2 Desember 2016
Seantero muslim negeri pertiwi berkumpul di pusat negara
Gegap gempita meninggalkan kampung halaman
Penuh tekad kuat membela agama Tuhan
Sumpah serapah menggema dari mulutnya
“Kafir! Biadab! Penista agama tak pantas hidup
Penjarakan! Pemerintah jangan sembunyi di balik kursi!
Polisi harus berani! Jika tidak, akan kami gulingkan pemerintahan!”
Kelalaian lidah menjadi sumbu dari api yang memuncak
Manusia awam berujar seenaknya akan kalam Tuhan
Tak ayal, emosi berkobar di tiap sanubari umat
Namun nahas
Amarah yang mengungkung, butakan mata hati
10 Maret 2017
Jenazah nenek tua tak dikebumikan
Disinyalir, nenek ini pro si penista agama
Terpampang jelas spanduk di gapura
“Masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung penista agama”
Teriris jelas hati sanak kerabat
“Terimalah nenek saya, jangan telantarkan dia
Antarlah ke ribaanNya dengan iringan doa
Bukan sumpah yang menggores luka”
Derai air mata penuh harap tak digubris
Tak ditemukan dongeng Rasul yang menjunjung kedamaian
Tak ditemukan jejak Rasul yang meninggikan persaudaraan
Ketika umat tengah memperbaiki nama Islam
Yang dicoreng manusia yang fakir ilmu
Yang dikotori radikal para manusia semu
Bagai petir di siang bolong
22 Oktober 2018
Tepat dengan perayaan Hari Santri Nasional
Sekelompok orang membakar kain yang berukirkan kalimat keesaan Tuhan
Sorak dan nyanyian kebanggaan golongannya mengawal api yang berkobar
Dilahap habis kain hitam yang utuh itu
Kontroversi pun mencuat
7 hari 7 malam tak henti-henti media menyorotinya
Pro dan kontra bermunculan
Aksi yang sempat istirahat, riuh kembali
Aspal yang pekat diselimuti barisan manusia yang membentangkan bendera Tauhid
Penuh semangat mereka menuntut rezim masa kini memenjarakan pelaku
Sialnya.. Penutut dan yang dituntut adalah manusia ber-Tuhan-kan sama
Dan Islam adalah identitas yang sama di KTP mereka
Aduhai Tuhan…
Perpecahan, kehancuran, kesesatan, kebiadaban
Siapa lagi, yang akan menegakan cahaya dalam kesakitan itu
Nama Islam yang mengangkasa telah berlalu
Hanya angan yang menggebu dengan teriakan takbir palsu di seluruh penjuru
23 tahun, kekasihmu habiskan waktu untuk berjuang
23 tahun, dia rela berkorban habiskan harta demi kejayaan Islam
Namun tongkat estafet perjuangan tak bersahut
Aduhai Tuhan…
Tak kukenali lagi wajah Islam yang rahmatan alamin
Menjunjung peri kemanusiaan dan persamaan
Toleransi dan integrasi dikalahkan diskriminasi dan salah persepsi
Di penghujung nafas yang tersekat pilu
Pintaku tetap sama pada Tuhan
“Ulurkan tanganmu untuk hamba-hambamu
Jangan biarkan kami jatuh
Kuatkan kami kembalikan wajah Islam yang rahmatan lil alamin
Agar dikenali kembali oleh manusia bumi…”
Seantero muslim negeri pertiwi berkumpul di pusat negara
Gegap gempita meninggalkan kampung halaman
Penuh tekad kuat membela agama Tuhan
Sumpah serapah menggema dari mulutnya
“Kafir! Biadab! Penista agama tak pantas hidup
Penjarakan! Pemerintah jangan sembunyi di balik kursi!
Polisi harus berani! Jika tidak, akan kami gulingkan pemerintahan!”
Kelalaian lidah menjadi sumbu dari api yang memuncak
Manusia awam berujar seenaknya akan kalam Tuhan
Tak ayal, emosi berkobar di tiap sanubari umat
Namun nahas
Amarah yang mengungkung, butakan mata hati
10 Maret 2017
Jenazah nenek tua tak dikebumikan
Disinyalir, nenek ini pro si penista agama
Terpampang jelas spanduk di gapura
“Masjid ini tidak mensholatkan jenazah pendukung penista agama”
Teriris jelas hati sanak kerabat
“Terimalah nenek saya, jangan telantarkan dia
Antarlah ke ribaanNya dengan iringan doa
Bukan sumpah yang menggores luka”
Derai air mata penuh harap tak digubris
Tak ditemukan dongeng Rasul yang menjunjung kedamaian
Tak ditemukan jejak Rasul yang meninggikan persaudaraan
Ketika umat tengah memperbaiki nama Islam
Yang dicoreng manusia yang fakir ilmu
Yang dikotori radikal para manusia semu
Bagai petir di siang bolong
22 Oktober 2018
Tepat dengan perayaan Hari Santri Nasional
Sekelompok orang membakar kain yang berukirkan kalimat keesaan Tuhan
Sorak dan nyanyian kebanggaan golongannya mengawal api yang berkobar
Dilahap habis kain hitam yang utuh itu
Kontroversi pun mencuat
7 hari 7 malam tak henti-henti media menyorotinya
Pro dan kontra bermunculan
Aksi yang sempat istirahat, riuh kembali
Aspal yang pekat diselimuti barisan manusia yang membentangkan bendera Tauhid
Penuh semangat mereka menuntut rezim masa kini memenjarakan pelaku
Sialnya.. Penutut dan yang dituntut adalah manusia ber-Tuhan-kan sama
Dan Islam adalah identitas yang sama di KTP mereka
Aduhai Tuhan…
Perpecahan, kehancuran, kesesatan, kebiadaban
Siapa lagi, yang akan menegakan cahaya dalam kesakitan itu
Nama Islam yang mengangkasa telah berlalu
Hanya angan yang menggebu dengan teriakan takbir palsu di seluruh penjuru
23 tahun, kekasihmu habiskan waktu untuk berjuang
23 tahun, dia rela berkorban habiskan harta demi kejayaan Islam
Namun tongkat estafet perjuangan tak bersahut
Aduhai Tuhan…
Tak kukenali lagi wajah Islam yang rahmatan alamin
Menjunjung peri kemanusiaan dan persamaan
Toleransi dan integrasi dikalahkan diskriminasi dan salah persepsi
Di penghujung nafas yang tersekat pilu
Pintaku tetap sama pada Tuhan
“Ulurkan tanganmu untuk hamba-hambamu
Jangan biarkan kami jatuh
Kuatkan kami kembalikan wajah Islam yang rahmatan lil alamin
Agar dikenali kembali oleh manusia bumi…”
Video : https://youtu.be/0ui6uKb8bqU