntut untuk menyesuaikan pada selera pasar agar menarik bagi para pengiklan. Iklan merupakan salah satu nafas utama bagi sebuah media selain audien atau khalayaknya.

Selain itu, dalam dunia media juga dikenal dengan teori kritis, merupakan sebuah aliran pemikiran yang menekankan penilaian reflektif dan kritik dari masyarakat dan budaya dengan menerapkan pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Salah satu acara yang mungkin bisa dibilang kritis dalam kehidupan masyarakat ialah siaran invertigasi, dimana mereka akan terus mencari jawaban dari apa yang menjadi permasalahan yang baisanya masalah terbaru yang tentu sangat menarik untuk diberitakan.

Teori kritis melihat bahwa media tidak lepas kepentingan, terutama sarat kepentingan kaum pemilik modal, negara atau kelompok yang menindas lainnya. Dalam artian ini, media menjadi alat dominasi dan hegemoni masyarakat. Konsekuensi logisnya adalah realitas yang dihasilkan oleh media bersifat pada dirinya bias atau terdistorsi.

Media massa merupakan produk yg dipengaruhi oleh politik, ekonomi, kebudayaan, dan sejarah. Jadi fokus kajiannya adalah fungsi-fungsi apa yg harus dilakukan oleh media massa di dalam masyarakat.
Pendefinisian dan reproduksi realitas yang dihasilkan oleh media massa tidak hanya dilihat sebagai akumulasi fakta atau realitas itu sendiri. Reproduksi realitas melalui media merupakan representasi tarik ulur ideologi atau sistem nilai yang mempunyai kepentingan yang berbeda satu sama lain. Dalam hal ini, media tidak hanya memainkan perannya hanya sekedar instrumen pasif yang tidak dinamis dalam proses rekonstruksi budaya tapi media massa tetap menjadi realitas sosial yang dinamis.

Teori ini memberikan perhatian yang sangat besar pada alat-alat komunikasi dalam masyarakat. Komunikasi merupakan suatu hasil dari tekanan (tension) antara kreativitas individu dalam memberikan kerangka pada pesan dan kedala-kendala sosial terhadap kreativitas tersebut. Hanya jika individu benar-benar bebas untuk megespresikan dirinya dengan kejelasan dan penalaran, maka pembebasan akan terjadi, dan kondisi tersebut tidak akan terwujud sampai munculnya suatu tatan masyarakat yang baru. 

Di Indonesia sendiri perkembangan teori kritis mengikuti daripada sistem pemerintahan yang ada. Jika dahulu terutama pada era orde baru, media massa seolah dibungkam. Tidak boleh sama sekali ada media yang melancarkan kritik pada pemerintah. Dan hanya ada media yang pro pemerintah yang dapat beroperasi maka kini kondisinya sudah berbeda 360 derajat. Dimana media massa terutama sudah lebih leluasa untuk mengkritisi kinerja pemerintah.

Lain dulu lain sekarang, penerapan teori kritis pada media massa di Imdonesia sendiri terkadang cenderung berlebihan. Dimana antara satu media massa dan media massa lainnya seolah saling menjtuhkan atau memojolkan tokoh tertentu. Terkadang juga media massa bahkan mampu mengiring oponi publik. Terlihat jelas bahwa saat ini semua orang dapat berperan sebagai kritikus. Padahal jika di telaah lebih dalam lagi yang berhak mengkritik ialah memang mereka yang ahli dan mengerti akan hal tersebut. Simak juga konsep komunikasi efektif.

Keleluasaan media massa untuk mengkritik sebagai bagian komunikasi organisasi dan pola komunikasi organisasi, malah bisa menyebabkan perpecahan atau juga adu domba dengan pihak lainnya. Media massa harusnya bisa menjadi sebuah penghubung antara rakyat dan pemerintah. Media massa juga. Namun, pada kenyataannya media massa malah terbagi menjadi dua kelompok. Ada yang pro pemerintah yang menyajikan berbagai progres dan kinerja serta program kerja pemerintah yang telah berjalan, ada juga yang tak henti-hantinya menyerang dang mengkritik kinerja pemerintah. Inilah yang kemudian membuat masyarakat merasa bahwa media massa Indonesia tidak dapat mewakili kritik rakyat, namun media massa justru menjadi senjata untuk menyerang pemerintah.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Kiriman Lampau

Siapakah Aksa?

Siapakah Aksa?
Aku adalah apa yang kamu baca dan dengar

Ikuti dan Tanya Aku!

  • instagram
  • facebook
  • youtube
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Apa aja yang banyak dicari?

  • [Syarhil] Akhlak Rasulullah sebagai Kunci Perbaikan Dekadensi Moral
    Ilustrasi Assalamualaikum wr.wb. Dewan juri yang kami hormati! para peserta Musabaqah Syarhil Qur’an yang berbahagia, serta ha...
  • Dollar menjadi Raja
    “Waduh! Sembako mahal!” “BBM naik!” “Kemana pemerintah? Kok bahan-bahan pokok jadi mahal!” Itulah beberapa pernyataan yang terlo...
  • Disiplin, Apakah perlu?
    Saat mendengar kata “Disiplin” maka pikiran yang terlintas di benak kita adalah suatu beban atau suatu tanggung jawab yang ...
  • Beasiswa PPA 2019 UIN Sunan Gunung Djati Bandung
    Assalamualaikum! Hallo! Apa kabar? Semoga sehat selalu ya.. Berjumpa lagi dengan Aksa di tahun yang berbeda tapi kabar yang sama...
  • [Story Telling] Malin Kundang (+Video)
    Once upon a time, there was a poor boy named Malin Kundang. He lived with his old mother in West Sumatera. He was very nice boy but he...
  • Mengenal Pilar Budaya Cianjur
    Sejak dahulu, Kabupaten Cianjur sudah terkenal dengan budaya 3M (Maos, Mamaos, Maenpo) yang menjadi ciri Kabupaten Cianjur. Bupati Cianjur...
  • Ruksakna Iman jeung Alam (Bahasa Sunda)
    Sumber: ISNET Dina surat Ar-Rum ayat 40 deugika 42, Alloh negeskeun ka manusa, yén ‘ngayugakeun kahirupan’ , ‘nyiptakeun rejeki’ ajan...
  • Best Position Paper Asia World MUN III (Committee OIC)
    Topic : “Discussing the Roles of Member States and the OIC in Response to the Ongoing Refugee Crisis” Commit...
  • [PUISI] Tangis (W.S. Rendra)
    Tangis Karya: W.S. Rendra Ke mana larinya anak tercinta Yang diburu segenap penduduk kota? Paman Doblang! Paman Doblang! Ia la...
  • Cyberbullying, Tren Generasi Milenial Indonesia
    Source: iam1n4.com Perbincangan mengenai bullying kembali mencuat ke permukaan. Masalah kolot yang biasanya terjadi di sekolah ini b...

Postingan Terbaru!!

Ada Apa Aja?

  • Artikel dan Essai
  • Beasiswa dan Kepemudaan
  • Cerpen
  • Excel
  • Pidato
  • Puisi
  • Tugas Kuliah

Garis Waktu

  • Desember 2023 (1)
  • September 2021 (1)
  • Agustus 2021 (1)
  • Mei 2021 (1)
  • Maret 2021 (3)
  • November 2020 (3)
  • Oktober 2020 (1)
  • September 2020 (1)
  • Agustus 2020 (6)
  • Juli 2020 (3)
  • Juni 2020 (1)
  • Mei 2020 (3)
  • April 2020 (7)
  • Maret 2020 (5)
  • Februari 2020 (1)
  • Januari 2020 (5)
  • November 2019 (1)
  • Oktober 2019 (1)
  • Juni 2019 (1)
  • Mei 2019 (1)
  • Maret 2019 (1)
  • Februari 2019 (1)
  • Januari 2019 (2)
  • Desember 2018 (6)
  • November 2018 (3)
  • Oktober 2018 (10)
  • September 2018 (5)
  • Agustus 2018 (6)
  • Juli 2018 (3)
  • April 2018 (6)
  • Desember 2015 (8)
  • Juli 2015 (1)
  • April 2015 (1)
  • Maret 2015 (9)

Created with by Aksara Fauzi | Helped by Someone