Bel
istirahat berbunyi, semua siswa mencari makanan seperti burung yang baru keluar
dari sangkarnya. Di kantin, sesak oleh para siswa yagn mencari makanan.
“Eh,
eh, liat tuh si teroris. Kerudungnya gede amat yah, ditambah lagi pake cadar...
Hahaha” Ejek Gresya sambil tertawa bersama teman-temannya.
“Iya tuh.. Hahaha.. Teroris atau TKW di arab tuh, gede amat. Hahahaha” Disambung dengan ejekan dari teman Gresya.
Perempuan berjilbab yang menutupi auratnya itu hanya bisa menunduk dan menahan segala rasa perih di hati akan cacian itu. Walaupun dia harus banyak menerima cibiran dari teman-temannya itu, dia tetap mempertahankan jilbabnya sebagai sebuah kewajiban dan kebutuhan.
“Huuu dasar teroris! Serem amat deh, gua liatnya juga.. haha, takut di bom gua..” Cibiran dari orang lain terus bergulir kepada perempuan berjilbab itu.
Seusai mengisi perut yang kosong, perempuan berjilbab itu pergi meninggalkan kantin. Tapi, brukkk... Perempuan berjilbab itu tersungkur dilantai, kaki gresya menengkas perempuan berjilbab itu. Sampai-sampai, tafsir alquran dan tasbih yang ada digenggamannya terlempar.
“Hahahahahaha.... Rasain tuh. Makanya kalo jalan liat-liat tu muka jangan lu tutupi semua! Kayak ninja aja! Hahahaha...” Seperti tak bersalah, Gresya dan teman-temannya tertawa terbahak-bahak.
“Astagfirullah...” Lirih perempuan berjilbab itu sambil menggelengkan kepala lalu membawa tafsir dan alquran yang terjatuh dan berlalu meninggalkan kantin.
Teng nooooong....
“Eh, eh, girls! Udah bel tuh... Ke kelas yuu..” Ajak Gresya dan meninggalkan kantin.
“Come on!” Sahut teman-temannya.
Di dalam kelas yang ribut dan bising, perempuan berjilbab itu menyempatkan untuk membaca tafsir alquran. Dengan fasih, dirinya terus melantunkan ayat demi ayat. Berdzikir, ya itu sudah menjadi kebiasaannya. Detik demi detik ia isi dengan berdzikir. Baginya, itu sudah menjadi kebutuhan bukan hanya kewajiban.
Tak lama, pak Hartono masuk ke kelas dan menyampaikan materi pelajaran Fisika.
“Anak-anak, keluarkan buku kalian..” Perintah pak Hartono itu dituruti semu siswa, kecuali Geng Gresya. Geng itu memang selalu ribut dan berisik didalam keals, baik ada guru maupun tidak ada guru. Hal itu, membuat siswa lainnya dan guru merasa terusik.
“Gresya dan kalian! Jangan berisik saat pelajaran saya! Jangan mentang-mentang ayah kamu Ketua Komite di sekolah ini, jadi kau seenaknya bikin ulah! Contohlah Aisyah, dia ramah, sopan, dan pintar pula! ” Ucap pak Hartono dengan nada yang marah.
“Iya pak..” Jawab Gresya dengan tatapan yang sinis.
“Oke, anak-anak. Sekarang kita lanjutkan materi yang belum terselesaikan minggu lalu.” Ucap pak Hartono sambil menuliskan rumus-rumus di papan tulis.
Teng nooong..
“Yes balik juga nih.. Penat gua di sekolah mulu!” Ucap Gresya dengan wajah senang.
“Ehh, Gres.. Jadi gk bully si teroris itu?” Ajak rekannya sambil mengingatkan.
“Haha.
Tenang aja.. Pasti lah!” Jawab Gresya.
Seusai pulang sekolah, perempuan berjilbab itu pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku. Ya, dia gemar membaca. Sudah puluhan buku ia baca, baik itu novel, buku pelajaran, maupun kitab hadits.
“Gresya! Tuh si teroris..” Ucap temannya sambil menunjuk ke arah perempuan berjilbab itu.
Tak tunggu lama, Gresya dan teman-temannya langsung menghampiri perempuan berjilbab itu dan membawanya ke belakang sekolah. Gresya menyeret permpuan berjilbab itu seperti dia menyeret binatang.
“Astagfirullah.. Gresya, saya mau dibawa kemana? Pelan-pelan bawanya, saya kesakitan..” Ucap perempuan berjilbab itu sambil berusaha melepaskan tangan Gresya yang terus menggenggam kerudungnya yang terus menyeret.
“Udah deh lo jangan berisik!” Jawab Gresya, lalu perempuan berjilbab itu ia banting ke tembok belakang sekolah sampai dirinya tersungkur dengan kerudung yang berantakan.
Perempuan berjilbab itu tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya menangis dan meminta pertolongan Allah SWT.
“Eh! Lo tau gk? Apa kesalahan lo??” Ucap Gresya sambil menjambak perempuan berjilbab itu.
“Apa salah saya? Sakit Gresya, sakit, tolong jangan jambak saya” Jawabnya dengan rintihan air mata yang terus terjatuh.
“Salah lo itu! Lo caper!! Lo selalu dimenangin mulu sama guru! Loa jangan caper deh! Lo itu cuman orang miskin yang bisa sekolah disini karena beasiswa! Dan gua juga gak suka liat gaya busana lo, Kaya teroris aja! Kampuangna dasar!” Ucap Gresya sambil terus mengoyak-ngoyak pakaian perempua berjilbab itu dan sesekali kepalanya dibenturkan ke tembok.
“Gres! Biar dia gk kampungan, gimana kalo kita gunting aja tuh kerudungnya dan juga rambutnya kita gunting aja! Hahaha...” Usul temannya sambil memegang gunting.
“Iya juga yah! Haha... Pinter juga lo! Sini guntingnya!” Jawab Gresya sambil tertawa puas.
“Jangan Gres, jangan.. Jangan rusak kerudung saya. Ini untuk menutup aurat saya! Bisa dosa saya jika membuka aurat.” Pinta perempuan berjilbab itu, sambil berusaha menghentikan apa yang akan dilakukan Gresya terhadapnya dengan uraian air mata yang semakin deras mengalir.
“Udah deh sini! Hahaha...” Gresya menghiraukan pinta perempuan berjilbab itu.
Akhirnya, Gresya dan teman-temannya berhasil mengoyak-ngoyak pakaian perempuan berjilbab itu. Kini, pakaian yang dikenakan perempuan berjilbab itu rusak tak karuan. Kerudungnya bolong-bolong. Dan rambutnya, tak rapih. Dia seperti orang gila baru.
Perempuan berjilbab itu hanya bisa menangis. Walau dengan keadaan seperti itu, perempuan berjilbab itu tetap pulang ke rumahnya dengan rintihan iar mata. Sepanjang perjalanan, dirinya mendapat banyak cibiran dari orang-orang yang melihatnya. Mereka menatap hina terhadap perempuan berjilbab itu.
“Eh, eh liat. Ada orang gila baru tuh.. hahaha” Cibir seseorang yang melihatnya dan dia bersama teman-temannya tertawa dan terus mencibir perempuan berjilbab tersebut.
“Ya Allah, mengapa berat sekali ujianmu. Aku tahu kau tidak akan memberikan ujian dibatas kemampuan hambanya. Ya Allah .... Maafkanlah mereka yang telah menghinaku, mereka sedang khilaf ya allah..” Doa ia panjatkan sepanjang perjalanan pulang.
Sesampai di rumah , ia cepat-cepat berlari pergi ke kamar.
“Nak? Nak? Kamu kenapa, nak?” Tanya ibunya dibalik pintu kamar perempuan berjilbab itu dan terus mengetuk pintu
“Gak apa-apa bu..” Jawabnya dengan isak tangis
“Kamu cerita aja sama ibu.. Kalau memang gak bisa cerita sama ibu, kamu curahkan saja semua itu kepada Allah SWT yah nak..” Nasihat ibunya itu mampu membuat tangisan perempuan berjilbab mereda.
“Iya bu.. Makasih yah bu” Jawabnya sambil menyeka air mata yang membasahi pipinya.
Di sepertiga malam, perempuan berjilbab itu bangun. Seperti biasa, ia hendak melaksanakan sholat tahajud. Ia pergi ke kamar mandi untuk berwudhu, air terus mengalir mensucikan anggota badan yang menjadi rukun wudhu. Seusai wudhu, Ia bersiap untuk melaksanakan sholat.
Bacaan-bacaan doa terus ia gulirkan di tiap gerakan sholat. Seusai sholat, ia menengadahkan tangan dan meminta pertolongan dan hidayah kepada sang ilahi.
“Ya allah.. Ampunilah dosaku, orangtuaku, keluargaku, teman-temanku, dan orang-orang yang pernah mendzolimiku. Limpahkanlah karuniamu dan hidayahmu untuk kami semua. Ya allah, aku tau semua cobaan ini kau berikan untuk menguji kesabaranku dan keimananku. Sungguh, aku tidak akan bisa menyelesaikan semua permasalah ini tanpa dirimu. Engkaulah dzat yang maha kuasa, yang maha penyayang, dan maha pengasih. Permudahkanlah aku dalam menghadapi persoalan ini ya allah. Rabbana atina fid dunya hasanah, wa fil akhirati hasanah, waqina adzabannar. Amiin” Doanya keapda yang maha kuasa. Tak terasa pipinya dibasahi oleh air mata sepanjang ia memanjatkan doa. Dirinya tidak putus asa untuk mengejar ridho ilahi, walau rintangan terus mengampirinya bertubi-tubi.
Di pagi yang cerah, ia awali pagi dengan senyuman. Seakan-akan ia lupa akan kejadian yang menimpanya waktu itu. Ia pamit kepada ibunya dan bergegas pergi sekolah dengan tafsir dan tasbih yang selalu berada pada genggamannya. Berdzikir kepada-Nya tidak pernah lupa ia panjatkan.
“Eh.. eh.. Gres, liat tuh si teroris masih berani juga ya buat sekolah. Hahahaha” Tunjuk temannya ke perempuan berjilbab itu sambil mengejek.
“Haha, iya juga. Eh lo! Masih berani juga lo sekolah? Hebat juga nyali lo” Ucap Gresya dengan tangan yang disiliangkan di simpan di dada, bak bos yang sedang memarahi babunya.
“Assalamualaikum Gresya.. Iya, alhamdulillah allah menguatkan saya untuk tetap bersekolah dan mengejar ridho-Nya” Jawabnya dengan senyuman kecil dan berlalu meninggalkan Gresya dan teman-temannya.
Seusai pulang sekolah, seperti biasa Gresya dan teman-temannya membully perempuan berjilbab. Seakan-akan membullynya itu adalah suatu kewajiban.
“Eh, lo! Jangan sok kuat deh! Lo masih berani sekolah disini??” Tanya Gresya sambil menyeret perempuan berjilbab itu ke dinding kelas.
“Insya allah saya masih kuat sekolah disini. Allahu ma’i” Jawabnya dengan lembut.
“Sok cantik loh jawabannya! Sok suci lo!” Ucap Gresya dan plaaakk, tangannya menampar pipi perempuan berjilbab itu sampai merah.
“Astagfirullah Gresya.. Semoga kamu dimaafkan allah” Balasnya dengan nasihat dan tersenyum walau air mata yang mengalir tetes demi tetes.
“Berisik lo! Rasain niih..”
“Eh! Gresya! Hentikan!” Disaat akan menampar yang kedua kalinya, tiba-tiba ada pak Hartono yang melihat dan melerai mereka.
“Gresya! Apa-apaan kamu! Sana pulang!” Suruh pak Hartono keapda Gresya dan teman-temannya.
“Iya pak..” Jawab Gresya sambil tatapan sinis yang menyoroti ke perempuan berjilbab.
“Kamu gak apa-apa nak? Pulang yah. Hati-hati di jalannya” Pinta pak Hartono ke perempuan berjilbab itu.
“Iya pak..”
Lalu, perempuan berjilbab itu menuruti perintah pak Hartono. Di salah satu gang, tiba-tiba dia kaget.
“Astagfirullahaladzim!! Gresya!” Kagetnya
Ya, Gresya dan teman-temannya sedang digoda pria-pria yang sedang mabuk. Mereka mencoba berlari menghindari pria itu. Teman-temannya berhasil lolos, tapi hanyaGresya yang tidak lolos.
“Janice! Renata! Angel! Tungguin gua! Bantuin gua! Gua takut” Teriak Gresya ke teman-temannya.
“Gres! Kita takut! Kita balik duluan! Kita takut ketangkap juga!” Balas teman-temannya dan berlali tunggang langgang meninggalkan Gresya sendiri
“Janice! Tunggu! Diem lo! Diem! Jangan ganggu gua! Gua ini anak komite sekolah SMA Bakti Nusantara! Kalo nggak, gua lapor polisi!” Ancam Gresya ke para pria begajulan.
“ehh lo berani sama kita pada?? Haaah? Kita ini yang nguasain wilayah ini! Tau kagak?” Jawab pria yang sempoyongan karena efek dari minuman beralkohol.
Gresya terus berusaha sekuat tenaga untuk bisa lepas dari tangkapan para pemabuk itu. Namun, usahanya gagal. Karena jiwa sosial dan kemanusiaan yang tinggi, perempuan berjilbab membantu Gresya. Walau Gresya banyak berbuat dzolim terhadapnya, tapi dia menghiraukan yang telah lalu yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya dia membantu Gresya dan Gresya bisa terlepas dari pemabuk tersebut.
“Bismillahirrahmanirrahim...” Lirihnya, lalu dia melawan pemabuk tersebut untuk menolong Gresya.
“Kalian, kalau berani sini lawan saya!” Tantangnya.
“Hahaha,, teroris darimana lu? Berani sama kita! Hahaha” Jawab para pemabuk sambil tertawa terbahak-bahak.
Dengan keahlian silatnya, perempuan berjilbab tersebut melawan para pemabuk. Ia mengeluarkan seluruh tenaganya. Dia tidak memikirkan keselamatan dirinya, yang dia pikirkann hanyalah keselamatan Gresya.
Setelah lama berkelahi, akhirnya perempuan berjilbab membuat para pemabuk lari tunggang langgang ketakutan.
“Makasih yaah” Gresya langsung memeluk perempuan berjilbab sambil terisak-isak.
“Sama-sama.. Lain kali hati-hati” Jawabnya sambil membalas pelukan Gresya.
Akhirnya Gresya dan perempuan berjilbab bisa terbebas dari mara bahaya tadi. Mereka pulang ke rumahnya masing-masing.
Esoknya, kelas yang biasanya bising menjadi tenang dan terasa nyaman. Saat perempuan berjilbab datang, Gresya dan teman-temannya langsung menyambutnya dengan pelukan hangat, pelukan seperti sahabat karib yang lama tak berjumpa.
“Gresya? Kenapa?” Tanyanya heran dengan pelukan itu.
“Makasih yah sekali lagi. Lu baik banget kemarin, kalo gak ada lo mungkin gua udah jadi kotor dan tidak suci lagi di genggaman mereka” Ucap Gresya sambil menyeka air mata yang membasahi pipinya.
“Iya sama-sama. Kamu tau gak kenapa mereka berbuat demikian ke kalian?” Tanya perempuan berjilbab
“Iya aku juga mau nanya itu? Kenapa ya mereka menggoda aku. Sementara kamu tidak digoda oleh mereka?” Jawab Gresya dengan semangat untuk mengetahui jawabannya
“Mereka menggoda kalian karena aurat kalian. Tutuplah auratmu dengan jilbab, jangan kau umbar-umbar auratmu. Sayangilah ragamu dan jagalah auratmu. Perempuan adalah perhiasan dunia, jadi jangan sampai perhiasan itu dijual dengan murahnya” Jelas perempuan berjilbab
Sejak saat itu, Gresya dan teman-temannya bersahabat bersama perempuan berjilbab. Sekarang, Gresya dan teman-temannya mulai menjadi wanita islami yang menjaga aurat. Dia tidak mengumbar-umbar aurat lagi seperti dulu. Kini, dirinya pun tidak pernah digoda oleh lelaki begajulan.
Hidup itu memang sulit, disaat kita berusaha mempertahankan yang terbaik menurut agama dan syariat begitu banyak rayap-rayap yang berusaha menggerogoti keistiqomahan kita dalam hal baik. Namun, tidak sedikit mereka yang menurutnya adalah orang-orang yang zaman modern, banyak yang masuk ke lubang kesengsaraan. Walau banyak hantaman, tetaplah jaga auratmu. Karena, wanita adalah perhiasan di dunia ini.