Arti Cinta

by - Maret 20, 2015


Cinta, setiap insan pasti pernah merasakannya. Karena cinta, manusia hidup tentram. Karena cinta, manusia hidup rukun. Cinta bisa mengubah segalanya, mengubah perasaan manusia dan mengubah suasana dunia.
           
Aku pun tak luput dari keindahan cinta. Ya, masih teringat seperti apa perjalanan cintaku 1 tahun yang lalu. Dimana, kebahagiaan menyelimuti hidupku. Duka lara dihempaskan suka cita. Di masa-masa itu kunikmati nikmat tuhan yang tak terkira. Kesempurnaan diri telah ku rasakan di masa itu.
           
Tapi, kebahagiaan itu tidak aku rasakan kembali. Duka lara kini yang menyelimutiku. Kesendirian dalam lorong kesunyian aku berpijak. Kekalutan selalu kubawa ke tempat berkeluh kesah. Masih ku ingat, kita menjalin kasih dengan penuh senyum dan canda tawa. Foto, ya hanya itu yang bisa membawa alam bawah sadarku kembali mengulang masa lalu, masa dimana cinta menjadi cerita. Waktu itu...
          
“ Alhamdulillah, latihannya lancar. Semoga besok aku dapat menyampaikannya dengan baik “ ucapku sehabis latihan pidato untuk ditampilkan esok hari di acara perpisahan siswa kelas IX MTsN Sawahgede. Terus ku berlatih agar bisa menyampaikannya dengan baik. Di seisi ruangan, sesak dipenuhi siswa-siswa lainnya yang berlatih untuk dipentaskan esok. Ada yang menari, drama, dan bahkan paduan suara.
           
Tapi, yang membuat aku terkesima itu disaat pandanganku terfokus ke siswa-siswa yang sedang berlatih paduan suara, tapi bukan paduan suara-nya yang membuatku terpukau tapi salah satu siswa yang sedang berlatih. Walaupun siswi lainnya memiliki kecantikan yang lebih darinya, tapi entah apa yang membuat dia itu spesial di hati.
           
“ Mungkin ini yang namanya cinta.. “ Bisikku dalam hati dan hanya aku luapkan dengan senyuman bahagia. Disetiap latihan, aku hanya terfokus ke siswi itu. Dari bulu matanya, pipinya yang chubby, dan yang membuat aku melting itu lesung pipinya yang terbentuk dikala dia mengukir senyuman.
           
“ Woy!! “ Kaget temanku. “Astagfirullah!” Jawabku sambil mengelus dada yang kurasakan jantung ini hampir copot. “Cieee yang lagi merhatiin cewek. Haha...” Ejek temanku, Ari. “ Ah! Sok tau kamu! Siapa juga yang merhatiin cewek” Jawabku dengan ku sembunyikan perasaanku agar Ari tidak tahu bagaimana perasaanku. “Ah, jangan bohong fan! Aku tau kok nama dia siapa, itu Aulia siswi kelas 8 dan dia itu anggota DKM. Suka yah? Haha..” ucapnya sambil terus mengejekku. Aulia, nama yang indah seindah parasnya. “Udah ah! Yuk kita lanjut latihan.
           
Sehabis latihan, aku dan siswi itu terpisahkan ruang dan waktu. Terbersit perasaan rindu kepada siswi itu. Selama jalan pulang, terus aku ukir senyuman dan aku lihat foto-foto dia yang telah aku potret secara sembunyi-sembunyi bak mata-mata. Perasaan ini terus tumbuh dan baru kali ini aku merasakan perasaan yang begitu indah..
           
“ Aulia.. baru kali ini aku dibuat bahagia oleh cinta.. “ Lirihku dalam hati sembari melihat langit-langit kamar dan terus aku pancarkan senyuman yang indah.
           
Esoknya, aku bisa melihat siswi itu walau dari kejauhan. Deg... Antara kaget dan bahagia. Disaat aku terus memandangi dia, tiba-tiba dia melihat ke arahku dan dia membalas senyumku. Kebahagiaanku semakin bertambah, luapan senyuman terus ku ukir sampai aku dan dia dipisahkan oleh jarak yang tak seberapa namun bermakna.
           
Rasa penasaranku dan rasa ingin dekatku dengan siswi itu semakin terasa dikala malam menyelimuti. Dalam kesunyian, diriku membayangkan bagaimana bahagianya diriku bisa memiliki hatinya, bisa mengukir kisah cinta diatas prasasti hati.
           
“ Ya tuhan.. Begitu indah ciptaanmu, parasnya, senyumnya, dan semua yang dia lakukan begitu indah. Apakah ini namanya cinta? “ Gumamku dalam hati sembari mengerjakan tugas sekolah yang masih menunggu.
           
Semburat cahaya matahari membangunkanku, terbangun dari mimpi dan terbangun melanjutkan kisah hidup. Entah kenapa, pagi ini lain dengan pagi sebelumnya. Semangat melanjutkan hidup terus membara, membara karena cinta mungkin..
           
“ Bismillah!! Semoga hari ini berjalan dengan baik dan... bisa melihat dia, walau dari kejauhan.. haha “ Lirihku sambil terus berjalan.
           
Teng nong.. Bel istirahat berbunyi. Semua siswa keluar untuk mencari makanan. Tapi, mungkin hanya aku yang berbeda dari lainnya. Bukan makanan yang aku cari, tapi cinta yang aku cari. Haha...
           
Mataku terus melirik ke tiap-tiap kelas, ya siapa lagi kalau bukan dia yang aku cari. Bola mata ini tak hentinya terus melihat ke sudut sudut kelas. Bola mata ini terhenti di kelas VIII D. Kulihat sang penakluk hati duduk tepat di bangku depan. Kulihat dia sedang becanda gurau dengan teman kelasnya. Kebahagiaannya adalah kebahagiaanku. Mulut ini kelu untuk sebatas menyapa, hanya bisa terdiam mematung sambil melihat sang puteri.
           
“Woy!! Ngapain diem disini? Cepet ke kelas! Udah bel nih” Kaget temanku. Aku hanya mengangguk dan bergegas pergi ke kelas.
           
“Teng nong.. Teng nong.. Teng nong..” Bel pulang sudah berbunyi. Para siswa keluar dari kelasnya masing-masing dengan bahagia seperti burung yang keluar dari sangkarnya.
           
Aku langsung mencari temanku, Nurul. Dialah yang kenal dekat dengan Aulia. Dengan memendam rasa malu, aku meminta nomor HP Aulia kepadanya.
           
Sesampainya di rumah, cepat aku melemparkan badan ini ke kasur. Dengan rasa suka cita yang sedang meliputi, raga ini seperti terbang diatas awan dan begitu ringannya badan ini sedang terbang. Mungkin ini salah satu kebahagiaan yang tidak akan aku lupakan.
           
Cepat-cepat aku buka HP dan aku ingin mengirim SMS ke aulia. Tapi, tiba-tiba tangan ini kaku. Tangan yang ringan dalam menulis, tiba-tiba kaku begitu saja seperti es yang sedang membeku.
           
“Astagfirullah! Susah banget cuma mau sms juga!” Gerutuku dalam hati
           
Dengan keberanian yang aku punya, aku pun memberanikan diri untuk mengirim SMS walau hanya kata “Assalamualaikum” .Ya, akhirnya aku berhasil mengirimnya. Tidak berapa lama kemudian, aku pun mendapat balasan “Waalaikumsalam. Maaf ini siapa?”.
           
Raga ini seakan melayang lagi dan lagi ke atas awan sana. Aku pun memberanikan diri lagi untuk membalasnya. Dan dimulai dari itu, terjadi percakapan yang hangat antara aku dan aulia, puteri impian.
           
Kini tiap iringan langkahku, wajahnya selalu berkeliaran dipikiranku. Lesung pipinya, mampu membuat diriku melanglang buana di alam khayal. Hubungan antara aku dan dia pun kian hari kian baik dan akrab.
           
Tak terasa 1 bulan aku sudah mengenal dia dan tak terasa pula rasa sayang dan cinta ini makin membludak.
          
“Mungkin ini saatnya, untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan” Lirihku sambil melihat keluar jendela.
           
Aku pun memberanikan diri untuk melakukan itu. Ku buka HP-ku, ku tekan ikon Message. Tangan ini mulai kaku seperti pertama kali aku meng-SMS dia. Aku mulai ketik rangkaian kata puitis yang indah.
           
“Assalamualaikum. De, selamat pagi J. Seperti yang ade tau, ade dan kaka telah bersama-sama lewati hari dengan kehangatan silaturahim. Telah kita lewati juga segala beban hidup bersama. Curahan hati antara kita pun tak terlupakan. Ade sering curhat ke kaka, dan sebaliknya. Andai ade tau aja, pertama kaka liat ade di perpisahan itu. Kaka terasa diluncurkan ke atas awan dan terbang diatas hamparan dengan cinta sebagai pegangan kakak. Kaka juga merasakan perasaan yang berbeda disaat pertama kenal ade. Kaka merasakan arti sebuah cinta yang sesungguhnya, melalang buana di alam khayal cinta. Kaka juga merasakan kenyamanan yang belum pernah kaka rasakan sebelumnya. Pernah kaka bertanya pada diri sendiri, apakah ini namanya cinta? Dan ya, ini namanya cinta. Kini benih cinta telah ade tanam di hati kakak. Jujur, kaka kagum dengan akhlak ade, paras ade, dan segala yang ada pada diri ade. Kaka suka sama ade. Maaf atas kejujuran ini... Wassalamualaikum” Kuakhiri sms ini dengan salam lagi.
           
Kini rasa lega dan deg-degan sedang menyelimutiku. Rasa was-was, aku takut dia malah membenciku dan meninggalkanku di kesunyian malam. Rasa lega, akhirnya semua rahasia hati telah dibuka.
           
“Kak.....” Kulihat sekilas sms yang dia kirim. Lalu aku baca semuanya dan berisi :

“ Kak, ade juga mau jujur. Ade juga merasakan seperti yang kaka rasakan. Ade juga suka sama kakak sejak pertemuan kita di perpisahan itu. Tapi kak, mungkin rasa suka kita belum biasa diikat cinta. Kita bisa mengikat rasa suka kita nanti, pas ade bisa Khatam Quran yang ke-5. Dan sampai saat ini ade baru 28 juz. “

Deg.... tiba-tiba ragaku lemas. Bukan karena dia tidak bisa memulai cinta denganku. Tapi, aku terkesima dengan jawabannya.

“ Baru kali ini, ada wanita yang akan mengikat cinta asalkan harus khatam quran dulu.. Subhanallah.. Engkau benar-benar orang yang tepat untuk diriku, puteri impian “ Lirihku di pagi hari dengan kicauan burung yang masih bergema di pagi hari.

“ Iya de J Baru kali ini kaka mendapat jawaban yang membuat syahdu di hati dan membuat tentram hati ini. Kaka mengerti J Dan kaka bukannya menyesal telah menyatakan ini, justru kaka semakin semangat untuk bisa meraih hati ade J “ Jawabku.

“ Makasih yah kak, ade juga gak menyesal udah suka sama kakak, pangeran surgaku J “
      
Ya, hati ini semakin bergelora setelah mendapat jawaban yang membawa ketentraman di hati. Kini, hari-hariku semakin berwarna dan tidak ada warna abu di setiap langkahku.
           
4 bulan telah kulalui. Walau sudah lama mengukir tinta kebahagiaan, rasa sayang dan cinta ini kian hari tidak pernah pudar, justru semakin menunjukan warnanya.
           
“ Assalamualaikum, kak? Ade mau ngasih tau, kalo ade udah khatam quran J “ Kubaca perlahan sms yang baru dia kirim. Sontak, debaran kebahagiaan merasukiku. Tidak ada kata-kata yang pantas menggambarkan kebahagiaan ini.
           
“Waalaikumsalam. Alhamdulillah, kalo udah khatam J Jadi, ade mau kan sama kaka?“ Jawabku.
           
Ku tunggu beberapa menit untuk menunggu kepastian atas penantian selama ini yang aku tunggu.
           
“ Iya kak J Ade mau, semoga karena terjalinnya kita berdua. Kaka semakin semangat belajar, terutama menjalani hari. Semoga juga, ade semakin semangat untuk mengukir prestasi baik untuk dunia maupun akhirat. “ Jawabnya dengan kata-kata lembut yang mampu meluluhlantakan segala kerisauan.
           
Ya, kini pukul 14.29 tanggal 23 Desember 2013 menjadi hari yang tidak akan pernah aku lupakan. Walau zaman telah menenggelamkan sejarah. Ikatan yang lama kutunggu, akhirnya terikat. Arti cinta, telah kurasakan. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan yang tidak akan ada yang dapat menggantikannya. Terima kasih, puteri impianku Aulia.
           
“ Makasih ya de. “ Jawabku singkat, karena kehabisan kata-kata.
           
Kini, tak akan aku biarkan kesukaran menyelimutiku dan tak sudi, aku membiarkan angin pagi menyentuh raga. Happiness, mungkin itu yang aku nikmati disetiap helaan nafas. Puteri impian, kini aku telah menggenggamu dan tak akan aku biarkan kau keluar dari genggamanku.
            
Ya, walaupun cinta ini terikat karena ketulusan. Pasti ada kerikil disetiap jalan yang aku dan dia lalui. Jurang kehancuran, hampir mengakhiri apa yang telah aku dan dia jalin. Cemburu? Wajar.. Seringkali diantara aku dan dia ada yang cemburu, entah itu karena aku dekat dengan perempuan lain maupun dia yang dekat dengan lelaki lain. Tapi, terkadang aku malu terhadap diri sendiri. Pasti, dia yang selalu mengalah akan pertengkaran kecil. Dan satu untaian kata yang selalu terniang darinya : “La taghdobu walahul Jannah. Kaka jangan marah yah, kan kalo marah gak akan masuk surga”. Terkadang aku berfikir, betapa bahagianya aku mendapatkan wanita sholehah dan penyayang sepertinya, Aulia.
           
17 Juni 2014, pukul 13.45...
         
Handphoneku bergetar. Ya, seperti biasa dia yang sms. Tapi, sms yang dia kirim kali ini berbeda dari sebelumnya. Ya, untaian kata yang dia kirim melumpuhkan kaki yang menopang. Menyayat hati yang dulu terlapisi kebahagiaan. Debaran jantung mulai tak beraturan. Kelu, ya lidahku kelu untuk mengatakan apa yang terjadi. Tangan ini melemas tak mampu untuk membalas pesan darinya.
           
Ketegaran sebagai lelaki, kini terhempas hanya karena untaian kalimat. Kalimat yang tak pernah aku kira sebelumnya. Tak sangka, ini akan terjadi..
           
“Assalamualaikum kak.. Kak, selamat pagi J Kak gimana kabarnya? Kak, ade ada kabar baik dan kabar buruk. Kabar baiknya, ade sama mamah boleh lanjutin SMA di pesantren Garut. Tapi, kabar buruknya. Cita-cita ade itu ingin jadi ustadzah. Oleh karena itu, kata guru ngaji dan mamah. Kalo mau jadi ustadzah itu gak boleh pacaran. Kak, sebenernya ade gak mau mengatakan semua ini. Ade itu sebenernya masih cinta sama kaka, masih sayang sama kaka, dan masih menempatkan kaka di singgasana hati ade. Tapi, semua ini harus dilakukan. Ini juga amanat kaka ade supaya ade gak pacaran. Jadi, maaf kak.. Kita harus mengakhiri yang telah kita jalin. Tapi, kaka harus percaya.... “ Pesan itu terpotong.
           
Debaran jantung ini terus berontak. Pikiranku entah melayang kemana. Hanya pesan ini menjadi fokusku.
           
“ Tapi, kaka harus percaya. Kaka adalah yang pertama dan terakhir buat ade, kaka harus percaya itu semua.. Ade gak akan pacaran lagi, selain sama kaka. Ade berharap, ade sama kaka bisa bersatu jika sudah beranjak dewasa nanti.. Jika pun tidak, ade berharap kaka lah pangeran surga ade yang menemani ade menari-nari di surga nanti. Aku padamu, kak.... ” Pesan yang dia kirim terhenti.
          
Debaran jantung mulai mereda. Helaan nafas mulai beraturan. Walau pahit pada bait-bait pertama. Namun, rasa manis aku rasakan diakhir bait. Ya, walau hati tidak mengizinkan untuk melepaskannya. Tapi, itu adalah jalan terbaik untuk dia dan untukku, mungkin... Aku tak bisa memaksakan kehendakku untuk memaksa dia untuk terus melanjutkan perjalanan hidup bersamaku.
           
“ Waalaikumsalam. Iya de.. Gak apa-apa. Kaka mengerti seperti apa keadaan ade saat ini. Sebagai lelaki, kaka tidak bisa mendikte ade supaya terus bersama kaka. Tuhan tau apa yang terbaik buat kita. Kaka hanya bisa berdoa, apa yang diharapkan ade di kalimat terakhir tadi tercapai. Gapai cita-cita ade, jangan sampai cita-cita itu hanya menjadi angin. Ade juga harus tahu, walau ribuan orang silih berganti menempati singgasana hati kaka. Tapi, hanya ade yang selamanya duduk di singgasana itu. Aku padamu de.. Ade mantan terindah kaka J I will always love you, puteri impian “
           
Ku kirim pesan yang telah ku ketik dan akhirnya cinta ini kandas oleh cita-cita yang memang harus digapai. Tapi, aku yakin kemurnian cinta ini tidak akan pudar sampai kapanpun. Arti cinta telah aku rasakan setelah aku bersamanya. Banyak pelajaran yang aku dapat darinya. Walaupun kini, status aku dan dia hanya sebatas antara kakak dan adik kelas. Tapi, hati ini tetap bersikuku bahwa dialah puteri impianku..
           

Terima kasih Aulia sudah mengajarkan arti cinta.. You are my beloved princess.

28 Februari 2015

You May Also Like

0 komentar